Kamis, 25 Desember 2014

Nikah: #keepgoingtotherightpath

Assalamualaykum! ^^ What's up? Hehehe...

Buat seumuran saya, kata 'nikah' benar-benar sesuatu hal yg bisa panjaaang banget buat dibahas sama teman-teman. Buat cowok ataupun cewek. Secara biolologis, ya memang sudah waktunya. Tapi, menurut saya bahwa ilmu tentang 'nikah' ini enggak main-main lho. Ilmu pranikah itu harus kita (para single fighters) pelajari. Waktu sekolah+kuliah sih saya masih bodo amat sama yang beginian (baca: ilmu pranikah) karena fokusnya memang sudah berbeda. Waktu sekolah kan fokusnya belajar terus skripsi nilai A hehehe...

Waktu pun berlalu. Mau enggak mau, seorang anak memang akan tumbuh dewasa. Mau enggak mau, memang sudah kodratnya bahwa seorang cewek akan jadi seorang istri+ibu dan seorang cowok akan jadi seorang suami+ayah. Nah, saya dapat inspirasi daris sebuah artikel, di situ kira-kira ditulis “kamu enggak mau khan jadi orang tua yang biasa-biasa aja?”. Hmm… calon ibu, harus belajar bagaimana caranya menjadi ibu yg baik dan calon ayah juga begitu. Oke, kayaknya kejauhan. Sebelum jadi seorang ibu dan istri atau suami dan ayah, kita harus belajar cara berkenalan yang baik.

Apa itu? Kenalan mah kenalan aja keleus! Emm, saya pribadi enggak setuju sih. Kalau kenalan buat tujuan pernikahan, wew jangan main-main, Sob! Adanya nanti malah terjerumus ke dalam pacaran sebelum nikah. Kalau kenalan buat sekadar silaturahmi pertemanan sih ya enggak apa-apa. Karena pasti enggak bakal mainan hati, nah kalau kenalan buat tujuan nikah? Okay, pernah dengar kata ‘Taaruf’? Itu sama, artinya kenalan, cuma ya dari bahasa Arab. Kalau di bahasa Koreanya: sogaething. Terus, cara berkenalan yang baik ini menurut saya, enggak bijak kalau seorang cowok kenalan dengan seorang cewek tanpa perantara. Walaupun niatnya baik, tetep kan enggak ada yang jadi penengah. Maka, syarat kenalan yang baik ini adalah: serius di antara kedua belah pihak, adanya orang ketiga dan batas waktu (katanya sih 12 minggu, bisa kurang bisa lebih, asal jangan kekurangan atau kelebihan, karena sekali lagi, kita lagi ngomongin sebuah ibadah yang sangat besar: nikah, jadi harus serius, hehehe…)

Akhir tahun 2014 ini saya baru mulai belajar ilmu pranikah~ hehehe. Saya langsung beli 2 buku ^^ Hmm, dan saya berniat buat nikah di tahun depan. Agak kaget juga kenapa tiba-tiba ‘niat’ itu muncul. Padahal targetnya dulu di buku agenda itu akhir 2016 atau awal tahun 2017. Bukan karena iri melihat teman-teman yang sudah nikah. Hei, nikah khan bukan lomba lari! Ya, dengan menikah, saya ingin lebih menjaga diri dan memiliki teman hidup yang bisa saling menyemangati dalam ibadah. Sekarang niatnya baru dua itu sih. Semoga nanti setelah belajar ilmu pranikah jadi tambah banyak niat baiknya. Saya tahu, pasti orang yang niatnya baik bakalan dibantuin sama Allah. Pasti ada aja caranya ketemu jodoh itu. Yg penting kita usaha dengan cara yang baik dan berdoa. #klisetapibenar

Jujur saja, saya baru merasa menjadi cewek itu ketika SMP, ketika masa akil baligh sudah datang. Sebelum itu, saya suka membayangkan kalau diri saya itu adalah cowok. Jadi suka manjat pohon, balapan sepeda, main gulat sama adek cowok, jalan ngengkang, dsb. Namun ketika sudah masa akil baligh, perasaan jadi lebih sensitif. Mungkin karena hormone yang berubah. Tapi tetap saja, teman-teman di SMP memilih saya sebagai kandidat lari maraton ㅠㅜ padahal tenaganya tak sekuat dulu...

Nah, pun ketika menjadi seorang istri, saya pasti akan lebih sensitif lagi. Ya, sensitif terhadap apapun. Apalagi terhadap suami kelak. Em, ngomongin istri+suami, tugas saya sekarang adalah belajar tentang hak+kewajiban keduanya. Selain itu, juga tentang apa tujuan berumah tangga. Ya, mau dibawa ke mana RT nya. Mau model gimana. Hmm banyak banget yang harus dipelajari sampe ibu saya bilang "kayaknya enggak perlu deh, di dalam pernikahan itu terkadang ada hal-hal yg muncul spontan". #SPONTAN! UHUYYY!

Tapi saya kekeuh ingin mempersiapkan semuanya. Teorinya dulu enggak apa-apa. Walaupun belum ada calon. Allah kan Maha Melihat dan Maha Mendengar. Allah juga enggak bakalan menyia-nyiakan orang yg berbuat baik. Pasti. Adaaa aja jalannya... Berbaik sangkalah sama Allah. Kalian juga pasti ada banyak yang sependapat sama saya. Iya, khaaaaan? Hehehe.

Hmm, tentang calon… Ternyata kita harus buat kriterianya. Dan sambil buat kriterianya, kita harus berkaca sama diri sendiri. Menurut saya, kriteria yang ketinggian itu namanya lupa diri, kriteria yang terlalu rendah itu namanya rendah diri, kriteria yang setara itu namanya bijak, serta kriteria yang agak sedikit di atas kita itu harapan dan doa. Apalagi, buat calon istri, kata ulama, diusahakan ambil calon suami yang setara atau di atas kita, namanya juga buat imam dan pemimpin dalam keluarga. Nah, kalau calon suami, boleh ambil calon istri yang di bawahnya dengan niat memperbaiki istrinya kelak. Jadi, marilah kita berkaca dulu sebelum buat kriteria. Pahami diri sendiri dulu, baru tulis kriteria dan berdoa sama Allah.

Buat saya pribadi, ada beberapa kriteria yang wajib dipenuhi. Yang jelas laki-laki yang baik Islamnya/hanif, sehat jiwa raganya (macho dan enggak melambai), baik penghasilannya, enggak merokok dan enggak botak kepalanya. Saya enggak suka kepala botak soalnya mirip tuyul kkkk. Itu sih baru beberapa, kriteria yang lainnya segera menyusul hahaha.
  
*Saya ingin me-manage semuanya dengan baik. Apalagi me-manage sebuah pernikahan, yang nantinya akan dikasih amanah berupa anak-anak. Nah, karena sifat saya yang perfeksionis dan terstruktur kayak gini, sepertinya saya butuh calon suami yang sifatnya agak santai, biar saya enggak stress hahahaa

Senin, 08 Desember 2014

My Experience! Ujian TKD dan Psikotes Kemenkeu 2014


Assalamualaykum!

Baru saja saya dapat pengumuman hasil Psikotes CPNS Kemenkeu 2014. Dengan rahmat Allah, saya belum lulus ^^ Alhamdulillah. Pasti ada yang lebih hebat dan lebih baik di belakang itu semua. Ketika segala usaha sudah dilakukan semaksimal mungkin, ketika diri ini sudah bertawakal kepadaNya, apapun hasilnya… minumnya the botol sosro, eh salah, maksud saya… apapun hasilnya pasti membuat saya bahagia. Ini enggak bohongan, suwer tekewer kewer deh, hehehe. Oia, sebelumnya terdapat 15 finalis yang lulus TKD (saya finalis ke-15 hahahaha). Ke-15 finalis tsb berhak maju ke babak berikutnya, yaitu Psikotes. Dari 3 formasi yang dibutuhkan, ternyata hanya ada 2 orang yang lulus dan berhak maju ke babak bonus (Tes Kesehatan dan Wawancara), satu dari UI, satu dari UGM. Yang dari UI itu senior saya anak 2007, sebelumnya pernah melihat dia di KTO ketika saya wawancara di situ tahun lalu (wawancara supergoblok karena boleh dibilang enggak persiapan sama sekali)

Tapi tetap, sesuai niatan dan janji saya di posting sebelumnya, saya akan sharing pengalaman saya ikut ujian TKD dan Psikotes. Here we go… syuuung~

TKD waktu itu dilaksanakan di kampus STAN Bintaro. Waktu pengambilan kartu, saya mengambilnya di STAN juga di gedung D. Nah, kalau TKD di gedung C atau L (saya lupa, antara itu pokoknya). Intinya, di dalam gedung yang ada lab komputernya. Sistem tesnya CAT, jadi pakai komputer dan nilainya bisa langsung diketahui setelah selesai. Persiapan yang harus dilakukan, ya… BELAJAR. Beli buku persiapan di toko buku. Seriously, this is worth! TKD itu ada 3 bagian: TIU, TWK, dan TKP. DI buku persiapan itu juga pasti diberitahu tips-tipsnya deh. Pokoknya harus cari buku yang bagus ya.

Sebelum masuk ke gedungnya, saya mendengar pengumuman agar peserta melakukan solat ashar terlebih dahulu karena TKD sesi sore akan dilaksanakan pukul 15.00 sampai sore. Selain itu, peserta yang belum menggunakan pakaian rapi (kemeja dan no jeans serta sepatu), tidak boleh memasuki gedung. Bapak-bapak petugasnya ramah-ramah deh. Setelah solat, saya dan peserta lain mengantri untuk mendapatkan cap di tangan tanda registrasi. Saya mendapat kelompok 6, petugasnya ibu-ibu (kelihatan mengantuk, jadi tidak seru, cuma begitu-begitu saja: cek kartu dan KTP-cap-selesai). Saya iri dengan kelompok 5, petugasnya mas-mas ganteng, hahahaha! Terus diajak mengobrol sambil bercanda juga. Ih, seru banget deh!

Setelah mendapatkan cap di pergelangan tangan (serasa di Dufan deh sumpah), saya diarahkan ke area lebih dalam gedung. Di situ ada 3 orang petugas lagi, peserta disuruh duduk sesuai ruang kelompok. Kelompok saya terakhir masuk ruangan huhu. Merasa di-anaktiri-kan nih, hehehe.  Okay, singkat cerita, kami duduk menunggu lalu masuk ke ruang ujian. Saya mengerjakan dengan cekatan waktu itu. Alhamdulillah lulus TKD.

Beberapa waktu kemudian, Tes Psikotes dilaksanakan di Kantor Dirjen Bea Cukai Jalan Ahmad Yani. Wah, baru pertama nih pengalaman psikotes CPNS. Banyak sekali lho tesnya. Dan yang paling buat mual adalah Tes Koran. Benar-benar segede koran kertasnya. Ada satu jenis soal yang tidak ada di dalam buku persiapan saya. Agak pusing juga itu. Saya paling suka Tes Kecepatan Berhitung karena sudah tahu trik-triknya dari buku persiapan hehehe. Selain itu juga disuruh menggambar. Saya juga sudah mempersiapkan dan latihan di rumah. Saya gambar pohon rambutan dan seorang koki (belum selesai itu gambarnya hadoooh).

Saya bawa dua buah roti untuk makan siang. Pas sekali karena waktu istirahat dan solat hanya sekitar 30 menit saja. Masjidnya adem sekali dan serasa damai di sana sampai membuat saya lupa kalau sedang ujian hahahaha. Dikira sedang ikut kajian. Selain berbagai tes psikologi, kami juga disuruh mengisi data diri dan beberapa kelebihan serta kekurangan (yang ini belum persiapan huhuhu). Psikotes waktu itu tidak secekatan TKD. Akhirnya, saya tidak lulus. Masih ada yang lebih baik daripada itu pastinya. Skenario Tuhan kan lebih baik dari keinginan kita. Oia, ada kejutan super ketika saya dan peserta yang lain mengerjakan Tes Koran. Saya dan seorang perempuan di sebelah kiri saya sama-sama bengong dan tersenyum kaget melihat kertas sebesar itu. Waktu mengerjakan, mata saya agak melirik ke sebelah kanan. Wow seorang peserta laki-laki (lumayan ganteng hehehe) cepat sekali mengerjakannya. Apalagi peserta perempuan berjilbab lebar yang ada di depan saya. Dia minta kertas lain saat saya masih belum slesai dengan setengah pekerjaan saya. Hahahahahaha….

Satu lag hal yang paling berkesani, waktu berangkat ke lokasi ujian, saya minta diantar bapak saya yang kerjanya di BKN, lumayan kan sejurusan. Tapi waktu pulang sendirian. Intinya belum tahu mau naik angkot apa yang jelas bus atau angkot yang menuju UKI atau Cililitan. Kalau sudah sampai situ sudah aman deh. Jadi saya itu SMA nya dulu di Cililitan, so kalau sudah di daerah situ mah merasa deket rumah (padahal jauh banget kkk Cibubur VS Cililitan). Ketika sedang menunggu angkutan umum, eh tiba-tiba ada perempuan tanya kalau ke Jatinegara naik apa. Nah lho saya juga tidak tahu. Entah bagaimana nasib perempuan itu waktu itu setelah saya naik bus jurusan PGC hehehe. And… di dalam bus saya diajak mengobrol oleh dua orang pengamen bertato. Serius itu saya membeku di tempat. Serem. Saya jawab singkat-singkat saja sambil istigfar dalam hati. Takutnya modus penghipnotisan -.-

Sesampainya di PGC, saya ke Hokben untuk merayakan ke-selesai-an Psikotes hari itu. Apapun masalahnya, pelarian saya cuma ke Hokben… hahaha. Beneran ini.

Ya begitulah pengalamannya. Akhir kata... Wassalamualaykum ^^
Pengalaman mau baik atau buruk adalah pengalaman, yang bisa membuat kita tambah bijak tambah dewasa dan tentunya tambah kaya pengalaman… #ceilah

Senin, 17 November 2014

Karier dan Pengembangan Diri

Assalamualaykum!

Manusia semakin beranjak usia, maka semakin banyak pengalaman hidupnya. Sepertinya, ini yang akhir-akhir ini saya percaya dan pahami. Pengalaman-pengalaman itu ada yang enak, tapi ada yang enek juga. Semakin ke sini, di usia saya yang beberapa hari lagi lagi genap 24 tahun, it's more complicated I think. Pengalaman hidup yang Allah berikan kepada saya bukan hanya pengalaman yang sederhana saya, tapi yang rumit pun ada. Banyak.

Dulu, waktu sekolah, saya berpikir, ya setelah sekolah pasti bekerja untuk mencari uang dan bekerja akan jadi sebuah rutinitas biasa seperti sekolah dulu. Sudah. Titik. Sesederhana itu. Namun, ternyata setelah dijalani hampir setahun lebih beberapa bulan ini (after graduated), tak sesederhana itu ya? Bekerja tak hanya bekerja. Maksudnya, bekerja melakukan jobdesk sesuai perjanjian di awal sampai tanggal 1 gajian, bekerja-gajian-bekerja-gajian-bekerja-gajian, dst.

Menurut pengalaman dan pengamatan saya yang masih seumur jagung ini dalam dunia kerja, ada banyak hal penting di samping main menu bekerja kita (entah itu mengajar, buat pembukuan, buat desain, memeriksa data, dsb) yang harus dipikirkan, antara lain sebagai berikut:
 

1.    Fasilitas di tempat kerja

2.    Hubungan dengan rekan kerja

3.    Hubungan dengan atasan

4.    Hubungan dengan bawahan/OB/OG

5.    Pengembangan dan pembelajaran diri

6.    Refreshing

7.    Investasi dan tabungan

8.    Waktu dengan keluarga dan teman

9.    Waktu dengan Tuhan

10. Olahraga dan makan teratur

 
Lho, setelah ditulis kok jadi banyak ya? Hahaha. Penomoran di atas tidak menandakan nomor 1 adalah yang terpenting. Menurut saya, semuanya penting. Dan mungkin bisa muncul beberapa nomor lagi sejalan dengan bergulirnya waktu #asek.

Okay, pertama yang saya pahami, sebagai pekerja ternyata tugas kita bukan hanya berkutat dengan masalah pekerjaan itu saja, namun kesepuluh hal di atas juga menjadi hal yang harus kita pikirkan denga baik. Pertama, fasilitas di tempat kerja ternyata bisa menjadi poin tambahan bagi tugas utama kita, misalnya ada jaringan Wi-Fi sehingga kirim-mengirim email bisa lancar jaya. Tapi, ruang kerja bisa pengap disebabkan oleh fasilitas kipas/AC/sistem aliran udara tidak bekerja dengan baik. Oleh karena itu, produktivitas kerja pun bisa menurun. Malah, saya pernah punya pengalaman, murid saya minta izin tak masuk karena kepanasan di kelas.

Kedua, ternyata… kita memang tidak hidup sendirian. Teori sosiologi waktu sekolah dulu "manusia adalah mahluk sosial yang tak bisa hidup sendirian" itu benar. Dulu, saat pikiran saya masih belum se-kritis dan se-filosofis saat ini, saya hanya menganalogikan hidup tanpa ayah-ibu-teman, pasti sepi. Sekarang, saya tahu maksud teori itu! Manusia punya peran masing-masing, salah satunya jabatan yang sama (rekan kerja), jabatan yang lebih atas (atasan), dan jabatan yang lebih bawah (bawahan/OB/OG). Dengan ketiganya, sebagai individu, kita harus bisa beradaptasi. Memang, saya dari dulu punya pemikiran bahwa "harus jadi diri sendiri". Namun, ketika kita berada di dunia ketiga*, yaitu dunia kerja, maka imej dan hal-hal sepele yang kita lakukan bisa menjadi penting dan bisa menjadi nilai yang disematkan orang lain atas diri kita. Intinya, kita bisa tetap menjadi diri sendiri tapi juga baik di mata orang lain. Misalnya, ketika sebagai individu punya sifat pendiam. Di dunia ketiga, senyumlah setidaknya beberapa kali walaupun tidak sering. Kenapa? Karena orang lain bisa berpikiran lain kepada sifat kita itu: sombong. Padahal apa yang disombongin juga? Hahaha

Sifat orang di dunia ketiga ini beragam. Ada yang munafik, ada yang lurus, ada yang keep safety, ada yang … Ada yang lemah seperti saya beberapa bulan lalu. Ketika saya tidak bisa melakukan apa yang saya bicarakan. Saya merasa menjadi orang terlemah yang paling ada. Saya tahu, di tempat yang lain pasti orang-orang sudah menghujat saya munafik, sombong, tak bertanggung jawab, dsb. I hate myself really. Tapi, saya lebih membenci suasana kerja di sana. Saya masih muda dan bisa melakukan berbagai hal lain. Kenapa saya harus terjebak di sana dengan orang-orang yang seperti itu? #lho kok jadi curcol ke mana-mana?

Ehem. Maaf. Hehehe. Lanjutkan yang tadi, tentang berbagai karakter atau sifat orang di dunia ketiga. Peraturan pertama tadi: lakukan hal yang di saat melakukannya, kita bisa tetap menjadi diri sendiri tapi juga baik di mata orang lain. Peraturan kedua: dilarang terlalu percaya kepada orang lain (walaupun kita merasa dekat, belum tentu dia merasakan yang sama). Mengenai hal ini, saya punya pengalaman! Saya pernah beberapa kali menge-share hal-hal penting seperti, sms jahil dari murid, keseganan saya dengan beberapa orang di kantor, dsb kepada rekan kerja saya. Kebetulan dia junior saya di kampus. Saya pikir, sebagai satu alumni, dia akan bisa jaga rahasia. Tapi, nyatanya tidak. Terlalu sakit hati jika saya ceritakan lebih lanjut. Intinya, hati-hati kepada orang lain, jangan terlalu terbuka tentang segala hal. Labih baik, ceritakan saja kepada keluarga.

Ingat, bekerja membuat seseorang menghasilkan uang. Nah, uang yang sudah didapatkan itu harus dibagi (persen-persenannya bisa dilihat di website keuangan hehehe). Dibagi menjadi uang untuk tabungan, investasi, refreshing, pengembangan dan pembelajaran diri, dsb. Hal tersebut penting sekali untuk masa depan kita. Satu lagi, olahraga dan makan teratur juga penting bagi masa depan dan masa sekarang. Buat saya, ini yang masih susah. Olahraga. Insya Allah saya juga akan berubah jadi meluangkan waktu untuk olahraga! Okay ^^

Waktu yang dimiliki setiap orang yang hidup di muka bumi ini seharinya sama, 24 jam. Maka, pergunakanlah dengan bijak. Waktu untuk diri sendiri (Me Time) bisa digunakan untuk bermuhasabah/merenungkan apa saja yang sudah dicapai, apa yang belum, apa saja yang sudah bermanfaat, apa yang belum, benarkah pemasukan dan pengeluaran kita selama ini, bagaimana target-target selanjutnya, intinya sih mengobrol dengan diri sendiri semacam building emotion and relaxing time. Waktu untuk keluarga dan teman juga penting. Walaupun hanya sebulan sekali, cobalah bertemu dan nonton bersama dengan teman-teman dekat waktu SMA! It's very refresh our mind and soul. Talking about soul, yaaa siapa yang mempunyai jiwa dan raga ini selain Tuhan kita. Maka, mendekatlah dan atur waktu kita dengan Tuhan di setiap ibadah kita dan di setiap detik kita harus mengingat DiriNya. Apapun cobaannya, semua itu pasti Tuhan buat karena ada alasannya dan hikmahnya. Juga bisa membuat manusia lebih kuat jiwa dan raganya ^^

 

*Tulisan ini dibuat dari pengalaman saya bekerja (after graduated) selama setahun beberapa bulan ini… hehehe

 

(My Experience! Tes CPNS Kemenkeu 2014: Part 1)


Assalamualaykum!

Kali ini, saya mau share pengalaman mengikuti Tes CPNS Kementrian Keuangan 2014. Tepat setahun sebelumnya, saya juga pernah ikut Tes CPNS Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, belum rejeki saya. Alhamdulillah formasi itu jadi rejeki senior saya di kampus. Dia memang baik sekali orangnya. Belum lama ini juga ketemu di JIKS ketika Ujian TOPIK. Kami pun berbincang-bincang sebentar pada waktu istirahat. Namanya, Kak Icha ^^ Oia, Tes CPNS 2013 bagi saya adalah sebuah tragedi, lebih lengkapnya, baca di sini ya … hehehe.

Kembali ke Tes CPNS Kemenkeu 2014. Awalnya, saya hampir tak percaya bahwa ada formasi untuk jurusan Korea di kementrian ini. Saya kira hanya jurusan yang terkait dengan Administrasi, Keuangan, Akutansi, Managemen, Pajak, dsb saja. Ternyata oh ternyata… ada formasi jabatan Analis Bea Cukai lho buat beberapa jurusan Bahasa, seperti Korea, Perancis, Cina, Jepang, dsb.  Apalagi formasi yang dibutuhkan 3 orang. Wah, saya merasa berkesempatan baik sekali tahun ini. Di beberapa lembaga dan kementrian juga formasi untuk Korea lumayan banyak tahun ini. Untungnya saja ada peraturan baru bahwa 1 orang hanya bisa mendaftar 1 tempat saja. Berbada dengan tahun lalu yang tidak begitu.

Pada awalnya, karena saya senang dengan dunia pendidikan, maka saya meniatkan diri untuk mengikuti tes di Kemdikbud lagi tahun ini. Namun, bapak saya menyarankan ikut tes di Kemenkeu saja. Selain formasi dan kabar berita Tes CPNS Kemendikbud yang belum jelas di websitenya dan website panselnas. Padahal sudah ditunggu lumayan beberapa hari. Akhirnya, saya pindah haluan ke Kemenkeu. Kementrian ini salah satu kementrian yang paling awal buka pendaftaran dan paling jelas tahapan tesnya. Website dan twitternya juga aktif.
 
Sama seperti tahun sebelumnya, ada 5 tahap pada rekrutmen CPNS di Kemenkeu.

1.    Seleksi Administrasi

2.    Tes Kemampuan Dasar (TWK, TIU, dan TKP)

3.    Psikotes

4.    Tes Kesehatan

5.    Wawancara (diperuntukan bagi S1 saja)

 
Berkas untuk Seleksi Pendaftaran diupload di website pendaftaran. Seingat saya, hanya butuh scan-an Ijazah dan Transkrip Nilai. Nah, di sini tolong perhatikan batas minimal dan maksimalnya hasil scan-an dan bentuk filenya apakah PDF, JPG, dsb. Sebelumnya, pendaftar harus mendaftarkan dirinya dengan mengisi biodata dan nomor NIK KTP di portal nasional panselnas.menpan.go.id atau sscn.bkn.go.id (jadi ingat bapak saya, bacanya 'go-it' 'go-it' hihihi). Kemudian, kita akan dapat email notifikasi berisi username dan password untuk digunakan di website rekrutmen Kemenkeu. Nah, kalau sudah di situ, saya jarang main ke portal nasional karena segala macam pengumuman Kemenkeu ya ada di website rekrutmen Kemenkeu, website resmi Kemenkeu dan yang paling update adalah TWITTER KEMENKEU! Hahaha *beneran.
 
Sip. Setelah itu, waktunya TKD. Pendaftar harus mengambil kartu ujian TKD terlebih dahulu. Waktu itu saya izin dari kantor karena pengambilan kartu ujian tidak bisa diwakilkan dan jatuh di hari kerja. Untungnya adik saya sedang libur mengajar kalau hari Rabu, jadi dia bisa mengantarkan saya ke Kampus STAN Bintaro untuk mengambil kartu. Kostum yang saya pakai casual rapi (KAOS belang pink, rok bahan hitam, kerudung LANGSUNG pink, sepatu kets BIASA, dan tas RANSEL). Benar dugaan saya, ketika menunggu sesi pengambilan di sana, saya dan adik saya sibuk mengomentari kostum para pendaftar yang rapi-rapi sekali dibandingkan saya.
 
Saya mengambil kartu ujian di lantai 2. Begitu sigapnya dan berjalan cepat saya ke atas. Akhirnya, dapat antrian awal, hehehe.Tentu saja saya kan pakai kostum terbaik dan ternyaman, jadi saya bisa menyalip orang-orang di tangga. Hahaha!

Saat itu, saya bertanya TKD dikerjakan lewat komputer dengan sistem CAT atau manual pakai pensil 2B. Ternyata CAT. Oh iya, kedua pegawai di depan saya juga berusaha ramah menanyakan berbagai hal tentang Korea, tapi saya jawab singkat-singkat saja karena malas banyak mengobrol, hehehe. Sebelum beranjak pulang, saya diberitahu bahwa saat ujian TKD harus menggunakan kemeja, sepatu, dan tak boleh pakai jeans. Saya mengangguk paham. Setelah itu saya langsung capcus pulang deh...

Pulang dari sana, saya dan adik saya makan di resto kesayangan… Warung Steak and Shake, Depok. Dengan bantuan google maps, kami pulang dari Bintaro-Depok-Cibubur. Lumayan kelelahan. Padahal esoknya harus kerja lagi.

 
Sekian dulu ya ^^. Insya Allah pada Part 2, saya akan bercerita tentang pengalaman saya mengikuti TKD dan Psikotes. Salam semangat!

 

Rabu, 29 Oktober 2014

Managing Time


Assalamualaykum…

Akhir-akhir ini, saya melakukan banyak kesalahan dalam beribadah karena tidak apik dalam mengatur waktu. Dan saya jadi merasa mempermainkan Allah T_T. Waktu luang terkadang bisa menyesatkan jika tidak diatur dengan baik. Waktu sempit terkadang lebih baik daripada waktu luang karena dalam waktu yang sempit, kita benar-benar akan melakukan suatu pekerjaan dengan seteratur-teraturnya sesuai jadwal, sesuai urutan. Namun, ketika Allah memberikan kita banyak waktu luang, maka setan-setan nakal pun akan punya banyak waktu untuk menggoda kita. Salahkah setan jika kita berhasil dijerembabkan ke dalam lubang dosa? Saya kira tidak. Tugas setan sampai hari kiamat memang menghasut manusia untuk melakukan kesalahan-kesalahan. Bahkan mereka sudah bersumpah. Jadi, yang salah adalah manusia itu sendiri. Akan tetapi, ingatlah bahwa Allah Maha Penyayang dan Maha Pengasih. Dia Maha Penerima taubat. Maka, bertaubatlah dengan sebaik-baiknya. Yang bisa mengkontrol diri kita adalah diri kita sendiri. Kita harus semangat melawan hawa nafsu dan godaan setan itu.

Selain itu, akhir-akhir ini saya juga ‘ketularan’ berprasangka negatif kepada orang lain. Kemungkinan akibat sekian lama berinteraksi dengan seseorang yang suka perpikiran seperti itu. Padahal dulu saya sangat positif. Ke diri sendiri maupun ke orang lain. Untung salah satu teman saya menginsyaratkan kesalahan saya itu. Mendengar untaian katanya, saya sadar bahwa selama ini saya mungkin sudah banyak salah sangka dan terlalu berpikiran negatif kepada orang lain. Tahu kan? Ketika kita berpikiran negatif baik ke diri sendiri atau orang lain, maka otak kita akan menebarkan sinyal-sinyal negatif pula. Efek yang paling terlihat adalah pada permukaan wajah kita. Jadi jarang senyum, kening mengkerut, kata-kata yang keluar dari mulut tidak baik, pikiran terfokus pada hal yang tidak penting.

Saya harus berubah. Bukan hanya karena takut dikaruniai Allah suami yang mirip saya akhir-akhir ini: kacau dalam beribadah dan berprasangka buruk kepada orang lain. Tapi lebih dari itu. Saya takut dalam keadaan ini, bekal akhirat belum terkumpul banyak, masih saja berbuat banyak dosa, rezeki usia saya dicabut. Kan serem. Dunia tak dapat, akhirat apalagi.

So, it’s time to move on. To be closer with our Creater. Semoga Allah selalu memberikan kita hidayahnya dan mengampuni segala kesalahan kita… Aamiin

Selasa, 21 Oktober 2014

Akhirnya, saya resign!

Assalamualaykum!

Salam buat para pekerja nine to five or eight to five di seluruh muka bumi ini! Saya mulai bulan Oktober ini tidak jadi anggota geng kalian lagi. Hehehe. Saya kembali pada dunia freelance!

Okay, pernah melakukan resign? Kenapa resign? Pasti banyak alasan para pekerja melakukan resign. Kalau saya… (bagaimana ya ceritanya?) Okay. Begini ceritanya. Sebelumnya, saya merupakan freelancer yang bekerja sendirian. So, saya menginginkan suasana kerja baru. Saya mengharapkan nuansa pekerjaan yang berbeda dari pekerjaan sebelumnya (freelance), punya kantor yang didatangi setiap weekdays, punya relasi dan teman kantor yang banyak buat begahol, punya tabungan yang banyak, dsb.

Selama lima bulan ini, apakah semua itu sudah dirasakan? Ya, sudah. Alhamdulillah! Tiga bulan pertama, saya sangaaaaaat bahagia ^^. Walaupun pekerjaannya sangat menguras waktu dan tenaga. Sabtu juga ngantor gitu. Meh banget! Tapi demi tabungan, yo wess...

Sebenarya saya ini orangnya terstruktur dan well prepare dalam mengajar. Jadi, kalau saya pulang pergi ke rumah, hal itu sangat menguras waktu istirahat saya. Waktu kebanyakan terbuang di jalan. Akhirnya, setelah melakukan pertapaan di gunung, saya memutuskan untuk menyewa kamar kos! Agar persiapan materi mengajar di setiap harinya tersusun dengan rapi. Maka, untuk pertama kalinya seumur hidup, saya mengekos. Hahaha. Masih ingat dulu. Malam pertama mengekos, saya mendadak tak bisa tidur. Mengetahui saya mengekos, teman-teman masa kuliah pun sampai meledek, "Cie akhirnya jadi anak kosan juga. Gimana rasanya?"

Okay, masuk bulan keempat, saya mulai paham akan budaya kerja di kantor XXX tersebut. Sulit untuk melakukan perubahan walaupun positif. Yang punya kantor terlalu mendominasi setiap kebijakan. Pun kebijakan managemen yang sudah disepakati bersama bisa seenak beliau diubah. Yang seperti itu tidak sejalan dengan saya sebenarnya karena menurut saya tidak ideal. Dan saya mulai bosan ketika harus mendengar perkataan, "Dari dulu di sini memang seperti ini…"

Terlebih ketika beberapa teman saya diberhentikan secara mendadak oleh pihak kantor. Padahal saya tahu, yang punya masalah dengan kedisiplinan adalah pegawai yang lain. Bukan beberapa teman saya itu. Lho, kenapa mereka yang diberhentikan? Usut punya usut, alasannya karena masalah pribadi dari yang punya kantor.

Langsung hilang tiga orang, men! Awalnya saya shock and panic at the disco. Tapi, saya mencoba tegar tetap stay on the right track. I mean keep stay cool. Walaupun kantor jadi sepi kayak kuburan. Saya harus tetap profesional demi murid-murid saya. And because I LOVE TEACHING. Saya pun bertahan. Namun, ternyata hanya bisa bertahan selama dua bulan saja. Iya, dengan kondisi rutinitas bangun pagi buat materi - pergi pagi - mengajar - pulang sore - makan - tidur. Secara di kosan tak bisa berbuat apa-apa. Ngobrol pun sama siapa? Sama tembok?

Genap lima bulan. Akhirnya, saya mendadak resign. Kantor sempat heboh juga. Saya mohon maaf. Tapi saya sudah merasakan berada di titik jenuh dalam pekerjaan saya. Padahal saya sangat jatuh cinta pada kegiatan belajar mengajar dan saya cinta murid-murid saya. Sebenarnya sudah merasa jenuh sejak tiga minggu sebelum resign. Tapi saya terus menghibur diri sendiri dan bertahan sampai murid-murid ujian akhir.

Awalnya, saya sudah minta izin untuk resign per bulan November. Namun, saya berubah pikiran dan memutuskan resign di bulan Oktober. Untuk pertama kalinya, saya melawan arus dan peraturan: mendadak resign. Saya berkali-kali mohon maaf dan berkali-kali dicibir salah satu staff yang mengatakan saya tidak bertanggung jawab. Saya mengaku salah, seharusnya saya memberikan solusi pengajar pengganti. Tapi, saya tidak melakukannya.

Jujur, saya sebenarnya agak sedikit trauma terkait masalah pengajar pengganti ini. Why? Dulu saya pernah karena suatu hal tak bisa mengajar di hari Sabtu. Jadi, saya memberikan solusi dengan meminta junior saya untuk menggantikan. Yang punya kantor sudah setuju. Saya pun sudah memberikan briefing materi apa saja yang harus diajarkan. Bahkan, saya juga sudah mengenalkan junior sang pengajar pengganti saya itu kepada murid-murid sekelas.

Pokoknya sudah beres… tapi… di luar perkiraan… sangat di luar perkiraan…

Saat junior saya datang untuk membicarakan masalah keuangannya dengan managemen, pihak managemen berkata bahwa pengganti saya di hari Sabtu sudah ada.

WHAT THE HELL?!

Sampai sekarang saya tidak enak hati sama junior saya itu. Saya bingung sebingung-bingungnya. Yang punya kantor agak gimana gitu ya? Seharusnya tegas. Kalau tidak setuju, ya bilang saja tidak dari awal.

Kembali ke masalah mendadak resign. Sebelumnya, saya pikir orang yang akan menjadi pengganti saya adalah staff multi talenta seperti biasanya. Eh, ternyata tidak. Ah! Saya sudah tak bisa berpikir jernih lagi di sana. Yang terbijak dan terbaik adalah saya harus keluar dari lingkungan kerja yang sudah tidak kondusif. Yang dari faktor internal saya juga sudah tidak nyaman dengan rutinitas seperti itu. Seemntara itu, dari faktor eksternal, lingkungan kerja juga sudah tidak ada teman dan tidak bisa melakukan perkembangan diri. Padahal, harapan awal saya adalah menginginkan kondisi kerja yang berbeda dengan freelance yang sendirian jadi banyak orang. Intinya, harapan tentang lingkungan kerja sudah tidak sejalan lagi.

So, semua itu adalah pengalaman berharga. Sekarang saya fokus pada CPNS Kemenkeu 2014 di depan mata. TKD sudah saya kerjaan beberapa waktu lalu. Sekarang tinggal menyiapkan latihan Psikotes. Hrus pergi ke Gramed, beli bukunya, belajar, dan lulus! Aamiin!