Kamis, 14 Juni 2012

Kang Dong Won: Aa Saya yang Hilang ^_^

Assalamualaykum! Yaps, posting saya kali ini akan sedikit random. Daripada saya pusing mendengar hal-hal negatif dari lingkungan sekitar yang hanya bisa membuat sedih dan resah gelisah... hehehe. Lebih baik kita melakukan hobi yang disukai, khaaan? Yaps, karena salah satu hobi saya ini adalah nge-blog... Mari kita nge-blog dulu kalau begitu *sambil lirik ke samping: tugas membuat peta dunia tergeletak dengan manis. Yaps, kuliah itu harus dinikmati... betapapun sulitnya... betapapun pusingnya... betapapun menyakitkannya... Ayo istiqomah! Karena kita adalah manusia pilihan yang bisa kuliah di universitas terbaik pula. So, istiqomah! Sukses adalah ketika kita bisa bekerja dengan bidang yang kita sukai dan dengan pendapatan yang kita sukai pula (baca: gaji besar :p) So, tak perlu jadi dokter dulu supaya sukses! Bisa bayangkan kalau saya yang takut melihat luka sayatan/robekan/kepala hancur berlumuran darah ini jadi dokter? Juga, tak perlu jadi orang pajak dulu supaya sukses! Saya tak tertarik dengan matematika karena saya lebih suka menulis... Bisa bayangkan kalau saya jadi orang pajak? Slip pajak yang saya tulis akan berbentuk cerpen!

Hoooh.. Maaf para pembaca sekalian, hehehe. Yang di atas itu maslah pribadi, hehehe. Sekarang, kita lanjutkan pada posting kali ini. Kali ini sebenarnya hanya posting foto-foto aja, kok. Saya sangat gembira sekali beberapa hari belakangan... Kenapa?? Karena akhirnya... saya menemukan Aa saya yang hilang...  (baca: kakak dalam bahasa Sunda, saya tak mau tulis Oppa, karena entah mengapa ungkapan itu terkesan alay... semua michin yeoja ketika suka sama artis laki-laki Korea, selalu bilang Oppa, jadi saya sedikit alergi dengan kata itu, hehehe.) 

Nah, foto-fotonya sudah saya kumpulkan dari beberapa sumber dari internet dan kali ini saya memilih foto-foto Aa saya yang lucu dan 'berbeda' menurut saya, hehehe. Oh iya, hampir lupa, saya kenalkan dulu, Aa saya namanya Kang Dong Won, umurnya sekitar 31 tahun, S1 Teknik Mesin, S2 Film, sudah main sekitar 13 film dan 3 drama, seongkyeok-nya agak pemalu dan rajin berintrospeksi diri ^_^

Yaps, mulai!


(pose rambut kesetrum, hohoho~)

(pose sama Abang Kim Nam Gil yang juga punya akting bagus ^_^)

(Aa serem banget di film ini dan feel aktingnya dapet banget... karakter seorang pengkontrol pikiran adalah salah satu karakter yang saya suka di sastra maupun film ^_^)

(dua tahun Aa Kang Dong Won menghilang, eeeeeh ternyata dia lagi wamil, hehehe. pantesan gak kasih tahu saya, pasti takut nanti saya jadi sedih.... ya khaaaaan, Aa? :p)

(dalam sebuah artikel di sini, di bilang bahwa Aa jadi pemimpin di kelompoknya gitu karena sikapnya yang agresif, memang Aa saya keren banget dah. November 2012 ini dia akan selesai wamilnya, semoga tambah berani dan macho, hehehe... Ayo! 9-139! Semangat!*adikmu yang manis ini akan setia menunggumu, Aa~)

(pose charming a.k.a silow men :p)

(pose abis nyopet, takut ketahuan polisi, kkk)

(pose kabur dari rumah buat wamil seraya berkata dalam pikirannya, "Adik Sitsol yang manis, maafkan Aa... Aa gak mau Adik Sitsol yang manis sedih atas 2 tahun kepergian Aa, jadi Aa pergi diam-diam. Adik Sitsol yang manis harus mengerti bahwa wamil ini adalah kewajiban... Tenang saja, setelah semua ini berakhir, hal pertama yang akan Aa lakukan adalah mentraktir Adik Sitsol yang manis di Hokben Detos :)")

(pose Aa waktu SMA, kayak karakter laki-laki di komik Jepang ^_^)

(tanda tangan Aa kayak cacing -_____-)

(pose santai, nonton bioskop)

(pose bareng temen-temen di kamp wamil)

(pose kekurangan gizi , sekali lagi KEKURANGAN GIZI :p)

(pose bandel *btw, ini adalah film pertama yang saya nonton... dan parahnya waktu itu belum sadar ternyata yang main adalah Aa saya yang hilang... waktu itu cuma sadar, "eh? siapa tuh? kok cakep? aktingnya bagus?" kkk...)

(POSE FAVORIT SAYA, 
suatu malam, ketika ada suara grasak-grusuk di luar rumah kayak maling,
 jadi Aa diam-diam memeriksa keadaan, hehehe...)

(pose banyak ^_^)

(pose topi Joshua penyanyi anak-anak, kkk...)

(pose anak emo pake sarung, 
Aa lupa katanya, abis solat sarungnya gak ditaro lagi, hehehe...)

(pose menunggu sms dari Adik Sitsol yang manis ^_^)

(pose mirip Andy Lau)

(pose main piano, untuk menghibur Adik Sitsolnya yang manis ^_^)

(pose bandel lagi, minum sul  -____-)

(pose tangan buntung, hiii~~~ atut~~~)

(pose rambut rebonding, hehehe...)

Emang duit doang yang bisa hilang? Aa juga bisa hilang, hehehe...
Sekian posting kali ini... Semoga bisa membuat kalian tertawa ^_^
Aa saya, inspirasi saya ^_^


Sabtu, 02 Juni 2012

Penjual Garam yang Menangkap Rubah


Zaman dahulu, di suatu desa, terdapat seorang pemuda miskin yang hidup dengan menjual garam. Setiap harinya, ia memanggul satu kantung garam, lalu berkeliling dari desa ke desa menjual garam. Pemuda itu menjual garamnya dengan rajin berkeliling ke desa-desa di pegunungan.
Suatu hari, ia membawa satu kantung garam, namun tak ada yang membeli sehingga ia duduk kelelahan di pinggir jalan dan beristirahat. Ia berpikir, apa sebaiknya pulang saja ke rumah karena ia begitu kelelahan dan kakinya juga sakit.
Saat itu, terdengar suara yang aneh. Terdengar suara tawa dan suara obrolan yang seru. Pemuda itu dengan cepat beranjak dari tempat duduknya. Kemudian, berjalan menuju arah selatan. Namun, ia tak melihat apapun.
Diam-diam, ia mencari tempat sumber suara. Tempat itu jauh di tengah hutan. Namun, di tempat itu pun tak terlihat orang. Pemuda itu duduk, lalu mengamati lagi tempat sumber suara. Suara itu muncul dari sebuah makam. Oleh karena itu, diam-diam, ia berjalan menuju ke arah pemakaman.
Di sana terlihat hal yang aneh. Tidak terlihat adanya manusia, yang ada bahkan sesosok hewan buruk rupa aneh yang sedang menggali makam. Setelah menelisik diam-diam, ternyata itu adalah hewan rubah.
Tiba-tiba, muncul niat untuk menangkap para rubah itu sehingga, ia terus mengamati gerak-gerik para rubah itu dengan diam-diam. Hewan rubah itu ada dua ekor, mereka mengeluarkan tengkorak kepala dari dalam makam. Lalu, memakaikannya di kepala seraya tertawa “Hihihi...,”. Suara itu terdengar persis seperti manusia yang sedang tertawa.
Pemuda itu membawa sebuah pentungan kayu. Ia berniat menggunakan pentungan itu untuk memukul rubah. Para rubah menggali makam sambil bermain-main. Setelah itu, mereka beranjak dari tempatnya dan bersiap-siap pergi ke suatu tempat. Pemuda itu pun ikut beranjak dan mengikuti merka dari belakang dengan tekad yang kuat. Setiap hari, ia mencoba berjualan garam ke mana-mana, tapi tak juga mendapat uang. Oleh karena itu, ia bertekad setidaknya dapat menangkap rubah.
Para rubah itu masuk ke desa. Pemuda penjual garam pun mengikuti mereka dari kejauhan. Di mata orang biasa, mereka sepertinya tak terlihat sebagai rubah.
Para rubah datang mencari rumah duka yang salah seorang anggota keluarganya baru saja meninggal di desa. Di sana orang-orang begitu ramai. Namun, tak ada satupun yang melihat keanehan wujud para rubah. Mereka masuk ke dalam rumah duka, lalu mengucapkan rasa belasungkawa kepada keluarga yang sedang berduka. Para rubah itu mengikuti seorang yang memberi tahu jalan dan arahan untuk masuk ke dalam rumah duka. Penjual garam pun mengikuti dari belakang sampai di tempat para rubah kini berada.
Di rumah duka, orang-orang yang datang untuk mengucapkan belasungkawa mendapatkan jamuan yang baik. Para rubah pun mendapat hidangan kue teok (kue beras khas Korea) dan sul (arak khas Korea). Tanpa basa basi, mereka langsung melahap hidangan itu. Di mata penjual garam itu, tidak salah lagi, wujud mereka terlihat sebagai rubah, tapi mengapa orang-orang memperlakukan mereka sangat sopan seperti tamu bangsawan terhormat. Hal itu sangat aneh. Orang-orang itu memperlakukan mereka lebih dari orang biasa. Lagipula sebenarnya, jamuan yang pemuda itu dapatkan pun sedikit di luar dugaannya.
Penjual garam itu menunggu saat yang tepat. Di saat yang tepat itu, ia berniat dengan sungguh-sungguh untuk menangkap rubah itu. Oleh karena itu, ia datang dengan membawa pentungan kayu yang disembunyikan.
Setelah selesai makan, para rubah bergegas bangkit dari meja makan. Penjual garam pun dengan cepat ikut bangkit. Tepat saat para rubah hendak masuk ke sarangbang (kamar cinta), penjual garam memukul bagian belakang kepala rubah itu menggunakan pentungan. Para rubah langsung terhempas jatuh dan orang-orang ramai berteriak seraya mendamprat ke arah penjual garam, “ Ada orang mati! Tangkap laki-laki itu!”    
Walaupun begitu, penjual garam terus memukuli rubah sambil mengancam orang-orang dengan pentungan. Saat itu, para rubah melarikan diri ke pekarangan. Dua ekor rubah yang sampai detik itu masih terlihat sebagai bangsawan terhormat, jatuh terguling-guling di pekarangan. Orang-orang menjadi bingung. Apakah yang sebenarnya terjadi.
Seorang gadis muda mendekat lalu bertanya kepada penjual garam,
“Maaf, sebenarnya apakah maksud semua ini?”
“Aku mengikuti mereka berdua dari dalam gunung di sana sampai ke tempat ini. Mereka adalah rubah yang menggali makam lalu memakan mayat manusia dan berbahaya bagi manusia. Namun, kau tak tahu apapun dan memperlakukan mereka sebagai tamu...,”
Orang-orang terlihat mengerti dengan kata-kata pemuda penjual garam itu. Semuanya menampakkan wajah ketakutan.
“Di mata kami, wujud mereka itu terlihat sebagai manusia. Bagaimana bisa di matamu terlihat sebagai rubah?”
Pertanyaan dari seorang pemuda itu sangat luar biasa bagus. Sebenarnya, penjual garam itu sendiri pun tak tahu jawabannya. Hanya saja, di dalam penglihatannya, wujud mereka itu terlihat sebagai rubah.
“Di mata kami, mereka terlihat sebagai bangsawan terhormat yang memakai baju sutra mahal. Tidakkah sangat mengejutkan jika dari awal kau sudah melihat wujud mereka sebagai rubah?”
Penjual garam tak bisa menjawab pertanyaan pemuda yang kritis itu.
Penjual garam itu berkata seraya melihat pentungan yang tadi dibawa dan digunakannya untuk memukul rubah,
“Semua itu karena pentungan ini. Kita bisa membedakan mana manusia dan mana rubah jika menggunakan pentungan ini.”
“Pentungan itu!”
Orang-orang yang berkumpul, membuka mata dengan lebar dan menatap pentungan itu sebagai benda yang luar biasa.
“Tentu saja. Semua berkat pentungan ini, aku bisa menangkap dan memukul rubah itu.”
Penjual garam mengangkat pentungan itu lebih tinggi dan semangat menggebu-gebu.
“Kalau begitu, ayo kita beli pentungan itu!”
Yang paling pertama maju adalah pemuda kecil yang tadi bertanya kritis kepada penjual garam.
“Maaf, bagaimana mungkin benda yang berharga ini dijual begitu saja?”
Walaupun si penjual garam tadi berkata bahwa sulit untuk menjual kipasnya, namun ternyata dalam otaknya ia berpikir dengan serius berapa harga yang pantas ia dapatkan dalam waktu yang sesingkat itu.
“Jual saja kepadaku karena aku akan memberimu banyak uang.” jelas pemuda itu.
“Tak bisa. Ini adalah hartaku. Aku tak bisa hidup tanpa benda ini. Aku hanya punya benda ini.”
Penjual garam memegang teguh pendapatnya untuk tak menjual pentungan itu.
“Jual saja kepadaku karena aku akan membayar sebanyak apapun.”
Penjual garam sepertinya menyerah dengan kata-kata pemuda tadi. Kemudian ia berkata,
“Kalau begitu, berapa banyak yang akan kau berikan?”
“500 nyang (mata uang won Korea pada zaman dahulu)”
Dada penjual garam berdegup kencang. 500 nyang katanya. Seumur-umur, ia tak pernah melihat uang sebanyak itu. Namun, beberapa saat kemudian, si penjual garam itu berubah pikiran. Ia pikir bahwa benda itu tak bisa diperjualbelikan.
“Apa maksudmu? Ini adalah hartaku, bagaimana bisa uang 500 nyang menggantikannya?”
Pemuda itu berani menawar sekali lagi,
“Kalau begitu, aku akan beli seharga 100 nyang.”
Penjual garam menggelengkan kepalanya seraya berpikir tapi ternyata benar juga.
“Kalau begitu, berapa yang ingin kau dapatkan?” pemuda itu menatap lurus seraya bertanya kepada penjual garam.
“Maaf, apa kau mau menjual benda ini? Kau kan banyak urusan, jadi jual sajalah. Kalo tak bersedia, ya sudah, sudahi saja semua ini.”
Si penjual garam sebenarnya ingin menolak tawaran itu, tapi ia begitu bingung.
“Kalau begitu akan kujual seharga 1000 nyang.”
“Baiklah kalau begitu.” kata pemuda tadi. Ia berpikir bahwa hal itu adalah keputisan yang tepat walaupun dirinya sedikit merasa sayang pada uangnya.
Penjual garam mendapatkan uangnya dari pemuda itu sebanyak 1000 nyang. Kemudian, ia berikan pentungan itu seraya kabur dengan cepat meninggalkan tempat itu.
Pemuda yang telah membeli pentungan dari penjual garam tadi, berniat untuk menangkap rubah dengan semangat menggebu-gebu. Hal tersebut karena ia memiliki sebuah benda yang bisa mengetahui dengan cepat mengetahui apakah seseorang itu seekor rubah atau bukan.
Sesuai perkataan si penjual garam bahwa orang yang membawa pentungan itu akan bisa membedakan mana rubah yang bisa mengubah diri menjadi manusia. Ia pergi ke tempat yang ramai akan orang-orang sambil membawa pentungan. Ia tak menemukan seekor rubah pun walau sudah membawa pentungan itu.
“Benar juga. Itu dia!”
Pemuda itu menemukan ide yang hebat seraya memukul ringan lututnya. Di rumah duka itu, banyak orang yang memakai baju sutra. Ia sudah mencoba memukul para bangsawan yang tak terlalu tinggi jabatannya dan tak terlalu terhormat itu yang ternyata bukan rubah. Berarti rubahnya adalah para bangsawan dengan pakaian sutra dengan jabatan lebih tinggi dan terlihat lebih sopan dan terhormat. Itulah rubahnya. Begitu pikirnya sehingga pemuda itu banyak mendatangi tempat ramai di mana terdapat banyak bangsawan terhormat. Di sana,  ia memukuli mereka menggunakan pentungannya.
“Kau! Bedebah tengik yang terlempar dari mana kau?”
Pemuda itu mengira bahwa segera setelah dipukul dengan pentungan, bangsawan itu akan langsung berubah menjadi rubah. Bukankah dirinya telah memukuli bangsawan dengan jabatan tinggi.
Setelah itu, beberapa pemuda berbadan besar membawa dan mengikat pemuda itu.
“Seret laki-laki ini ke pemakaman! Laki-laki ini telah menganggu perkumpulan kita di tengah hari bolong!”
Sambil mendengar teriakan orang-orang, pemuda itu akhirnya menyadari bahwa orang-orang yang sudah dipukulnya tadi bukanlah rubah. Ia pun akhirnya mengetahui bahwa pentungan seharga 1000 nyang yang telah ia beli dari penjual garam waktu itu adalah palsu dan bohong belaka.

SUMBER: 제주도 이야기 2 karya 현길언

Anak Selir yang Baik Hati


Zaman dahulu kala pada sebuah keluarga, seorang anak laki-laki terlahir dari rahim seorang istri kedua sehingga hiduplah seorang anak selir. Akan tetapi, di dalam hubungan keluarganya, anak ini diperlakukan seperti seorang anak pungut.
Pada saat itu, sang  istri pertama melahirkan seorang anak laki-laki sehingga munculah diskriminasi yang amat parah antara anak istri pertama dan anak selir. Sang anak selir mendapatkan diskriminasi yang parah dari saudara-saudaranya. Ia sampai berpikir, beruntung dan lebih baik kiranya jika ia menjadi anak pungut sungguhan saja. Ketika upacara Jesa (upacara penghormatan kepada leluhur) atau ketika ia datang berkunjung ke rumah tempat kelahirannya pun, ia menyesalkan sikap keluarganya, perlakuan dingin yang sama sekali tidak berubah sejak dulu.
Pada saat upacara Jesa, si anak selir tidak bisa ikut serta duduk bersama ayah dan para saudaranya untuk memberi sesajen kepada leluhur. Ia hanya bisa berdiri seorang sendiri di halaman dan sudah terbiasa dengan hal itu. Oleh karena itu, ia meratapi keadaannya yang tiada akhir. Walaupun begitu, ia sangat sayang kepada leluhurnya dan ia sangat baik hati. Walaupun dihina, namun ia tidak pernah melupakan kapan waktunya upacara Jesa dan ia akan berjalan dari tempat yang jauh untuk bisa hadir di dalam upacara itu.
Pada suatu hari. Seperti biasa, si anak selir berencana untuk datang ke upacara Jesa yang diadakan di rumah tempat kelahirannya. Oleh karena itu, ia berangkat dari rumah lebih pagi. Semenjak pagi, cuaca yang mendung membungkus jalanan sehingga membahayakan. Lalu, tiba-tiba hujan mulai turun.
Ia kembali ke arah selatan untuk menghindari hujan, namun ia mendapati tiada tempat berteduh. Setelah pergi ke sana ke mari, ia hanya menemukan sebuah makam yang tiada berbatu nisan dan ditumbuhi banyak rumput liar.
Di sana, terdapat semak-semak berduri dan pepohonan yang rimbun sehingga ia bisa sebentar untuk menghindar dari hujan. Sambil menunggu hujan reda, ia mengambil semak-semak menggunakan sabitnya, kemudian semak-semak itu ia jadikan tempat duduk untuknya sebentar beristirahat. Begitulah ia sambil menunggu hujan reda.
Hujan terus mengguyur dalam waktu yang cukup lama. Di tengah penantian akan hujan yang reda, si anak selir pun tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi aneh.
Seorang kakek tua berambut putih muncul dalam mimpinya, kemudian berkata, “Aku adalah orang yang dikubur di makam ini. Kau telah membuat rumahku bersih. Budi baikmu terlalu besar sehingga aku tak bisa membalas semua budi baikmu. Hari ini bukan hari ketika kau akan datang ke upacara Jesa ayahmu. Akan tetapi, hari ini adalah hari ketika kau akan duduk bersama di tempat Jesa bersama ayahmu.”
Setelah mengatakannya, kakek itu tiba-tiba menghilang. Si anak selir terbangun dari tidurnya dan menyadari bahwa itu hanya mimpi. Ia bergegas bangkit dari tempat itu sambil memikirkan mimpinya yang aneh. Tidak disadari, hujan pun reda dan matahari sudah berada di arah barat. Si anak selir sekali lagi bergegas melangkah ke desa tempat perhelatan upacara Jesa.
Tak lama berjalan di daerah kota Seogwipho, terdapat sebuah desa Hyodon. Di sebelah timurnya, terdapat sungai yang besar. Hujan yang turun membuat sungai jadi meluap. Saat itu, ia mencari sesuatu yang dapat membantunya menyebrangi sungai itu. Ketika mencoba mencari ke sana ke mari, ia melihat ada seekor rusa kecil di tengah sungai yang meluap itu. Rusa kecil itu sedang ingin menyebrang, namun ada batang kayu yang menghalanginya. Saat itu, si anak selir langsung teringat pada perkataan si kakek tua dalam mimpinya.
“Ternyata ini... inilah hal yang telah dikatakan kakek itu...,”
Si anak selir merasa sangat senang. Akhirnya, ia memanggul rusa itu di punggungnya dan membawanya ke tempat upacara  Jesa. Semua sanak keluarga yang berkumpul terkejut. Mereka terkejut karena si anak selir tiba di rumah saat tengah malam, di tambah lagi dengan datang bersama seekor rusa di punggungnya. Mereka jadi tambah tak mengerti. Para pemimpin upacara Jesa memanggil si anak selir ke dalam dan menyuruhnya menghadiri upacara  Jesa. Mereka menghaturkan ucapan terima kasih yang mendalam kepadanya.
Keesokan harinya, di tengah perjalanan, si anak selir datang ke makam sekali lagi. Ia membersihkan makam dengan kesungguhan hati. Ia pun memangkasi semak-semak berduri dengan waktu yang lama. Kemudian, ia menemukan batu nisan milik makam itu. Akhirnya ia pun mengetahui bahwa ternyata leluhurnyalah yang dimakamkan di situ, leluhur asli yang membawa garis keturunan. Kemudian, si anak selir memberitahukan hal itu kepada keluarganya. Oleh karena itu, keluarganya menaruh rasa hormat yang dalam kepada si anak selir.   

SUMBER: 제주도 이야기 2 karya 현길언

인도네시아 보이밴드의 창의력과 능력 중요성



음악은 음색의 형태로 작품의 예술 형테이며 관객 뒤따라갈 있는 템포도 있다. 밖에 음악의 의미는 많이 있다. 중에는 아리스토 텔레스  의해 음악은 문제가 심장과 레크리에이션 치료를 화해와 애국심의 성장 정신을 가지고 있는 능력이 있다. 음악의 유행은 해마다 다르다. 요즘은 인도네시아의 유행 음악은 POP R&B 음악이고 보이밴드나 글밴드도 유행하고 유명하게 된다. 전에는 인도네시아의 유행 음악은 믈라유 음악과 크룹 밴드도 유행하고 유명하게 된다. 하지만 대부분 보이밴드들은 창의력과 능력이 부족하다. 그래서 저는 글으로 인도네시아 보이밴드의 창의력과 능력에 대해서 중요하게 되는 이유를 설명하고 싶다.
              지금 인도네시아 사랍들은 보이밴드라는 말을 들으면 한국 보이밴드를 생각할 것이다. 외냐하면 요즘은 인도네시아에 유행하고 유명한 음악은 한국 음악이고 한국 버이밴드나 글밴드이다. 그들도 한국에 있는 한류의 영향을 많이 받아서 인도네시아는 지금 버이밴드같은 음악 크룹 컨셉이 많이 나타난다. 우선, ‘한류라는 것에 대해서 알아야 한다. ‘한류라는 것은 한국 전통 문화에 대해서야 간헐적 으로 국내와 외에서 대단하다는 평가 혹은 다소의 자부심이 있었지만 대중문화에 대해서 언재 그렇게 한류라고 정도로 국내도 아닌 국외에서 그토록 대단하게 진척되어는지 어리둥절하기만 하다’ (강철근:2006) 뜻이다.  
            그런데 보이밴드라는 것은 무엇인가? Maurice Starr 세계의 보이밴드의 설립자라고 한다. 사람은 남자2-3 명을 모아서 팀으로 만들고 보이밴드를 세웠다. 보통 보이밴드 멤보는 노래를 부르기만 한다. 조금 춤을 추는 보이밴드도 있다. 일반적으로 악기를 연주하지 않다. Maurice Starr 가장 조음 만든 보이밴드는 New Edition (1983)  New Kids on the Block (1986). 인도네시아 보이밴드를 다시 말하면은 인도네시아에 보이밴드 많이 나타나는 이유는 한국에 있는한류 영향인가그런 생각은 잘못 생각하는 같다. 외냐하면 사실은1980년대부터 인도네시아에 보이밴드가 많이 나타났다. 중에서  Trio Libels, Coboy, Cool Colors, Me 등이 있었다. 그들의 노래도 아주 재미있고 유명했다고 한다.
요즘은 2010/2011년부터 인도네시아에 보이밴드기간 다시 나타나는다.   하지만, 요즘은 나타나는 보이밴드들은 창의력이 부족하다. 창의력이라는 것은새로운 조합을 만들 있는 능력이다’ (Munandar:1992). 음악 분냐에 창의력이 아주 중요하다. 왜냐하면 창의력이 많이 있으면 인도네시아 음악 분냐는 다양할 것이다. 그리고 사람들은 빠르게 지루할 수가 없다. 창의력으로는 음악가들은 심각해서 좋은 음악 작품을 많이 나타날 것이다. 그래서 세계에서 인도네시아의 보이밴드 이름은 좋을 것이다.
다른 중요한 것은 능력이다. 보이밴드는 음악에 능력이 없으면 일이다. 왜냐하면 요즘 음악을 좋아하는 사람들은 똑똑하다. 보이밴드는 음악에 능력이 없으면 사람들은 보이밴드와 보이밴드의 노래를 듣지 않을 것이다. 그리고 인도네시아 음악가들도 능려이 없어진다고 말할 것이다. 보이밴드는 음악에 능력이 없으면 창의력이 나타낫수도 없다. 그래서 세계에서 인도네시아의 보이밴드 이름은 나쁠 것이라고 말한다.
결국에 인도네시아 보이밴드는 멋있는 외모를 쓰기뿐만 말고 창의력과 능력을 가지고 있어야 한다. 음악 분냐에는 멋과 외모가 물론 중요한 것이지만 위에 가장중요한 것은 창의력과 능력. , 외모, 창의력과 능력은 균형이 잡혀야 한다. 그렇게 하면 세계에서 인도네시아의 보이밴드 이름은 많이 좋을 것이다.

참고 무헌 목록:
한류 이야기강철근, 2006
 http://elearningpendidikan.com/definisi-kreativitas.html