1.1.Definisi
Diri (Self)
Menurut
George Herbert Mead, diri atau the self
adalah sesuatu kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku kita sendiri
dari sudut pandang orang lain sehingga kita dapat menjadi anggota masyarakat
yang berfungsi secara “normal”. Dipandang dari sudut kaum interaksionis, diri
dibentuk dan diubah melalui interaksi dengan orang lain. Seseorang tidak
dilahirkan dengan suatu diri yang sebelumnya telah terbentuk. Melalui
penggunaan simbol-simbol, orang belajar untuk menerima sikap, nilai, dan rasa
hati yang sesuai dengan lingkungan sosial tertentu tempat seseorang berada
(1985:106).
Seseorang
dapat mengembangkan dirinya. Mead menjelaskan bahwa pengembangan diri terdiri
atas dua tahap yang berbeda, yaitu tahap permainan (the play stage) dan tahap pertandingan (the game stage). Tahap permainan merupakan suatu periode di dalam
hidup seorang anak ketika ia membina kemampuan untuk benar-benar menerima
ciri-ciri yang berkaitan dengan orang-orang yang memainkan peranan-peranan
tertentu. Sementara itu, tahap pertandingan merupakan tahap yang di dalamnya
terdapat suatu keterpaduan pasti yang dimasukkan ke dalam organisasi diri-diri
yang lain (1985:108-111).
Mead
dalam teori sosialisasinya menyatakan bahwa diri mempunyai dua komponen, yaitu I dan me. Komponen me dalam
diri mewakili segi yang lebih konvensional, yaitu segi yang memberikan
tanggapan pada konvensi-konvensi sosial. Bertentangan dengan itu, Komponen I dalam diri mewakili faktor-faktor
pribadi yang khas yang memasuki komunikasi kita dengan orang lain (1985:112).
Sunarto menyederhanakan komponen me
sebagai segi konvensional dari diri yang telah dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya sedangkan I adalah segi
khas dari diri yang belum tersosiolisasi, yang bersifat subjektif, dan tidak
dapat diramalkan sebelumnya (1985: xvi).
(Sumber: Karp dan Yoels. Symbols and Society: Understanding Interaction. New York: Harper
& Row Publisher, 1979 diterjemahkan dalam Sunarto, Kamanto. Pengantar
Sosiologi: Suatu Bunga Rampai. Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo, 1985)
Konsepsi
mengenai diri dapat ditunjukkan melalui pakaian yang dikenakan seseorang.
Menurut Henslin, pakaian merupakan bagian yang sangat biasa dalam kehidupan
sehari-hari dan menjadi bahan penelitian dalam sosiologi. Seseorang mempunyai
suatu gambaran tertentu mengenai dirinya sendiri, mengenai siapa dan apa
dirinya itu, dan melalui pakaian seseorang mengkomunikasikan kepada orang lain
beberapa aspek dari konsepsi mengenai diri (1985:126).
(Sumber: Henslin, James M. Introduction to Sociology: Situations and Structures. New York:
Harper & Row Publisher, 1973 diterjemahkan dalam Sunarto, Kamanto.
Pengantar Sosiologi: Suatu Bunga Rampai. Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo,
1985)
1.2.
Definisi Identitas (Identity)
Dalam
kehidupan sosial, identitas seseorang merupakan hal yang penting. Identitas
yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi kehidupannya bersama orang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, identitas memiliki dua makna, yaitu (1)
ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda; (2) jati diri
(2008:538).
Sementara
itu, menurut Tajfel (1978) dalam artikel ilmiah Steven Greene yang berjudul Social Identity Theory and Party
Identification, identitas didefinisikan sebagai that part of an individual’s
self consept which derives from his knowledge of his membership of a group (or
groups) together with the value and emotional significance attached to the
membership (2004:137). Tajfel mendefinisikan identitas sosial sebagai
bagian dari konsep diri individu yang berasal dari pengetahuan mengenai
keanggotaannya dalam sebuah kelompok atau kelompok-kelompok bersamaan dengan
makna nilai dan emosional yang melekat pada keanggotaannya.
(Sumber:
Greene, Steven. Social Identity Theory
and Party Identification. North Carolina: Social Science Quaterly, vol 85,
2004)
Menurut
Henslin, identitas diperoleh melalui keikutsertaan atau keanggotaan dalam
hubungan-hubungan sosial (1985:127).
(Sumber: Henslin, James M. Introduction to Sociology: Situations and Structures. New York:
Harper & Row Publisher, 1973 diterjemahkan dalam Sunarto, Kamanto.
Pengantar Sosiologi: Suatu Bunga Rampai. Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo,
1985)
Macam-macam identitas.
1. Personal
identity (identitas pribadi) : menurut Fearon, personal identity is a set of
attributes, beliefs, desires, or princeiples of action that a person thinks
distinguish her in socially relevant ways and that (a) the person takes a
special pride in; (b) the person takes no special pride in, but which so orient
her behavior that she would be at a loss about how to act and what to do
without them; or (c) the person feels she could not change even if she wanted
to (1999:25).
2. Social
identity (identitas sosial) : menurut Wendt (1994, 395) dalam What Is Identity (As We Now Use The Word)?,
social identities are sets of meanings that an actor attributes to itself while
taking the perspective of others, that is, as social object. ... [Social
identities are] at once cognitive schemas that enable an actor to determine
‘who I am/we are’ in a situation and position in a social role structure of
shared understandings and expectations (Fearon, 1999:5).
3. National
identity (identitas nasional) : menurut Bloom (1990, 52) dalam What Is Identity (As We Now Use The Word)?,
national identity describes that condition in which individuals and
collectivities are distinguished in their social relations with national
symbols – have internalised the symbols of the nation... (Fearon, 1999:4).
(Sumber: Fearon, James D. What Is Identity (As We Now Use The Word).
Stanford University, 1999)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar