Sabtu, 10 Agustus 2013

Diri dan Identitas

1.1.Definisi Diri (Self)
Menurut George Herbert Mead, diri atau the self adalah sesuatu kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku kita sendiri dari sudut pandang orang lain sehingga kita dapat menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara “normal”. Dipandang dari sudut kaum interaksionis, diri dibentuk dan diubah melalui interaksi dengan orang lain. Seseorang tidak dilahirkan dengan suatu diri yang sebelumnya telah terbentuk. Melalui penggunaan simbol-simbol, orang belajar untuk menerima sikap, nilai, dan rasa hati yang sesuai dengan lingkungan sosial tertentu tempat seseorang berada (1985:106).
Seseorang dapat mengembangkan dirinya. Mead menjelaskan bahwa pengembangan diri terdiri atas dua tahap yang berbeda, yaitu tahap permainan (the play stage) dan tahap pertandingan (the game stage). Tahap permainan merupakan suatu periode di dalam hidup seorang anak ketika ia membina kemampuan untuk benar-benar menerima ciri-ciri yang berkaitan dengan orang-orang yang memainkan peranan-peranan tertentu. Sementara itu, tahap pertandingan merupakan tahap yang di dalamnya terdapat suatu keterpaduan pasti yang dimasukkan ke dalam organisasi diri-diri yang lain (1985:108-111).
Mead dalam teori sosialisasinya menyatakan bahwa diri mempunyai dua komponen, yaitu I dan me. Komponen me dalam diri mewakili segi yang lebih konvensional, yaitu segi yang memberikan tanggapan pada konvensi-konvensi sosial. Bertentangan dengan itu, Komponen I dalam diri mewakili faktor-faktor pribadi yang khas yang memasuki komunikasi kita dengan orang lain (1985:112). Sunarto menyederhanakan komponen me sebagai segi konvensional dari diri yang telah dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya sedangkan I adalah segi khas dari diri yang belum tersosiolisasi, yang bersifat subjektif, dan tidak dapat diramalkan sebelumnya (1985: xvi).
(Sumber: Karp dan Yoels. Symbols and Society: Understanding Interaction. New York: Harper & Row Publisher, 1979 diterjemahkan dalam Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi: Suatu Bunga Rampai. Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo, 1985)
Konsepsi mengenai diri dapat ditunjukkan melalui pakaian yang dikenakan seseorang. Menurut Henslin, pakaian merupakan bagian yang sangat biasa dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi bahan penelitian dalam sosiologi. Seseorang mempunyai suatu gambaran tertentu mengenai dirinya sendiri, mengenai siapa dan apa dirinya itu, dan melalui pakaian seseorang mengkomunikasikan kepada orang lain beberapa aspek dari konsepsi mengenai diri (1985:126).
(Sumber: Henslin, James M. Introduction to Sociology: Situations and Structures. New York: Harper & Row Publisher, 1973 diterjemahkan dalam Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi: Suatu Bunga Rampai. Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo, 1985)

1.2. Definisi Identitas (Identity)
Dalam kehidupan sosial, identitas seseorang merupakan hal yang penting. Identitas yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi kehidupannya bersama orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, identitas memiliki dua makna, yaitu (1) ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda; (2) jati diri (2008:538).
Sementara itu, menurut Tajfel (1978) dalam artikel ilmiah Steven Greene yang berjudul Social Identity Theory and Party Identification, identitas didefinisikan sebagai that part of an individual’s self consept which derives from his knowledge of his membership of a group (or groups) together with the value and emotional significance attached to the membership (2004:137). Tajfel mendefinisikan identitas sosial sebagai bagian dari konsep diri individu yang berasal dari pengetahuan mengenai keanggotaannya dalam sebuah kelompok atau kelompok-kelompok bersamaan dengan makna nilai dan emosional yang melekat pada keanggotaannya.

(Sumber: Greene, Steven. Social Identity Theory and Party Identification. North Carolina: Social Science Quaterly, vol 85, 2004)

Menurut Henslin, identitas diperoleh melalui keikutsertaan atau keanggotaan dalam hubungan-hubungan sosial (1985:127).

(Sumber: Henslin, James M. Introduction to Sociology: Situations and Structures. New York: Harper & Row Publisher, 1973 diterjemahkan dalam Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi: Suatu Bunga Rampai. Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo, 1985)

Macam-macam identitas.
1.      Personal identity (identitas pribadi) : menurut Fearon, personal identity is a set of attributes, beliefs, desires, or princeiples of action that a person thinks distinguish her in socially relevant ways and that (a) the person takes a special pride in; (b) the person takes no special pride in, but which so orient her behavior that she would be at a loss about how to act and what to do without them; or (c) the person feels she could not change even if she wanted to (1999:25).
2.      Social identity (identitas sosial) : menurut Wendt (1994, 395) dalam What Is Identity (As We Now Use The Word)?, social identities are sets of meanings that an actor attributes to itself while taking the perspective of others, that is, as social object. ... [Social identities are] at once cognitive schemas that enable an actor to determine ‘who I am/we are’ in a situation and position in a social role structure of shared understandings and expectations (Fearon, 1999:5).
3.      National identity (identitas nasional) : menurut Bloom (1990, 52) dalam What Is Identity (As We Now Use The Word)?, national identity describes that condition in which individuals and collectivities are distinguished in their social relations with national symbols – have internalised the symbols of the nation... (Fearon, 1999:4).

(Sumber: Fearon, James D. What Is Identity (As We Now Use The Word). Stanford University, 1999)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar