Kamis, 26 Januari 2017

Taking Your Time

Assalamualaykum. Happy day always!

Waktu hidup buat manusia kota kayak kita itu sekitar 60 sampai 70 tahunan, ya? Menurut pengamatan saya sih sekarang udah jaraaang banget yang bertahan sampai 80 tahun ke atas. Dan itu biasanya orang-orang desa yang masih hidupnya sederhana dan sehat. Kebetulan enggak punya kelebihan duit buat ke restoran fastfood, jadi kalau makan harus metik dulu di kebun. Terdengar merepotkan? Hmm, enggak. Sumpah itu lebih hemat dan sehat sih jatohnya. Selain itu, menurut saya, orang-orang desa yang jauh dari kota itu biasanya lebih santai dan ramah. Setiap lewat menyapa satu sama lain. Mereka hidup dengan sepantasnya. Mereka hidup secara nyata dan menikmati setiap geraknya.

Orang kota apaan? Repot dengan dirinya masing-masing. Repot dengan berjuta target. Hidup seperti zombie. Memang benar. Kota itu lebih asiknya sih kalau semua serba ada. Mau makan aja tinggal delivery. Namun, terkadang fasilitas-fasilitas di desa banyak yang enggak ada. Lha wong banyak juga desa yang kalau malam gelap gulita. Itu bedanya. Mungkin karena hal itu juga mempengaruhi watak penduduknya, ya? (apa-apaan sih ini rada sok tahu). Menurut hasil pengamatan pribadi selama ini, kayaknya buat orang kota waktu 1 hari selama 24 jam itu enggak cukup. Iya, enggak cukup buat memenuhi semua targetannya mereka. Kalian pasti tahu hal ini akan mengarah ke mana. Yap! Uang. Orang kota menghabiskan setiap detik hidupnya dan terkadang lupa sama hal-hal mendasar yang dibutuhkan manusia, seperti kasih sayang, hal-hal spiritual, dan gizi untuk tubuh serta pikiran (dari makanan dan bacaan/tontonan yang sehat). 

Paling keren sih kalau ada orang kota yang sudah Allah takdirkan punya segala fasilitas penunjang hidupnya untuk bermasyarakat, untuk menggapai hal-hal yang ia inginkan, untuk membantu sesama. Intinya untuk benar-benar menjadi khalifah di buminya Allah. Tapi, dia punya rasa seperti orang desa yang ramah, menikmati hubungan dengan alam, hidup dengan nyata di dunia nyata. Banyak yang hidup di dunia maya soalnya akhir-akhir ini. Hehehe. Semuanya pake gadget. Padahal ketemu langsung itu enggak bisa diganti sama gadget apapun. Apalagi ketemu orang tua dan keluarga. Beda ya? Ada kehadiran nyata diri kita di situ. Seperti manusia sebenarnya. Teknologi pada dasarnya dibuat untuk membantu hidup manusia, bukan untuk mengendalikan. Apalagi mengganti.

Sebenarnya, sekarang pun desa-desa sudah mulai melek teknologi. Tukang bakso sama tukang rujak beubeuk aja udah pada punya hape. Minimal hape Esia (waktu tahun-tahun kemaren, mungkin sekarang hapenya pada merk China). Apapun merknya, yang penting minumnya the botol sosro. Hahaha. Terus, desa mana yang lagi saya omongin di awal-awal? Ya, desa waktu zaman dulu. Desa yang idealis. (apa pula ini?!) Desa waktu zaman Pak Suharto. Hehehe.

Dan yang paling akhir yang mau saya omongin itu… tentang waktu lagi. Umur kita ya rata-rata lah ya kalau manusia normal yang udah biasa makan makanan enggak sehat, punya 65 tahun masa izin tinggal di muka bumi. Dari total itu, sekitar 20 tahunan kita habiskan buat pendidikan. Kalau dikurangi, sisa hidup kita tinggal 45 tahunan lagi. Dari sisa itu, berapa tahun yang benar-benar milik kita? Jangan-jangan setengahnya atau bahkan tiga perempatnya milik perusahaan. Waktu milik diri sendiri tinggal seperempatnya doang. Dan itu waktu kita tidur. Hahaha.


Biar satir. Biar nyindir. Semoga manfaat. Happy day always!

Ada yang mau pinjem mesin waktu punya Doraemon?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar