Senin, 13 April 2015

Waktu itu



Waktu itu aku melihat kamu
Kamu memakai kemeja putih
Celana cokelat
Kita sama-sama bermata empat

Waktu itu aku melihat kamu
Kamu dan aku sama-sama berjalan ke arah yang sama
Aku dan kamu sama-sama berada di atas jalan yang sama

Waktu itu aku melihat kamu
Sosokmu begitu menyatu dengan mimpiku

Awalnya aku tak tahu itu kamu
Aku bahkan lupa nama kamu
Yang aku tahu kamu itu ya kamu
Aku sesekali merunduk malu
Kamu bahkan tak kenal aku yang malu ini
Kamu bahkan tak tahu aku yang malu ini

Waktu itu aku melihat kamu
Ternyata kamu belok ke kiri
Menyeberang dan kuduga pergi ke toko buku
Dan aku harus tetap lurus melaju ke mall depan toko bukumu

Waktu itu aku melihat kamu
Aku harap aku bisa menghentikan langkah lajuku
Untuk mengikuti langkah lajumu ke toko buku
Sekarang temanku membicarakan sosokmu
Dia bilang begitu…
Dia bilang begini…
Tentangmu

Waktu aku dan kamu bertemu di jalan itu
Ternyata waktu itu aku lupa
Bahwa aku sudah berdoa
Semoga
Aku dan kamu bisa bertemu lagi
Semoga
Allah menjagamu
Dan aku tak menyangka aku mendoakanmu waktu itu
Aku pasrah kepada Tuhanku
Jika itu kamu, ya kita pasti bertemu

Sekarang aku berdoa lagi untukmu
Tapi aku tak mau memaksa Tuhanku
Katanya, berdoa itu jangan memaksa
Berdoa itu percaya
Doa itu akan menguap ke langit
Dan berperang dengan takdir
Maka aku akan berdoa yang banyak
Juga percaya kepada Tuhanku

Hai, kamu…
Aku ingat puisiku yang malam tadi kubuat sendiri
Bahwa
Awan di langit memang sulit
Dicapai
Mustahil tangan kecil ini
Bisa mencapai
Namun Tuhan punya lain cara
Dia buat cumulonimbus
Hujan
Dan tangan ini bisa berjumpa dengan awan
Dalam waktu yang lain
Dalam bentuk yang lain
*Menggapai Awan*

Mungkin kamu sekarang layaknya sebuah awan di langit
Sepertinya terlihat sulit
Dan jarak kita begitu jauh
Tapi Tuhan begitu baik hati
Dia bisa mengubah awan menjadi air dengan begitu mudahnya
Sehingga aku dan kamu bisa bertemu
Maka, izin kan aku berdoa untukmu
Berdoa untuk diriku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar