Rabu, 27 Juli 2011

dari seorang teman, untuk diriku sendiri, dan untuk kalian yang kusayangi..


Mencoba Memahami dengan Merasakannya
by Rahma Suci Sentia on Wednesday, July 27, 2011 at 10:09pm
Mencoba Memahami dengan Merasakannya
by Sari Haerunnisa on Wednesday, 27 July 2011 at 21:27

Tulisan kali ini tidak akan membahas mengenai berbagai peraturan dan ayat-ayat Allah yang mengatur hubungan antara perempuan dan laki-laki. Tulisan ini mengajak kita merasakan betapa berharganya batasan-batasan yang Allah berikat pada manusia, fokusnya pada hubungan perempuan dan laki-laki.

Dulu, saya juga pernah merasakan ingin sekali punya laki-laki spesial lain selain ayah dan adik saya. Ingin bisa seperti temen-temen lain yang bisa bercengkrama akrab dengan seorang laki-laki. Diperhatikan lebih dalam, disayang lebih banyak, ditemani kemana-mana. Intinya bisa menjadi porsi besar dalam hati seseorang lawan jenis.

Awalnya merasa sangat keberatan dengan aturan Islam yang membatasi hubungan laki-laki dan perempuan. Kenapa hal yang indah di dunia ini tidak diperbolehkan? Punya cerita cinta yang menarik saat masih muda kan menyenangkan. Walaupun nantinya ada sedih dan sedunya. Tapi itulah yang membuatnya menjadi lebih indah. Saya sangat merasa terkekang dengan aturan seperti ini. Sepintaspun tidak pernah tebayangkan untuk mengikuti aturan ini. Toh, atuaran ini dibuat biar kita tidak berhubungan badan dengan lawan jenis yang akhirnya akan menimbukan kerugian di kedua belah pihak bukan? Jadi, ya tidak masalah dong kalau kita pacaran tapi tidak berhubungan intim. Lagian, sama sekali tidak tepikir untuk berhubungan semacam itu kalau saya berpacaran nantinya. Saya amat yakin kalau saya pasti tahan dengan godaan seperti itu.

Masa-masa labil yang tidak terlupakan. Bukan untuk di sesali, namun dijadikan bahan untuk kita bersyukur telah memiliki masa kini yang lebih baik. Sekarang, Allah memberi banyak sekali karunia-Nya. Sekarang saya sudah mengerti, kalau di dalam Islam, tidak ada tuh yang namanya pacaran. Jangankan pacaran, deket-deket sama yang bukan mukhrim saja tidak diperbolehkan.

Sekarang saya tercempulung (memang tak disengaja) di dalam sebuah lembaga dakwah di tempat saya berkuliah. Awalnya, terasa asing memang berada di antara orang yang tidak satu pikiran dengan kita. Apalagi dalam pembatasan hubungan perempuan dan laki-laki. Saya tau adanya batasan itu, tapi tidak masalah kan kalau saya punya versi sendiri? Boleh dekat namun tidak sampai jauh melanggar.

Saya mulai dihadapi dengan rapat berhijab. Saya mulai dihadapi dengan laki-laki yang tidak mau memandang saya untuk sekedar memberikan suatu barang yang penting untuk diberikan. Saya mulai dihadapan dengan pemisahan tempat duduk antara perempuan dan laki-laki saat ada acara bersama.

Detik terus berdetak, hari berlalu, dan bulan berganti. Saya merasa hal yang berbeda. Entah itu apa. Saya menjadi nyaman dengan kondisi saya saat ini. Entahlah, hanya merasa nyaman saja. Berat sekali otak ini mengakui bahwa sebenarnya jalan inilah yang terbaik. Jujur, saya tidak pernah mencoba mengerti. Tidak pernah. Namun hal ini terasa tanpa harus saya mengerti.

Entah apa yang masuk dalam pikiran saya. Saya tidak pernah dijelaskan bagaimana indahnya peraturan ini, bahkan sampai saya menulis tulisan ini. Saya hanya tau bahwa itu salah, ini benar. Saya hanya tau bahwa itu baik dan ini tidak baik. Saya hanya tau bahwa ini bermanfaat dan itu tidak bermanfaat.



Dan inilah yang saya rasakan kali ini…

Tidakkah kau merasa bahwa malu-malunya seorang wanita itu indah? Tidakkah kau merasakan bahwa terjaganya pandangan seorang lelaki ini sungguh luar biasa hebatnya? Tidakkah kau merasa bahwa dibalik semua peraturan ini, laki-laki dan perempuan itu justru bisa saling menyayangi tanpa harus dibarengi oleh nafsu semata?
Ketika seorang wanita menjaga kemaluannya, sesungguhnya ia sedang menjaga dirinya dan lawan jenisnya. Ia tau, bahwa lelaki akan mudah sekali tergoda oleh seorang perempuan. Ketika ia menjaga dirinya, ia tau bahwa seseorang yang telah Allah tuliskan namanya di Laugul Mahfuzpun sedang menjaga dirinya. Ia ingin sekali menjadi seorang yang spesial untuk orang yang spesial.

Tak maukan kau, lelaki, mendapatkan pendamping hidup seperti itu? Dan tak maukah kita, wanita, menjadi sosok seperti itu?

Ketika seorang lelaki menahan pandangannya pada kaum wanita, ia sedang menghormati kita sebagai wanita. Ia takut, kalau nafsunya nanti bisa melukai kita. Ia menjaga kita dengan kecuekannya. Ia tak mau kalau kita tergoda oleh sifat manis dan baiknya. Sifat yang mungkin saja berubah tiap waktu. Dan yang pasti, ia tak mau kalau porsi Allah dalam hati kita bisa terkurangi dengan dirinya. Karena bohong sekali jika ada seseorang yang porsi Tuhannya tidak akan terkurangi ketika ia sedang terserang virus merah jambu. Kalau seharusnya kita berdzikir telah terganti dengan bersms dengannya atau memikirkannya, apakah itu bukan mengurangi porsi-Nya untuk orang lain?

Tidak maukan kita mendapatkan laki-laki yang luar bisa seperti itu? Dan tak maukah kalian, lelaki menjadi sosok seperti itu?

Indah bukan keadaan saling menjaga seperi ini?

Kalau kau sedang menyukai seseorang sekarang, berdoalah pada Allah agar Ia menjadikannya pendamping terbaikmu kelak. Tidak ada larangan untuk menyebut nama dalam doa kan? Walaupun kita harus tetap menyerahkan semua urusan termasuk ini pada-Nya.

Jika kau sedang menyukai seseorang sekarang, sayangilah ia, dengan menjaga hatinya darimu. Sayangilah ia dengan penjagaanmu padanya. Sayangi ia dengan menghindarkannya dari murka Allah. Dan jangan lupa, jaga pula dirimu dari pemikiran berlebih terhadapnya. Kau juga sayang pada dirimu kan?

Tidakkah kau takut Allah akan cemburu pada lelaki yang kau sayangi? Coba ibaratkan dirimu yang sedang menyukai seseorang lalu melihatnya jalan bersama orang lain. Cemburukah kau? Padahal ia bukan siapa-siapa dirimu. Dan Allah? Ia adalah Pemilik Sejatimu.

Jumat, 15 Juli 2011

LES PRIVAT BAHASA KOREA season 2



Assalamualaykum... 친구~ 잘 지냈어요?

Kamu-kamu yang tinggal di daerah Jakarta, Depok, Bekasi, Bogor, dan Tangerang... mau banget belajar bahasa Korea? Bingung, ya mau les di mana? Atau udah dapet tempat les bahasa Korea namun kantongmu enggak cukup? Hoho~ jangan khawatir, kawan...

Sitsol Privat solusinya!

Privat itu lebih kondusif lho belajarnya ^ ^

Sitsol Privat dengan kurikulum terbaru, yaitu empat dasar keren belajar bahasa Korea;

1. Membaca

2. Menulis

3. Mendengar

4. Berbicara

Komplit, khaaaan? ^ ^

Kamu enggak cuma bisa menulis dan membaca bahasa Korea saja, karena dalam belajar bahasa, mendengar dan berbicara juga sangat penting... Setuju, dong?

Sitsol Privat langsung memperoleh ilmu bahasa dan kebudayaan Korea dari native speaker di kampus FIB UI sehingga kamu enggak perlu mikir dua kali, "profesional, enggak sih nih Sitsol Privat?" Materi ajar pun diambil dari beberapa buah buku sakti dari Korea maupun Indonesia...

Biaya privatnya terjangkau, kok...
biaya sekitar Rp. 75.000-Rp.100.00 aja per pertemuan (60 menit) ^ ^

Hayo~ yang tertarik, segera hubungi Sitsol Privat di email ---> siti_frodo@yahoo.com atau di hp 085718859275

아자 아자 화이팅! ^ ^

Jumat, 01 Juli 2011

Rahasia Seorang Kakak


Laki-laki itu tersenyum dengan wajahnya yang ramah. Ia bahkan lebih lucu dari seseorang di seberang sana. Jauh lebih membuat suasana hatiku menjadi nyaman. Membuat suasana hati kami semua menjadi nyaman setelah kepenatan di kelas. Hari berganti hari. Aku pun bercerita kepada sahabat-sahabatku mengenai dirinya. Dan... dunia sungguh sempit ternyata. Dua sahabatku ternyata pernah pula bekerja sama dengan laki-laki itu sewaktu dulu. Dan dua-duanya bekerja sama di ranah hijau nan hijau. Namun, perasaan tidak dapat dibohongi. Aku merasa ada yang berbeda pada kedua pancaran matanya. Ada sesuatu yang disembunyikan. Sebuah hal yang besar yang ia simpan. Entah mengapa, perasaanku mengatakan hal seperti itu. 




Aku, dengan sumringahnya, menceritakan dirinya kepada sahabat-sahabatku karena kelucuannya. Sampai akhirnya, seorang sahabatku yang mengenalnya pun bertanya, yang membuat aku tertohok. ia bertanya,

"Dia pacaran, enggak?" Tanyanya dengan nuansa aneh. Sekali lagi aku berperasaan seperti itu. Aku tidak tahu apa namanya perasaan itu, Namun, nuansa yang ada ketika ia bertanya, sangat aneh.
Aku terdiam sesaat. Terkaget pula. Amat.
"Kayaknya enggak, deh..."
Sahabatku itu menunjukkan wajah tidak puas atas jawabanku.
"Eh, tapi enggak tahu, deh..."
"Eh, kayaknya enggak, deh. Dia kan main di ranah hijau nan hijau... Enggak mungkin, deh kalo dia pacaran..."
"Enggak. Dia enggak pacaran..." Kataku berturut-turut dengan sok tahu dengan analisis sendiri.
Aku terdiam sesaat untuk kedua kalinya.
"...Insya Allah..." Tambahku.
"Emang, kenapa?" Tanyaku curiga. Sungguh, aku sungguh curiga saat itu.
"Enggak, enggak apa-apa. Dia baik, kok. Beneran, dia baik orangnya..." Katanya mengakhiri pembicaraan. Aku tahu, ada yang disembunyikan sahabatku ini dariku. Tapi apa??

Aku pun terdiam. Beberapa waktu setelahnya, aku bertemu dengan sahabatku yang lain. Ia kenal juga dengan laki-laki itu.

"Oh, dia... aku kenal, dia kan orangnya agak aneh..." Kata sahabatku itu. 
"Bukan aneh, tapi lucu, hehe..." 

Satu cerita lagi. Aku pun mendapatkan kisah terpenggal mengenai dirinya. Ia telah keluar dari lingkaran. Seorang seperti laki-laki itu tidak heran jika memang masuk ke dalam lingkaran kami. Ia berdedikasi, bertanggung jawab, dan berkomitmen. Mengapa ia keluar? Atau mengapa ia dikeluarkan? Kisahnya pun hanya sepenggal... Aku pun bertambah penasaran, siapa sebenarnya laki-laki itu?? 




Bulan berganti bulan. Amanah pun semakin meminta pertanggung jawaban. Aku sempat melupakan masalah di atas berbulan-bulan yang lalu sampai akhirnya, hari ini... aku melihat kegusaran di wajahnya yang bermula pada kedua buah bola matanya. Kami tidak sengaja bertemu di sebuah aula besar nan ramai. Wajah bersihnya, potongan rapi rambutnya, kemeja batiknya dengan jaket biru untuk naik motor yang selalu ia selipkan di tas ranselnya... Semua keindahan itu tercoreng oleh sebuah nuansa aneh dari pancaran kedua matanya. Ia tidak memperlihatkannya secara langsung, namun aku dapat merasakannya.




Aku pun akhirnya iseng membuka tulisan pribadinya di internet. Menurut pengalamanku, seseorang itu akan menuliskan sesuatu yang berkesan baginya dan akan melupakan hal-hal yang biasa dan tidak berkesan baginya. Tentu saja. Tahun yang tertulis adalah tahun 2009, tahun di mana aku memulai kuliahku di kampus ini. Namun jika melihat bulannya, ketika itu aku masih SMA. Di sana terpampang sebuah curahan hati laki-laki itu tentang cinta pertamanya. Ya, CINTA PERTAMA-nya. Yang di sana dia bilang dia cintai sampai sekarang. Sebuah kisah yang tragis dan aku sukses menangis. Menangisi kisahnya dan menangisi rasa penasaranku yang akhirnya setengah menghilang. Hanya setengah. Aku masih belum dapat menghilangkan seluruh rasa dahaga penasaran itu...

Hmmm...  

Ya, Allah... aku ingin berdoa, dia adalah kakakku, walaupun bukan kakak sebenarnya. Jika kakak kandungku berhasil hidup, tentu saja akan sama usianya dengan dia.. Ya Allah, lancarkanlah jodohnya... Berikanlah sosok istri solehah yang dapat menghibur kegundahan hatinya. Yang dapat mendidik dengan baik anak-anaknya. Tolong ubahlah dia menjadi seorang sosok suami dan pria yang lebih baik. Jadikan dia pemimpin yang lebih baik. Jadikan dia sebagai laki-laki yang dapat menjaga hijabnya dengan baik. Cinta pertamanya yang tiada itu juga pasti senang jika laki-laki itu berubah menjadi ikhwan sesungguhnya. Aku yakin.  

aamiin

*1:49 kakakku sudah offline. terima kasih, kak :)