Senin, 30 Maret 2015

“좋은 사람이 다시 나올 줄 몰랐어~”

이번에는 한국말로 쓸거야 ㅎㅎㅎ

난 어떤 사람을 만났거든. 그 사람이 사실 키가 변로 크지 않고 배우처럼 같지 않지만 성격이 참 좋아. 내 사는 섬에서 그의 고향은 아주 멀어. 그가 좋은 사람인 것 같아. 아이들에게 잘 이해하고 많이 좋아 보여. 그러니까 영어를 가르치고 있어 지금. 2개 월 정도 회사에서 만나서 그에 대해서 다 알 수가 없지? 지금이 그냥 좋다고 생각하는데 그 사람을 사랑하는 것까지 아니야. 사랑은 아직도 느낄 수 없는 나사랑인지 아닌지 그냥 좋아하는지 나도 몰라. 우리 하나님, 나를 도아주실래요? 우리 남편이 될 사람과 알게 주세요. 정확안 시간에 만나게 주세요. 나 잘못을 할까봐 지금 책들만 읽는 거 계속 할거야. 내 상상이 너무 많이 날아가면 정신 차리게 주세요. 장난을 잘 하는 그 사람. 우리 하나님아무래도요그 사람은 제 생각엔 좋은 사람인 거 맞아요좋은 사람으로만 생각하고 있어요 ^^

Senin, 09 Maret 2015

Hati yang Berperang (Cerpen)



Ia terdiam memandang fotonya. Akhir-akhir ini perasaannya aneh. Ia sendiri tak mengerti perasaan apa sebenenarnya yang sedang ia rasakan kini. Jika ia dipaksa untuk menggambarkan perasaan hatinya, mungkin ia akan menggambarkan bahwa tepat di dalam hatinya ada beberapa perasaan yang bercampur lebur menjadi sebuah perasaan yang tak mudah dideskripsikan. Ada rasa menyesal, khawatir, berdosa, sedih, tertinggal, tak dicintai, tak berguna, terluka, ingin melupakan, kesepian. Namun di samping itu juga muncul perasaan bersyukur, bersemangat, mencintai, dihargai, diamati, bermanfaat, dirindukan, diberkahi. Perasaan itu semua menjadi satu seperti adonan kue di sebuah loyang bernama hati.

Ia seperti dua orang yang berbeda. Suatu waktu bisa menjadi orang yang bersemangat menggebu-gebu ingin menguasai dunia. Akan tetapi, di waktu yang lain ia memilih memojokkan diri di kamarnya yang gelap, sendiri, di pojok, menyendiri dan menangis tanpa air mata. Ia berkata kepadaku bahwa ia lelah. Lelah sekali. Ia sendiri tak tahu mengapa dan ada apa gerangan dengan hatinya. Hatinya seperti sedang berperang dan ia harus memilih perasaan mana yang akan ia rasakan lebih dominan untuk seterusnya.
Aku agak ragu apa aku bisa membantu dia. Sebenarnya menurutku ia tampak biasa-biasa saja dari luar. Ia tersenyum bahkan tertawa. Tapi ternyata di dalam hatinya ia sedang berperang. Setidaknya, begitulah penggambaran hatinya menurut yang aku dengar. Ia bisa merasakan dua perasaan yang saling bertentangan sekaligus, seperti bermanfaat namun tak berguna. Aku rasa, ada yang salah dengan dirinya. Bagaimana mungkin ada dua perasaan seperti itu dalam waktu yang sama? Aku belum pernah merasakannya, bahkan belum pernah mendengarnya.

Mungkin itulah yang ia sebut dengan hati yang berperang?

Suatu waktu ketika beberapa perasaan menyatu dan bahkan terjadi perbenturan antarperasaan yang berlawanan. Mengapa bisa begitu? Apakah hatinya jarang ia bersihkan sehingga kotoran hatinya selalu tersisa dan kini menumpuk menguapkan perperangan itu ke dalam otaknya? Sulit. Sulit aku memahaminya. Ia pun meminta nasehat dariku. Aku yang tak layak dimintai nasehat ini pun hanya bisa menjawab singkat,

“Mungkin kau harus lebih banyak bangun di sepertiga malam, Sahabatku. Aku tidak mengerti padahal aku ini sahabatmu. Bahkan dirimu yang merasakan itu pun tak paham apa yang sedang terjadi pada hatimu. Tapi, ada yang lebih mengerti dan paham tentang kita, dari ujung rambut sampai ujung kaki, setiap milimeternya. Dia lebih senang jika kita temui dalam sepertiga malam. Ya, walaupun Dia bisa kita temui kapan saja. Tapi, lebih baik kau temui Dia di waktu yang sudah kusebut tadi karena saat itu Dia sangat baik, melebihi waktu-waktu yang lain. Dia ada untuk membantu kita. Dia akan selalu ada. Bahkan, Dia bisa memahami suara hati kita. Percayalah. Pasti ada maksud tertentu pada diri kita kenapa kita harus hidup di dunia ini. Juga, selalu ada alasan kenapa dalam waktu-waktu tertentu kita merasa nyaman, namun dalam waktu yang lain kita merasa terpuruk. Hikmah di setiap saat. Serta jadikanlah kesederhanaan nasehatku ini sebagai penutup, yakni sabar dan sholat. Cukup. Aku sayang padamu, Sahabatku dan Dia pun sangat sayang kepadamu.”

“Teteh Udah Lama Enggak Ketawa…,”

Assalamualaykum ^^
 
Nah, beberapa hari yang lalu adik saya Fatimah yang masih berusia 6 tahun bilang begitu sama saya sesaat setelah saya tertawa karena menonton televisi. Saya lupa nonton apa. Mungkin nonton Wayangnya Sule atau apa. Tapi kata-kata itu langsung menancap tajam ke dalam hati saya sampai hari ini. Kata-kata Fatimah menyadarkan saya memang saya terlalu drama dan melow dalam menjalani kehidupan ini. Saya sering berpikir dan menyangka bahwa diri saya adalah orang yang tak beruntung dan kesepian. Setelah Fatimah menyadarkan saya, sekarang saya lebih sadar bahwa ayah, ibu, adik-adik dan bahkan calon adik saya, mereka semua adalah harta terbesar saya saat ini. Hampir saja saya menyia-nyiakan mereka karena terlalu fokus dengan kegalauan saya. Saya terlalu galau sampai saya lupa meminta doa dari ibu saya atas urusan-urusan saya. Saya terlalu merasa kesepian sampai saya enggan tersenyum kepada ayah saya. Saya terlalu berlebihan untuk merasa tak beruntung padahal sampai sekarang saya sehat-sehat saja dan keluarga saya juga sehat. Saya merasa miskin padahal di sekitar saya semuanya sudah cukup. Memang dalam karier, saya harus lebih berikhtiar lagi agar bisa lebih full investasi pengalaman dan investasi keuangan untuk masa depan dan barusan saya sudah minta doa ke ibu saya ^^

“Teteh Udah Lama Enggak Ketawa…,”

Alhamdulillah Allah membuat Fatimah menuturkan kata-kata itu ke saya. Akhirnya, saya jadi sadar dan sekarang lebih menikmati hidup saya. Luka karena manusia memang niscaya tertinggal di dalam hati dan ingatan, namun tak bisa jadi alasan keterpurukan dan kegamangan hidup. Jika bukan rezeki saya untuk menikmati hidup dengan traveling, maka saya masih bisa wisata kuliner bersama adik-adik saya. Walaupun saya belum bisa beli baju-baju bertahtakan permata, tapi saya masih bisa melakukan skin care buat refreshing. Apa yang kelihatan dari luar tak semuanya benar. Mungkin saja kita melihat share-an foto membahagiakan orang-orang yang kita kenal di media sosial sambil membandingkannya dengan kehidupan kita. Okay, itu mungkin bukan kita, tapi saya, hehehe. Saya kerasukan setan akhir-akhir ini sehingga suka membandingkan. Padahal saya sendiri paling enggak suka dibanding-bandingkan. Untung sekarang sudah sadar berkat kata-kata Fatimah. Saya juga sekarang enggak terlalu lebay dalam dunia ilmu pranikah. Pikiran saya sekarang, ya udah beli aja buku-bukunya terus belajar sambil usaha dengan jalan yang baik and doa tentunya. Terus jauhin maksiat. Insya Allah ketemu. Hehehe. Ampuni saya Ya Allah…

*barubisakeposting*