Selasa, 03 Desember 2013

Random sih, tapi penting! (part 1)

Okay, sekarang sudah masuk bulan Desember. It’s the month of my survival experiment plan (nah lho, apaan tuh?). Intinya, saya akan belajar untuk semakin mandiri (baca: ongkos bulanan). Walaupun masih belum berpenghasilan banyak sesuai plan, teteup mau coba sebulan enggak minta uang ke orang tua tapi... mulainya setelah dapat honor mengajar tanggal 6 hehe. Survival Plan Bulan November gagal, hehehe. Yang jelas, Insya Allah apapun yang terjadi... mulai Januari tahun 2014, saya harus bisa membiayai hidup sendiri! Wush wush prok prok! Doakan saya, yak!

Sipp. Lanjut. Ya, namanya juga random. Hehehe. (Ambil kalender, nyontek aneka kegiatan yang sudah lalu, ya abisnya lupa, kkk.) Okay, jadi terakhir saya nge-posting di sini agak lama, ya? Itu tanggal 10 Agustus. Dua puluh hari sebelum Wisuda S1 saya ^^. All right then, mari kita putar waktu lebih jauh ke belakang... Sruuuutttt.... Sumpah ini jauh banget, ke bulan Juli 2013 :p.

Di bulan Juli itu, saya masih menjadi mahasiswa yang sedang menuju sidang skripsinya. Dulu sih parno gimana gitu kalau mendengar kata ‘skripsi’, tapi sekarang mah enggak dong. Kan sudah lulus, hehe. Tepat tanggal 8 Juli pukul 10 pagi di ruang 6103, saya sidang presentasi di depan para penguji (aseek). Sampai-sampai di kalendernya, saya gambarkan simbol hati sebagai pengingat hari sidang skripsi. Jadi, angka 8 nya itu ada di tengah gambar hati ^^ (alay dikit). Gambar hati dipilih bukan karena saya menyukai sidang. (idiiiih, ya kaleee...) Akan tetapi, saya ingin menghipnotis diri supaya lebih tenang dan memikirkan kebahagiaan super tingkat tinggi setelah sidang tsb berakhir. Simbol hati kan bermakna cinta dan kebahagiaan. Iya, kan?

Btw, kata teman-teman saya, skripsi itu ibarat wanita yang sedang hamil. Nah, sidangnya itu adalah WAKTU MELAHIRKANNYA! Jadi, perasaan pas sidang ya seneng-seneng agak takut-nervous gimana gitu. Tapi teteup semua itu tergantung pintar-pintarnya diri kita membuat pikiran kita tetap positif. Saya ingat, di tengah-tengah presentasi, tangan saya tiba-tiba gemetar. Saya langsung istigfar lalu menenangkan diri seraya berbisik sendiri dalam hati, “It’s fine. Tenang, Ti. Tenang. Gak apa-apa. Semua akan beres dan selesai dengan baik.” Ya kira-kira begitu. Dan hipnotis tsb berhasil berhasil hore! #sing dora the explorer.

Nah, tips kalau mau sidang skripsi adalah pertama, kuasai materi dari bab 1 sampai kesimpulan dengan baik dan menyeluruh. Kedua, latihan presentasi dan latihan antisipasi jawaban soal (maksudnya pertanyaan yang kira-kira akan ditanyakan para penguji). Waktu itu untuk menguasai materi, saya membuat catatan ringkasan dari semua bab. Nah, kemudian saya latihan dengan dua orang teman saya, Agnes dan Zakiyah di kosan Zakiyah di Jalan Amaliah, Akses UI. Yang koplaknya adalah ketika latihan presentasi dan antisipasi jawaban, saya masih menjawab pertanyaan seperti orang ayan, terbata-bata dan tidak jelas mau ke mana jawabnya. Itu terjadi dua kali. Jadi, kami latihan satu angkatan dan juga latihan satu kali lagi secara lebih privat di kosannya Zakiyah.

Waktu latihan di KCC, perpus UI lantai 2, sudah keren pakai slide segala, tapi kelemahan saya waktu itu adalah belum menyusun kata untuk presentasi. Tahu, kan kalau sidang itu ada batas presentasinya berapa menit, jadi enggak boleh terlalu bertele-tele gitu. Eh, karena minim persiapan, saat latihan saya kacau meracau.

Selain susunan kata, ekspresi wajah dan tubuh juga sangat penting lho waktu sidang! Dan diri saya kacau sekali waktu latihan itu. Waktu latihan di KCC, teman saya ada yang bilang kalau ekspresi saya terlalu ‘jujur’. Maksudnya, jujur kagetnya dengan pertanyaan yang diajukan teman saya (dia pura-pura jadi dosen penguji, saya nantinya juga dapat giliran pura-pura jadi dosen penguji). Ya pokoknya latihannya memang sudah diatur sedemikian rupa supaya mirip dengan suasana sidang. Back to my expression! Hehe. Iya, selain kaget dengan pertanyaan (karena enggak nyangka akan ditanya seperti itu), saya juga diomeli teman karena tidak sadar kalau dari awal itu berkacak pinggang (satu tangan pegang handout dan satu tangan lagi di pinggang, malah terkadang tangan yang ada handout-nya itu berputar ke sana kemari mirip wayang, dan saya enggak sadar!). Slide juga dapat kritikan dari teman, katanya terlalu rame. Akhirnya saya memperbaiki semuanya.

(urutan peserta sidang)

Kebetulan saya dapat giliran pertama untuk maju sidang. Entah mau senang atau sedih ketika dapat informasi itu. Sebaliknya, Si Agnes dapat giliran terakhir. Ya, saya positif thinking lagi, berarti nanti jadi sarjana humaniora dari anak-anak Korea angkatan 2009 yang pertama. Wehehe kerenlah. Lagipula, being the first itu memang lebih banyak enaknya (dalam kasus saya ini). Kalau sudah selesai, tinggal nontonin teman-teman yang lain yang lagi sidang hehehe. Oh iya, jadwal sidang kami itu ada di saat menuju bulan Ramadhan. Waktu itu ada selentingan dari teman, “ya, semoga dapet pas Ramadhan, kan jadi enggak usah nyediain konsumsi buat para penguji, kkk.” Eh, ternyata teteup aja harus menyediakan karena kami sidang tanggal 8 dan 9 Juli sementara Ramadhan jatuh di tanggal 10. Hahaha. Yasuud.

Nah, dengan latihan, doa, dan pikiran positif, serta asupan makanan yang enak, saya berhasil me’menang’kan sidang! Alhamdulillah dapat nilai terbaik sesuai harapan. Bahkan di luar plan awal. Really THE BEST OF ALL.

Masih cerita tentang skripsi saya, ya! Sebenarnya, waktu itu saya sedang banyak jadwal mengajar di bimbel, jadi badan agak kurang fit. Untungnya, ketika sidang, saya sehat-sehat saja. Tapi, satu hari setelah sidang, langsung deh masuk angin. Dan kebahagiaan super tingkat tinggi yang saya kira akan saya dapatkan setelah sidang skripsi, ternyata BOHONG BELAKA!!!! Suer deh. Ternyata, mengurus kelulusan dan tetek bengeknya itu super duper menguras tenaga and itu sudah masuk bulan puasa. Intinya, jika mau lulus, maka revisi skripsi harus jadi paling lambat seminggu setelah sidang (kasus saya, beda dengan yang lain sih), lalu diprint yang banyak (apalagi waktu itu skripsi saya tentang film, jadi banyak gambarnya, jatohnya jadi mahal T.T), kemudian ditandatangani para dosen penguji, lalu ke sub bagian akademik untuk dicap, ke perpus buat di-upload, minta surat bebas pustaka, surat berhasil unggah dsb. Akhirnya... ya akhirnya... saya tepar! Pertamanya sih, merasa kelelahan doang karena harus bolak balik ke sana ke mari dan di rumah juga ada kerjaan bersih-bersih rumah dll. Di saat-saat itu, saya menanti hari-hari datang bulan agar setidaknya bisa ‘istirahat’. Sebenarnya sudah tanggalnya, tapi entah mengapa waktu itu belum datang juga.

Tepat pada tanggal 23 Juli, saya berada di titik paling nadir. Waktu itu sambil menunggu jilid-an di perpustakaan, saya sudah kliyengan dan berpikir untuk membatalkan puasa. Tapi, saya tetap bertahan. Akhirnya, saya pulang naik ojek dari perpus UI sampai rumah di Cibubur. Di perpus, saya masih bisa senyum kepada abang ojek, tapi di gang rumah, saya sudah hampir pingsan. Mungkin karena diterpa angin di perjalanan. Saya menepuk-nepuk tangan agar tetap sadar dan terus  istigfar. Pokoknya jangan sampai pingsan.

Turun dari ojek di depan rumah, sepeda baru Poligon Lite saya ternyata sudah tiba (memang pesanan diantar hari itu). Namun, karena masuk angin super (saya kira waktu itu) tsb, tiadalah nafsu untuk melihat sepeda barang secuilpun. Sama sekali. Gerbang dikunci, saya teriak-teriak sambil menangis minta dibukakan segera. Tas berisi jilidan skripsi yang sudah direvisi saya lempar ke atas sofa dan saya minta adik saya untuk mengurus ongkos si tukang ojek. Sementara saya minta teh hangat dan minta dikerok oleh ibu saya. Masuk rumah langsung rebahan dan selimutan. Saya ingat, tetangga saya yang sedang bantu setrika di ruang tamu berkata waktu itu, “Ya ampun, Ti, Pucet banget mukanya!”. Saya tambah shock. Saya batalkan puasa segera setelah ibu menyodorkan teh manisnya.

Tanggal 24, saya haid! Alhamdulillah! Akhirnyaaa bisa istirahat juga. Btw, saya ini paling malas pergi ke dokter karena tidak bisa minum obat pil dan kapsul, bisanya hanya sirup dan puyer (padahal umur sudah tua :p). Tapi, beberapa hari ke depannya, saya akhirnya ke dokter karena demam sangat tinggi. Mata sampai merah. Semalaman tidak bisa tidur. Ya, saya kira itu adalah demam terparah saya selama saya hidup. Kacau benar sama sekali tidak bisa tidur! Panas sekali dengan kaki yang kedinginan, persendian sakit, kepala pusing, dan perut mual serta muntah-muntah.

EMERGENCY!!!!

Tanggal 27, sore harinya, saya merasa sangat tidak kuat lagi untuk bertahan dan sempat berpikir mungkin saya terkena tipus. Panas dan demam memang sudah reda, tetapi saya mulai merasa sesak nafas dan denyut nadi saya rasakan sangat lemah. Perut juga masih mual dan sulit menerima makanan. Selalu muntah. Jadilah badan saya lemah selemah lemahnya. Di sore itu, akhirnya saya minta dibawa ke klinik Oyot Haji di Bekasi (beliau paman ibu saya). Saya dibawa pakai mobil tetangga yang waktu itu supirnya sungguh ingin sekali saya cekek lehernya. Bayangkan! Saya sedang bengek-bengek begitu, dia bertanya di dalam mobil, “Saya boleh merokok?”. Sontak langsung saya jawab, “Jangan, Pak! Jangan!!!!” DASAR GILA!

Sesampainya di tujuan, saya disambut oleh saudara saya yang baik hati, Si Gustiani. Wajahnya damai dan melihat saya yang kliyengan, ia terlihat begitu panik dan menyuruh saya masuk ke dalam. Saat cipika cipiki dengannya saja sebenarnya saya sudah tidak kuat lagi berdiri sehingga setelah itu, saya langsung jongkok ditempat. Masuk ke penginapan di klinik, saya langsung diinfus dan diambil darah. Keesokan harinya, jengjengjeng! TERNYATA DEMAM BERDARAH! Trombositnya hanya 7000, padahal normalnya 110.000 (saya lupa satuannya apa, CMIIW).

Koplaknya adalah, sebelumnya, Si Dokter a.k.a adik sepupu ibu saya dan sekaligus kakaknya Gustiani, bernama Teteh Zubaidah, kurang fokus dalam melihat hasil laboratorium. Ia berkata saya hanya kelelahan dan semua normal. Namun, ketika Oyot Haji (bapaknya Teteh Zubaidah dan Gustiani) membaca kertas itu... “Ya Allah, Ti! Iyeu mah demam berdarah atuh! DBD! Trombositnya sakiyeu teh di bawah normal!” Beliau begitu panik. Saya mendengar hal itu, jujur, antara amazing dan takut. Amazing bahwa saya kena DBD maksudnya karena saya belum pernah dirawat di RS dan ketika dirawat, penyakitnya super sekali (#nada gaya Mario Teguh), DBD! Dan tentang perasaan takut, ya off course ya cuy. Ya kalee ente seneng kena DBD. Amazing beda ya sama senang. Kan banyak yang ‘lewat’ karena DBD ane juga takut ‘lewat’ laaah. Ini beneran! Saya berdoa dan berharap sama Allah supaya diberi kesembuah dan jangan ‘diambil’ saat itu karena jujur merasa belum berbuat apa-apa untuk kedua orang tua, keluarga, nusa dan bangsa saya serta masih merasa berlumur dosa T.T

Oyot Haji bertambah panik ketika mengetahui saya mengeluarkan darah (padahal itu kan darah haid). Tapi, memang tubuh kita ini punya kedinamisan ya? Jadi, ketika tubuh saya sedang drop sekali, saya haidnya berhenti. Sama sekali berhenti padahal baru beberapa hari (normal haid kan seminggu). Setelah lumayan banyak diinfus, haidnya muncul lagi. Nah, Oyot Haji mengira itu darah karena pembuluh darah yang pecah akibat DBD (gila!! itu sih serem abis!). Untungnya saya belum ada pendarahan seperti itu. Alhamdulillah...

Teman-teman kantor bapak saya, saudara-saudara, menjenguk saya. Di saat itu, saya merasa terharu untuk pertama kalinya. Saya menghabiskan 29 botol infus. Keren, kan? Dan tangan saya tidak bengkak, Hehehe. Itu bagus katanya. Kurang lebih selama 10 hari saya dirawat di Bekasi. Setelah pulang ke rumah, para tetangga menjenguk lagi dan saya terharu lagi ^^. Sementara itu, Idul Fitri telah menunggu di ujung jalan. Untung saya sudah pulang sebelum Ied. Jadilah saya sendiri menunggu di rumah saat Lebaran karena masih dalam masa pertumbuhan, eh maksudnya penyembuhan. Tahun itu, saya utang puasa 16 hari karena DBD!

(penampakan tangan setelah cabut infus)

Oh iya, untungnya waktu sakit, saya tinggal mengurusi pembayaran wisuda dan menunggu tulisan di SIAK NG berubah menjadi lulusan. Yang upload foto saja adik saya di klinik. Iya, jadi laptop dibawa dari rumah dan adik saya yang kedua juga sampai bolos sekolah gara-gara saya sakit (dia masuk angin kehujanan pas pulang dari Bekasi).

(Ijay dan Fatimah yang setia menunggu akyuu :p)

Okay, random dari skripsi berpindah ke DBD dan sekarang ke mana lagi, ya? (Cek kalender lagi...). Hemm, wah wisuda ternyata!! Tapi, sekarang sudah jam dua dini hari, sepertinya sudah cukup. Nanti saya buat part 2 nya saja, ya! Hehehe. Sekarang mari rapi-rapi dan tidur untuk interview kerja esok pagi :p. Btw, thx for reading my posting ya ^^    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar