Okay,
sekarang sudah masuk bulan Desember. It’s
the month of my survival experiment plan (nah lho, apaan tuh?). Intinya,
saya akan belajar untuk semakin mandiri (baca: ongkos bulanan). Walaupun masih
belum berpenghasilan banyak sesuai plan,
teteup mau coba sebulan enggak minta uang ke orang tua tapi... mulainya setelah
dapat honor mengajar tanggal 6 hehe. Survival
Plan Bulan November gagal, hehehe. Yang
jelas, Insya Allah apapun yang terjadi... mulai Januari tahun 2014, saya harus
bisa membiayai hidup sendiri! Wush wush prok prok! Doakan saya, yak!
Sipp. Lanjut. Ya, namanya juga random. Hehehe.
(Ambil kalender, nyontek aneka kegiatan yang sudah lalu, ya abisnya lupa,
kkk.) Okay, jadi terakhir saya
nge-posting di sini agak lama, ya? Itu tanggal 10 Agustus. Dua puluh hari sebelum Wisuda S1 saya ^^. All right then, mari kita putar waktu
lebih jauh ke belakang... Sruuuutttt.... Sumpah ini jauh banget, ke bulan Juli
2013 :p.
Di bulan Juli itu, saya masih menjadi mahasiswa
yang sedang menuju sidang skripsinya. Dulu sih parno gimana gitu kalau
mendengar kata ‘skripsi’, tapi sekarang mah enggak dong. Kan sudah lulus, hehe.
Tepat tanggal 8 Juli pukul 10 pagi di ruang 6103, saya sidang presentasi di
depan para penguji (aseek). Sampai-sampai di kalendernya, saya gambarkan simbol
hati sebagai pengingat hari sidang skripsi. Jadi, angka 8 nya itu ada di tengah
gambar hati ^^ (alay dikit). Gambar hati dipilih bukan karena saya menyukai
sidang. (idiiiih, ya kaleee...) Akan tetapi, saya ingin menghipnotis diri
supaya lebih tenang dan memikirkan kebahagiaan super tingkat tinggi setelah
sidang tsb berakhir. Simbol hati kan bermakna cinta dan kebahagiaan. Iya, kan?
Btw, kata teman-teman saya, skripsi itu ibarat
wanita yang sedang hamil. Nah, sidangnya itu adalah WAKTU MELAHIRKANNYA! Jadi,
perasaan pas sidang ya seneng-seneng agak takut-nervous gimana gitu. Tapi teteup semua itu tergantung pintar-pintarnya
diri kita membuat pikiran kita tetap positif. Saya ingat, di tengah-tengah
presentasi, tangan saya tiba-tiba gemetar. Saya langsung istigfar lalu menenangkan diri seraya berbisik sendiri dalam hati,
“It’s fine. Tenang, Ti. Tenang. Gak
apa-apa. Semua akan beres dan selesai dengan baik.” Ya kira-kira begitu. Dan
hipnotis tsb berhasil berhasil hore! #sing dora the explorer.
Nah, tips kalau mau sidang skripsi adalah pertama, kuasai materi dari bab 1
sampai kesimpulan dengan baik dan menyeluruh. Kedua, latihan presentasi dan latihan antisipasi jawaban soal
(maksudnya pertanyaan yang kira-kira akan ditanyakan para penguji). Waktu
itu untuk menguasai materi, saya membuat catatan ringkasan dari semua bab. Nah,
kemudian saya latihan dengan dua orang teman saya, Agnes dan Zakiyah di kosan
Zakiyah di Jalan Amaliah, Akses UI. Yang koplaknya adalah ketika latihan
presentasi dan antisipasi jawaban, saya masih menjawab pertanyaan seperti orang
ayan, terbata-bata dan tidak jelas mau ke mana jawabnya. Itu terjadi dua kali.
Jadi, kami latihan satu angkatan dan juga latihan satu kali lagi secara lebih
privat di kosannya Zakiyah.
Waktu latihan di KCC, perpus UI lantai 2, sudah
keren pakai slide segala, tapi kelemahan saya waktu itu adalah belum menyusun
kata untuk presentasi. Tahu, kan kalau sidang itu ada batas presentasinya
berapa menit, jadi enggak boleh terlalu bertele-tele gitu. Eh, karena minim
persiapan, saat latihan saya kacau meracau.
Selain susunan kata, ekspresi wajah dan tubuh
juga sangat penting lho waktu sidang! Dan diri saya kacau sekali waktu latihan
itu. Waktu latihan di KCC, teman saya ada yang bilang kalau ekspresi saya
terlalu ‘jujur’. Maksudnya, jujur
kagetnya dengan pertanyaan yang
diajukan teman saya (dia pura-pura jadi dosen penguji, saya nantinya juga dapat
giliran pura-pura jadi dosen penguji). Ya pokoknya latihannya memang sudah
diatur sedemikian rupa supaya mirip dengan suasana sidang. Back to my expression! Hehe. Iya, selain kaget dengan pertanyaan
(karena enggak nyangka akan ditanya seperti itu), saya juga diomeli teman
karena tidak sadar kalau dari awal itu berkacak pinggang (satu tangan pegang handout dan satu tangan lagi di
pinggang, malah terkadang tangan yang ada handout-nya itu berputar ke sana
kemari mirip wayang, dan saya enggak sadar!). Slide juga dapat kritikan dari
teman, katanya terlalu rame. Akhirnya saya memperbaiki semuanya.
Kebetulan saya dapat giliran pertama untuk maju
sidang. Entah mau senang atau sedih ketika dapat informasi itu. Sebaliknya, Si
Agnes dapat giliran terakhir. Ya, saya positif thinking lagi, berarti nanti
jadi sarjana humaniora dari anak-anak Korea angkatan 2009 yang pertama. Wehehe
kerenlah. Lagipula, being the first
itu memang lebih banyak enaknya (dalam kasus saya ini). Kalau sudah selesai,
tinggal nontonin teman-teman yang lain yang lagi sidang hehehe. Oh iya, jadwal
sidang kami itu ada di saat menuju bulan Ramadhan. Waktu itu ada selentingan
dari teman, “ya, semoga dapet pas Ramadhan, kan jadi enggak usah nyediain
konsumsi buat para penguji, kkk.” Eh, ternyata teteup aja harus menyediakan
karena kami sidang tanggal 8 dan 9 Juli sementara Ramadhan jatuh di tanggal 10.
Hahaha. Yasuud.
Nah, dengan latihan, doa, dan pikiran positif, serta
asupan makanan yang enak, saya berhasil me’menang’kan sidang! Alhamdulillah dapat nilai terbaik sesuai
harapan. Bahkan di luar plan awal. Really THE BEST OF ALL.
Masih cerita tentang skripsi saya, ya!
Sebenarnya, waktu itu saya sedang banyak jadwal mengajar di bimbel, jadi badan
agak kurang fit. Untungnya, ketika sidang, saya sehat-sehat saja. Tapi, satu
hari setelah sidang, langsung deh masuk angin. Dan kebahagiaan super tingkat tinggi yang saya kira akan saya dapatkan
setelah sidang skripsi, ternyata BOHONG BELAKA!!!! Suer deh. Ternyata,
mengurus kelulusan dan tetek bengeknya itu super duper menguras tenaga and itu sudah masuk bulan puasa.
Intinya, jika mau lulus, maka revisi skripsi harus jadi paling lambat seminggu
setelah sidang (kasus saya, beda dengan yang lain sih), lalu diprint yang
banyak (apalagi waktu itu skripsi saya tentang film, jadi banyak gambarnya,
jatohnya jadi mahal T.T), kemudian ditandatangani para dosen penguji, lalu ke
sub bagian akademik untuk dicap, ke perpus buat di-upload, minta surat bebas pustaka, surat berhasil unggah dsb. Akhirnya...
ya akhirnya... saya tepar! Pertamanya sih, merasa kelelahan doang karena harus
bolak balik ke sana ke mari dan di rumah juga ada kerjaan bersih-bersih rumah
dll. Di saat-saat itu, saya menanti hari-hari datang bulan agar setidaknya bisa
‘istirahat’. Sebenarnya sudah tanggalnya, tapi entah mengapa waktu itu belum
datang juga.
Tepat pada tanggal 23 Juli, saya berada di titik
paling nadir. Waktu itu sambil menunggu jilid-an
di perpustakaan, saya sudah kliyengan dan berpikir untuk membatalkan puasa.
Tapi, saya tetap bertahan. Akhirnya, saya pulang naik ojek dari perpus UI
sampai rumah di Cibubur. Di perpus, saya masih bisa senyum kepada abang ojek,
tapi di gang rumah, saya sudah hampir pingsan. Mungkin karena diterpa angin di
perjalanan. Saya menepuk-nepuk tangan agar tetap sadar dan terus istigfar.
Pokoknya jangan sampai pingsan.
Turun dari ojek di depan rumah, sepeda baru Poligon Lite saya ternyata sudah tiba (memang
pesanan diantar hari itu). Namun, karena masuk angin super (saya kira waktu
itu) tsb, tiadalah nafsu untuk melihat sepeda barang secuilpun. Sama sekali.
Gerbang dikunci, saya teriak-teriak sambil menangis minta dibukakan segera. Tas
berisi jilidan skripsi yang sudah direvisi saya lempar ke atas sofa dan saya
minta adik saya untuk mengurus ongkos si tukang ojek. Sementara saya minta teh
hangat dan minta dikerok oleh ibu saya. Masuk rumah langsung rebahan dan
selimutan. Saya ingat, tetangga saya yang sedang bantu setrika di ruang tamu
berkata waktu itu, “Ya ampun, Ti, Pucet banget mukanya!”. Saya tambah shock.
Saya batalkan puasa segera setelah ibu menyodorkan teh manisnya.
Tanggal 24, saya haid! Alhamdulillah! Akhirnyaaa
bisa istirahat juga. Btw, saya ini paling malas pergi ke dokter karena tidak
bisa minum obat pil dan kapsul, bisanya hanya sirup dan puyer (padahal umur
sudah tua :p). Tapi, beberapa hari ke depannya, saya akhirnya ke dokter karena demam
sangat tinggi. Mata sampai merah. Semalaman tidak bisa tidur. Ya, saya kira itu
adalah demam terparah saya selama saya hidup. Kacau benar sama sekali tidak
bisa tidur! Panas sekali dengan kaki yang kedinginan, persendian sakit, kepala
pusing, dan perut mual serta muntah-muntah.
EMERGENCY!!!!
Tanggal 27, sore harinya, saya merasa sangat
tidak kuat lagi untuk bertahan dan sempat berpikir mungkin saya terkena tipus.
Panas dan demam memang sudah reda, tetapi saya mulai merasa sesak nafas dan
denyut nadi saya rasakan sangat lemah. Perut juga masih mual dan sulit menerima
makanan. Selalu muntah. Jadilah badan saya lemah selemah lemahnya. Di sore itu,
akhirnya saya minta dibawa ke klinik Oyot Haji di Bekasi (beliau paman ibu
saya). Saya dibawa pakai mobil tetangga yang waktu itu supirnya sungguh ingin
sekali saya cekek lehernya. Bayangkan! Saya sedang bengek-bengek begitu, dia
bertanya di dalam mobil, “Saya boleh merokok?”. Sontak langsung saya jawab,
“Jangan, Pak! Jangan!!!!” DASAR GILA!
Sesampainya di tujuan, saya disambut oleh saudara
saya yang baik hati, Si Gustiani. Wajahnya damai dan melihat saya yang kliyengan,
ia terlihat begitu panik dan menyuruh saya masuk ke dalam. Saat cipika cipiki
dengannya saja sebenarnya saya sudah tidak kuat lagi berdiri sehingga setelah
itu, saya langsung jongkok ditempat. Masuk ke penginapan di klinik, saya
langsung diinfus dan diambil darah. Keesokan harinya, jengjengjeng! TERNYATA
DEMAM BERDARAH! Trombositnya hanya 7000, padahal normalnya 110.000 (saya lupa
satuannya apa, CMIIW).
Koplaknya adalah, sebelumnya, Si Dokter a.k.a
adik sepupu ibu saya dan sekaligus kakaknya Gustiani, bernama Teteh Zubaidah, kurang
fokus dalam melihat hasil laboratorium. Ia berkata saya hanya kelelahan dan
semua normal. Namun, ketika Oyot Haji (bapaknya Teteh Zubaidah dan Gustiani)
membaca kertas itu... “Ya Allah, Ti!
Iyeu mah demam berdarah atuh! DBD! Trombositnya sakiyeu teh di bawah normal!”
Beliau begitu panik. Saya mendengar hal itu, jujur, antara amazing dan takut. Amazing
bahwa saya kena DBD maksudnya karena saya belum pernah dirawat di RS dan ketika
dirawat, penyakitnya super sekali (#nada
gaya Mario Teguh), DBD! Dan tentang perasaan takut, ya off course ya cuy. Ya kalee ente seneng kena DBD. Amazing beda ya sama senang. Kan banyak
yang ‘lewat’ karena DBD ane juga takut ‘lewat’ laaah. Ini beneran! Saya berdoa
dan berharap sama Allah supaya diberi kesembuah dan jangan ‘diambil’ saat itu
karena jujur merasa belum berbuat apa-apa untuk kedua orang tua, keluarga, nusa
dan bangsa saya serta masih merasa berlumur dosa T.T
Oyot Haji bertambah panik ketika mengetahui saya
mengeluarkan darah (padahal itu kan darah haid). Tapi, memang tubuh kita ini
punya kedinamisan ya? Jadi, ketika tubuh saya sedang drop sekali, saya haidnya berhenti. Sama sekali berhenti padahal
baru beberapa hari (normal haid kan seminggu). Setelah lumayan banyak diinfus,
haidnya muncul lagi. Nah, Oyot Haji mengira itu darah karena pembuluh darah
yang pecah akibat DBD (gila!! itu sih serem abis!). Untungnya saya belum ada
pendarahan seperti itu. Alhamdulillah...
Teman-teman kantor bapak saya, saudara-saudara,
menjenguk saya. Di saat itu, saya merasa terharu untuk pertama kalinya. Saya menghabiskan 29 botol infus. Keren,
kan? Dan tangan saya tidak bengkak, Hehehe. Itu bagus katanya. Kurang lebih
selama 10 hari saya dirawat di Bekasi. Setelah pulang ke rumah, para tetangga
menjenguk lagi dan saya terharu lagi ^^. Sementara itu, Idul Fitri telah
menunggu di ujung jalan. Untung saya sudah pulang sebelum Ied. Jadilah saya
sendiri menunggu di rumah saat Lebaran karena masih dalam masa pertumbuhan,
eh maksudnya penyembuhan. Tahun itu, saya utang puasa 16 hari karena DBD!
Oh iya, untungnya waktu sakit, saya tinggal
mengurusi pembayaran wisuda dan menunggu tulisan di SIAK NG berubah menjadi
lulusan. Yang upload foto saja adik
saya di klinik. Iya, jadi laptop dibawa dari rumah dan adik saya yang kedua
juga sampai bolos sekolah gara-gara saya sakit (dia masuk angin kehujanan pas
pulang dari Bekasi).
Okay, random dari skripsi berpindah ke DBD
dan sekarang ke mana lagi, ya? (Cek kalender lagi...). Hemm, wah wisuda ternyata!! Tapi, sekarang sudah
jam dua dini hari, sepertinya sudah cukup. Nanti saya buat part 2 nya saja, ya!
Hehehe. Sekarang mari rapi-rapi dan tidur untuk interview kerja esok pagi :p. Btw, thx for reading my posting ya ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar