Waktu
itu aku melihat kamu
Kamu
memakai kemeja putih
Celana
cokelat
Kita
sama-sama bermata empat
Waktu
itu aku melihat kamu
Kamu
dan aku sama-sama berjalan ke arah yang sama
Aku
dan kamu sama-sama berada di atas jalan yang sama
Waktu
itu aku melihat kamu
Sosokmu
begitu menyatu dengan mimpiku
Awalnya
aku tak tahu itu kamu
Aku
bahkan lupa nama kamu
Yang
aku tahu kamu itu ya kamu
Aku
sesekali merunduk malu
Kamu
bahkan tak kenal aku yang malu ini
Kamu
bahkan tak tahu aku yang malu ini
Waktu
itu aku melihat kamu
Ternyata
kamu belok ke kiri
Menyeberang
dan kuduga pergi ke toko buku
Dan
aku harus tetap lurus melaju ke mall depan toko bukumu
Waktu
itu aku melihat kamu
Aku
harap aku bisa menghentikan langkah lajuku
Untuk
mengikuti langkah lajumu ke toko buku
Sekarang
temanku membicarakan sosokmu
Dia
bilang begitu…
Dia
bilang begini…
Tentangmu
Waktu
aku dan kamu bertemu di jalan itu
Ternyata
waktu itu aku lupa
Bahwa
aku sudah berdoa
Semoga
Aku
dan kamu bisa bertemu lagi
Semoga
Allah
menjagamu
Dan
aku tak menyangka aku mendoakanmu waktu itu
Aku
pasrah kepada Tuhanku
Jika
itu kamu, ya kita pasti bertemu
Sekarang
aku berdoa lagi untukmu
Tapi
aku tak mau memaksa Tuhanku
Katanya,
berdoa itu jangan memaksa
Berdoa
itu percaya
Doa
itu akan menguap ke langit
Dan
berperang dengan takdir
Maka
aku akan berdoa yang banyak
Juga
percaya kepada Tuhanku
Hai,
kamu…
Aku
ingat puisiku yang malam tadi kubuat sendiri
Bahwa
Awan
di langit memang sulit
Dicapai
Mustahil
tangan kecil ini
Bisa
mencapai
Namun
Tuhan punya lain cara
Dia
buat cumulonimbus
Hujan
Dan
tangan ini bisa berjumpa dengan awan
Dalam
waktu yang lain
Dalam
bentuk yang lain
*Menggapai
Awan*
Mungkin
kamu sekarang layaknya sebuah awan di langit
Sepertinya
terlihat sulit
Dan
jarak kita begitu jauh
Tapi
Tuhan begitu baik hati
Dia
bisa mengubah awan menjadi air dengan begitu mudahnya
Sehingga
aku dan kamu bisa bertemu
Maka,
izin kan aku berdoa untukmu
Berdoa
untuk diriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar