Sabtu, 26 Mei 2012

Bedah Buku dan Film Cinta Suci Zahrana di FISIP UI (210512) ^^



Assalamualaykum... ^^

Apa kabar, teman-teman ^^. Kabar saya sangat sibuk akhir-akhir ini, soalnya mau ujian (UAS semester 6, cuy~ tak terasa ternyata kuliah tinggal 1 tahun lagi, hihiy~) Yap, saya tak tahan lagi mau menginggalkan semester ini, yaitu semester TERAKHIR belajar bahasa Korea, bwahahaha *gaya tangan pahlawan bertopeng. Hmm, bukannya tak mau belajar, hanya saja... peer-nya itu lho... sangat menyiksa. Banyak sekali. Bahkan mungkin, terlalu banyak -_____-

Untung saja, di tengah-tengah kesibukan itu, banyak acara dan seminar-seminar seru dan bermanfaat di dalam kampus ^^. Salah satunya, ada acara Bedah Buku dan Film Cinta Suci Zahrana di gadung AJS FISIP UI, tanggal 21 Mei 2012 kemarin dan seminggu sebelumnya, saya sudah dengar berita itu. Katanya, akan hadir Kang Abik sebagai penulisnya, Meyda Sefira, serta Cholidi Asadil Alam sebagai pemain dalam filmnya. Oleh karena itu, acara ini sangat saya tunggu-tunggu, hehehe ^^

Baiklah, mungkin kita bisa lihat resensi dan sinopsis bukunya di sini terlebih dahulu...
Nah, kalau sudah baca, balik lagi ke sini, hehe...

Acaranya dimulai pukul 14.00 sampai pukul 16.00 sore dan Alhamdulillah saya dapat tempat duduk di tengah depan, barisan ke empat. Saya datang dengan Zaki (yang sebelumnya sangat galau antara pergi ke perpus untuk kerjakan peer online shopping bahasa Korea bisnis atau datang ke acara bedah buku dan film itu bersama saya :p), lalu ada duo kembar, Kak Lita dan Lisa juga. Sebelumnya, tempat duduk di depan kosong, tapi saya dan Zaki terlalu cantik untuk ada di depan, nanti para pembicaranya tak bisa konsentrasi lagi :p



(acara dibuka oleh Tim Nasyid Al Hikmah FSI FISIP UI *sumpah mereka kocak banget, acara ini suasananya jadi lucu juga karena mereka, mereka nyanyi sambil ngelawak kayaknya, hehe plus di tengah acara, mereka juga merangkap jadi panitia perlengkapan, karena ikut bantu angkat sofa ke atas, bwahaha. sumpah kocak. tapi tetep ketika nyanyiin lagu nasyid kesukaan saya, saya merinding~ ziiing~)




(ki-ka: moderator (menurut saya kurang ok, nih, seharusnya Kak Yasir aja yang jadi moderator, hehe), Kang Abik (it's the first time for me to meet Kang Abik ^^ baju hijaunya sangat menentramkan~ kakek guru saya~ *sambil sungkem), terakhir Kak Odi (kakak itu datang dengan blazer coklat dan celana jeans, menurut saya gak terlalu cocok sama kulitnya, tapi gak apa-apa, karena kharismanya mengalahkan semuanya ^^ lagipula masih mending dia pake baju, soalnya selain main film, dia juga lagi sibuk banget sama kuliah dan jualannya di kalibata, hoho~)



Kang Abik bercerita mengenai cerita Cinta Suci Zahrana ini. Menurut saya, inti ceritanya adalah tentang seorang wanita yang telat menikah.Oh, iya, hampir lupa, dua orang pembicara lagi, yaitu Meyda Sefira dan Mr. M (saya tak suka orangnya, jadi saya tak mau tulis namanya di blog saya, hehe) berhalangan hadir. Michin yeoja-deul yang datang karena ingin melihat Mr. M, rasakanlah karena orang itu tak datang! Bwahahaha~

Oke, kembali lagi ke jalur kebaikan. Yap, dalam menulis cerita ini, Kang Abik memperoleh inspirasi dari kerabatnya yang kurang lebih begitu ceritanya, telat nikah. Kerabatnya Kang Abik itu lalu konsultasi kepadanya dengan harapan mendapatkan solusi dan bantuan.

Kang Abik juga membahas tentang pendidikan bagi perempuan yang sangat terbuka dalam Islam. Perempuan sama dengan laki-laki, boleh menggapai pendidikan sampai setinggi apapun karena menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Saya setuju kali ^^ Kemudian, Kang Abik juga bercerita tentang perbedaan wanita dan laki-laki dalam masalah usia pernikahan. Kaum laki-laki tidak punya masalah kapan menikah (tentunya setelah baligh), akan tetapi kaum wanita harus memikirkan masa produktifnya yaitu di bawah 35 tahun. Usia setelah 35 tahun, agak sulit karena mendekati masa menopause.

Dan Kang Abik menjelaskan penuh dengan kedamaian dan ketentraman~ Hmm, di sini, saya mengerti. Memang benar sekali, bagi kaum wanita khususnya, usia produktif harus dipikirkan sebelum menikah. Penting itu hukumnya. Sebelumnya, saya juga sudah memikirkan hal seperti itu. Waktu itu, niat saya untuk ambil S2 di Korea sangat menggebu-gebu. Lalu, saya berpikir... tapi saya akan menikah dulu, setelah itu baru kuliah S2. Banyak kok yang seperti itu, jadi menikah dan menuntut ilmu seharusnya tidak saling menjatuhkan, tapi berjalan beriringan...

Oh iya, di sesi pertanyaan, saya sebenarnya sudah mengewer-ngewerkan tangan saya. Tapi, masih belum rezeki, jadi tidak terpilih sebagai penanya. Huhu. Sedih. Padahal di depan itu adalah dua orang yang sangat menginspirasi. Ada sebuah pertanyaan yang bagus, dari Kak Nurul, dari FIB juga,

“Kang Abik, bagaimana ya caranya mencari jodoh? Maksudnya, kalau pendidikan kan sudah jelas, kita harus masuk SD, SMP, masuk sana situ, ambil jurusan ini itu... Nah, kalau urusan jodoh bagaimana?”

Kang Abik jadi seperti konsultan cinta lagi, hehehe. Dan saya serta hadirin lainnya cekikikan tapi penasaran juga, apa kiranya jawaban Kang Abik dari pertanyaan tadi. Sebenarnya, banyak yang dikatakan Kang Abik sebagai penjelasan dari jawabannya,

“Pantaskan diri.” Itu ringkasan dan inti dari jawabannya. Setuju dong, wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan sebaliknya. Dan saya langsung teringat bukunya Mas Ippho Santosa ^^ 



(kali ini, Kak Odi (yang ternyata seniornya Lisa di SMA, ya ampun dunia sempit sekali~) share tentang tokohnya sebagai Rahmat si tukang kerupuk di film ini yang Kak Odi bilang seorang tokoh yang sangat penting dalam cerita walau pengambilan gambarnya sedikit) 




Oh iya, sama seperti pertemuan dengan Kang Abik, pertemuan dengan Kak Odi juga menjadi yang pertama. Kedua orang itu sangat menginspirasi untuk saya yang tertarik di dunia penulisan dan wirausaha. Kang Abik, tak perlu ditanya lagi geliatnya di dunia kepenulisan, terutama novel religi. Dan saya juga meniti jalur yang sama, yaitu novel religi, namun masih untuk remaja, hehe. Oleh karena itu, tadi saya panggil Kak Abik jadi kakek guru, hehe. Semoga saya juga bisa jadi penulis seperti Kang Abik yang bisa membuat karya-karyanya jadi film. Tapi, sebenarnya, dari hati yang paling dalam, saya maunya karya-karya saya nantinya menjadi sebuah DRAMA! Yap, drama televisi. Saya tak mau menyebutnya sinetron, hehe. Tapi cukup kisaran 15-20 episode saja. Begitu... Semoga bisa jadi kenyataan dan bermanfaat bagi semua. Aamiin ^^

Nah, Kak Odi juga jadi orang yang sangat menginspirasi saya. Terserah orang lain dan michin yeoja-deul yang menyukainya sebagai artis, tapi saya tidak termasuk mereka. Kak Odi menginspirasi saya karena dirinya sendiri. Bukan karena dia artis atau bintang film. Saya jadi teringat, waktu beberapa tahun yang lalu nonton KCB  di Cibubur Junction bersama Tia, sahabat SMA saya. Waktu itu Tia bilang,

“Dia (Kak Odi yang berperan jadi Azzam) enggak ganteng tahu, Sol. Biasa aja mukanya...,”
“Ada tahi laletnya lagi...,” tambah Tia.
“Hehehe, emang iya. Dibilang manis, enggak juga. Sedikit banget manisnya, tapi entah kenapa, ada sesuatu yang berbeda dari dia Tia dan gue enggak tahu apa ...,

Tapi sekarang saya tahu, itu adalah kharisma ^^ Oh, iya, adalah kebiasaan saya meng-add akun facebook setiap orang yang menginspirasi saya. Zaman awal-awal, film KCB, saya cari nama Kak Odi, ternyata... TIDAK ADA! Ya ampun... bertahun-tahun kemudian, yaitu sekarang, saya cari namanya, dan... sudah 4000-an temannya sampai tak bisa tambah teman lagi -___-. Ya sudahlah, yang penting, tak temananpun, kita sudah jadi saudara... saudara seiman ^^

Tentang wirausaha, Kak Odi (hasil per-kepo-an zaman dulu, zaman KCB masih gembar-gembor) pernah jualan sarung dan pecel lele di daerah Kalibata. Dari SMA sudah merantau ke Jakarta dari Pasuruan (*ya ampun, berarti Kak Odi teman sekampungnya Inul Daratista -__-). Entah benar atau tidak, hanya Kak Odi dan Allah yang tahu. Hehehe. Sekarang, mungkin sudah banyak dapat modal dari hasil main film, jadi sudah punya restoran ayam bakar di daerah Kalibata juga. Kak Odi juga sudah main teater dari zaman SMA (hasil ngobrol sama Lisa, juniornya di SMA). Waktu SMA, Kak Odi udah masuk ekskul teater. Dan kata Lisa, Kak Odi biasa-biasa saja orangnya, paling kalau ada acara teater, dia tampil. Begitu...

Tentang latar belakang keluarga dan pendidikan, Kang Abik dan Kak Odi hampir sama. Dua-duanya dari keluarga pesantren. Mantep dah ^^ Dan hal keren yang Kak Odi katakan ketika acara berlangsung adalah,

“Bermain di dalam genre film yang Islami adalah sebuah pilihan. Pilihan saya. Kalau saya main di film-film enggak bener, nanti saya bisa enggak disapa sama paman dan bibi saya di kampung. Semoga saya istiqomah. Aamiin. Insya Allah, semoga istiqomah.”

Saya mengaminkan sambil tersenyum, mengingat harapan saya supaya istiqomah dalam menulis novel religi remaja. Ya, walaupun belum debut dan masih amatir, saya akan tetap berdoa dan berusaha! No body’s perfect, but we can try to be perfect ^^

Kak Odi juga cerita tentang wirausaha yang dirintisnya. Kuliah broadcasting, main film religi, wirausaha ayam bakar. Itulah 3 kesibukannya. Kak Odi mengaku kelelahan, tapi Kak Odi suka melakukannya. Saya juga merasakan itu, menulis dan mengetik di depan laptop itu bikin sakit pinggang, lho. Memikirkan jalan cerita, karakter tokoh, kesinkronan alur dan plot... itu pusing dan melelahkan, lho. Tapi, saya suka dan menikmati itu.

Subhanallah, ya tulisan tentang inspirasi hari ini... Baiklah. Selanjutnya, kita harus jadikan inspirasi-inpirasi di sekitar kita, seperti Kang Abik dan Kak Odi ini menjadi re-charger semangar kita dalam hidup... Hiyaaaat! Saya siap! Saya siap untuk sukses... dunia... dan akhirat... ^^ aamiin (*oh iya, saya punya feeling, sepertinya saya akan bertemu lagi dengan kedua orang itu suatu hari nanti ^^ di sebuah event yang lebih besar lagi, semoga jadi kenyataan, hehe aamiin ^^ )

Sekian tulisan inspiratif kali ini. Semoga bermanfaat, ya ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar