Kamis, 20 Januari 2011

Our Journey 2

Alhamdulillah, kita bertemu lagi, nih. Apa kabar ceman-ceman? Hihi. Kayak iklan aje.. Alhamdulillah baik, kaaan? Sesuai janji saya waktu itu, mari kita baca artikel lanjutan Our Journey 1 yaitu artikel ini... Sumbernya masih sama kok dengan yang pertama :)

Masih ingat, kan kemarin kita membicarakan tahapan pertama manusia, yaitu alam kandungan mama. Sekarang waktunya kita membicarakan tahap kedua, yaitu alam dunia. Yap, alam di mana sekarang kita berada. Setelah manusia lahir dari perut mamanya, maka itulah alam dunia yang pertama kita alami. Allah berfirman dalam Surat An Nahl ayat 78, yang artinya,

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengatahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.”

Di alam yang kedua, yaitu alam dunia, manusia tumbuh berkembang secara bertahap, alami, dan sesuai dengan lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Mulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga masa tua. Kita semua pas merojot ke dunia, pasti masih orok dan belum tahu apa-apa, kan? Atau ada di antara kamu-kamu yang pas merojot ke dunia dengan posisi lagi touch-up lipgloss? *itu mah si Ila, hhe.

Dalam kesempatan menempuh tahap kedua ini, janganlah seseorang hanya terpedaya dengan kemewahan, kemegahan, kesenangan, dan kenikmatan dunia saja. Jangan sampai kita melupakan Allah serta terpedaya segala rayuan dan bujukan setan. *emang si doi aje yg bisa merayu? Musuh kita si setan beuh... rayuannya lebih dahsyat, hati-hati deh kitanya..

Gunakanlah tahapan ini sebagai kesempatan untuk mengejar dan bersegera dalam memperbanyak amal shalih sebagai bekal menghadap Allah. Peringatan macem itu banyak banget di Al Quran, salah satunya adalah dalam Surat Al Luqman aya 33, yang artinya:

“...Sesungguhnya, janji Allah itu adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdaya kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah.”

Kehidupan manusia di dunia juga ada batasnya. Saya lupa sumbernya, tapi pernah denger gitu, rata-rata usia manusia untuk hidup adalah 60-65 tahun. Nah, coba kita hitung-hitung. Rata-rata usia kita adalah 20 tahun, itu berarti kita masih punya sisa usia 40-45 tahun. Selama 20 tahun ini, apa aja sih yang sudah kita lakukan? Apa aja sih yang sudah kita persiapkan untuk bekal di akhirat nanti? Masih sedikit? Sudah banyak? *yakin, nih? Atau malah belum tahu? *nah, ini yang gawat...

“tuh, masih ada 40-45 tahun lagi, kok.. bisa dong mempersiapkan bekal akhiratnya nanti-nanti aja.. 40-45 tahun itu kan lama banget, pasti nanti bakal banyak bekalnya..*lagian si sitsol cerewet banget sih.. hhe (yg ini tambahan doang, hoho..)”

Eits, tunggu dulu ceman-ceman. Emang yakin, kita dapat hidup selama usia rata-rata 60-65 tahun tadi? Yakin kalau kita masih punya 40-45 tahun yang tersisa itu? Coba ingat-ingat deh, ada gak saudara-saudara kita atau teman-teman kita atau bahkan orang tua kita yang telah meninggalkan kita dalam usianya yang di bawah usia rata-rata tadi itu? Pasti ada, deh. Ayo jangan boong.. hhe.

Saya juga punya pengalaman yang sangat menyedihkan dengan sepupu saya yang telah berpulang satu tahun yang lalu. Nanti nih, tanggal 9 Januari, tepat satu tahunnya. Terakhir kali kami bertemu adalah satu hari sebelum ia mengalami kecelakaan motor. Waktu itu, saya sedang berada di warung saya sambil menggendong adik kecil, Fatimah. Fatimah yang merengek-rengek itu, terdiam saat sepupu saya lewat di jalan. Ia memang akrab dengan adik saya. Sepupu saya memakai seragam SMA batiknya, hari itu memang hari kamis. Kami hanya saling menggangguk sebagai pertanda salam. Ya, tanpa sama sekali berteriak halo, oy atau pulang ya?

Waktu itu, kuliah sedang sibuk-sibuknya. Saya langsung termenung..

“Ya ampun, parah banget gue.. kayaknya gue jarang banget maen ke rumah si Imam sama Uwa-Uwa (baca: bu de’-bu de’) di sana..”

Padahal rumah kami hanya berjarak 100 meter saja loh. Tahu, kan... sukje banyak banget waktu kita tingkat satu... saya tidak sempat bermain ke rumahnya dan waktu itu entah mengapa ada tiba-tiba keinginan itu. Eh, gak tahunya. Esok harinya saat adik saya yang SMA pulang seklolah, ia memberitahukan kalau sepupu kami itu mengalami kecelakaan. Waktu itu, kami semua biasa-biasa saja karena sebelumnya ia juga pernah kecelakaan juga dan kakinya hanya luka-luka saja. Kami pun berpikir bahwa sepupu kami itu hanya luka ringan saja... sampai-sampai saya dengan percaya diri berkata ke saudara yang lain yang sedang gelisah, seperti ini:

“Tenang aja... gak bakal kenapa-napa, kok...” Sumpah, waktu itu saya amat sangat percaya diri sekali bahwa tidak akan terjadi apa-apa dengannya.

Namun ternyata, kecelakaannya parah sekali. Kepalanya terbentur dan retak. Kami semua tidak percaya. Dokter terus mengusahakan segalanya, segala peralatan... sampai akhirnya, hari Sabtu malam, jenazah sepupu kami dipulangkan ke rumah duka..

Lebih menyedihkan lagi, hari Minggu, hari penguburannya bertepatan dengan hari ulang tahun adik kecil saya, Fatimah. Rencana keluarga saya untuk makan bersama dalam rangka menyenangkan Fatimah pun kandas. Dan setiap tahun, setiap tanggal itu, perasaan kami akan selalu bercampur aduk, antara suka cita dan duka. Ya Allah, lancarkanlah segala urusannya di alam kubur, ampuni dosanya dan terimalah amalnya... aamiin...

“Emang bekal apa aja sih yang dapat kita persiapkan buat akhirat nanti?” Tanya Ila seraya men-touch-up lipgloss Nivea cherry-nya untuk kedua kali. *hhe

Wuah, banyak banget dong pastinya. Jawabannya adalah... IBADAH. Yap, ibadah itu bukan solat ama puasa doang loh.. sedekah, menolong ceman-ceman yang lain, bahkan terseyum aja adalah sedekah a.k.a ibadah dalam Islam. Keren banget, kan? Nah, ibadah itu kan dibagi 2, yang wajib sama yang sunah. Kalau belum bisa melaksanakan yang sunah, kita gembor yang wajibnya aja dulu, seperti solat, puasa Ramadhan, berhijab, dan lain-lain. Jangan sampai kita rajin solat dhuha tapi gak pernah solat subuh. Atau ikutan solat idul fitri tapi puasa Ramadhannya bolong-bolong gak beralasan dan gak dibayar di hari yang lain... wah gawat tuh, harus cepat-cepat bertaubat karena sekali lagi, kita gak tau kan, kapan kita bakal mati?

Wuuh, serem banget deh di alam kubur itu.. belum tahu aja deh. *kayak udh ngalamin aje, hhe. Di Al Quran dan buku-buku kan banyak bocorannya tuh.. makanya tahu...
Satu hari di alam kubur itu sama dengan 50.000 tahun di dunia, men. Jadi beda gitu waktunya, ya? Eh, gak salah baca kan?
1 hari = 50.000 tahun? *itu gimana ngitungnya?  :’(
Eits, kebablasan... alam kubur nanti aja ya diomonginnya... hehe.

Semoga membantu ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar