Assalamualaykum!
Salam buat para pekerja nine to five or eight
to five di seluruh muka bumi ini! Saya mulai bulan Oktober ini tidak
jadi anggota geng kalian lagi. Hehehe. Saya kembali pada dunia freelance!
Okay,
pernah melakukan resign? Kenapa resign? Pasti banyak alasan para pekerja
melakukan resign. Kalau saya…
(bagaimana ya ceritanya?) Okay.
Begini ceritanya. Sebelumnya, saya merupakan freelancer yang bekerja sendirian. So, saya menginginkan suasana
kerja baru. Saya mengharapkan nuansa pekerjaan yang berbeda dari pekerjaan
sebelumnya (freelance), punya kantor
yang didatangi setiap weekdays, punya
relasi dan teman kantor yang banyak buat begahol,
punya tabungan yang banyak, dsb.
Selama lima bulan ini, apakah semua itu sudah
dirasakan? Ya, sudah. Alhamdulillah! Tiga
bulan pertama, saya sangaaaaaat bahagia ^^. Walaupun pekerjaannya sangat
menguras waktu dan tenaga. Sabtu juga ngantor
gitu. Meh banget! Tapi demi
tabungan, yo wess...
Sebenarya saya ini orangnya terstruktur dan well prepare dalam mengajar. Jadi, kalau
saya pulang pergi ke rumah, hal itu sangat menguras waktu istirahat saya. Waktu
kebanyakan terbuang di jalan. Akhirnya, setelah melakukan pertapaan di
gunung, saya memutuskan untuk menyewa kamar kos! Agar persiapan materi
mengajar di setiap harinya tersusun dengan rapi. Maka, untuk pertama kalinya
seumur hidup, saya mengekos. Hahaha. Masih ingat dulu. Malam pertama mengekos,
saya mendadak tak bisa tidur. Mengetahui saya mengekos, teman-teman masa kuliah
pun sampai meledek, "Cie akhirnya jadi anak kosan juga. Gimana
rasanya?"
Okay,
masuk bulan keempat, saya mulai paham akan budaya
kerja di kantor XXX tersebut. Sulit untuk melakukan perubahan walaupun
positif. Yang punya kantor terlalu mendominasi setiap kebijakan. Pun kebijakan
managemen yang sudah disepakati bersama bisa seenak beliau diubah. Yang seperti
itu tidak sejalan dengan saya sebenarnya karena menurut saya tidak ideal. Dan
saya mulai bosan ketika harus mendengar perkataan, "Dari dulu di sini
memang seperti ini…"
Terlebih ketika beberapa teman saya
diberhentikan secara mendadak oleh pihak kantor. Padahal saya tahu, yang punya
masalah dengan kedisiplinan adalah pegawai yang lain. Bukan beberapa teman saya
itu. Lho, kenapa mereka yang diberhentikan? Usut punya usut, alasannya karena
masalah pribadi dari yang punya kantor.
Langsung hilang tiga orang, men! Awalnya saya shock and panic at the disco. Tapi, saya mencoba tegar tetap
stay on the right track. I mean keep stay
cool. Walaupun kantor jadi sepi kayak
kuburan. Saya harus tetap profesional demi murid-murid saya. And because I LOVE TEACHING. Saya pun
bertahan. Namun, ternyata hanya bisa bertahan selama dua bulan saja. Iya, dengan
kondisi rutinitas bangun pagi buat
materi - pergi pagi - mengajar - pulang sore - makan - tidur. Secara di
kosan tak bisa berbuat apa-apa. Ngobrol pun sama siapa? Sama tembok?
Genap lima bulan. Akhirnya, saya mendadak resign. Kantor sempat heboh juga. Saya
mohon maaf. Tapi saya sudah merasakan berada di titik jenuh dalam pekerjaan
saya. Padahal saya sangat jatuh cinta pada kegiatan belajar mengajar dan saya
cinta murid-murid saya. Sebenarnya sudah merasa jenuh sejak tiga minggu sebelum
resign. Tapi saya terus menghibur
diri sendiri dan bertahan sampai murid-murid ujian akhir.
Awalnya, saya sudah minta izin untuk resign per bulan November. Namun, saya
berubah pikiran dan memutuskan resign
di bulan Oktober. Untuk pertama kalinya, saya melawan arus dan peraturan:
mendadak resign. Saya berkali-kali mohon maaf dan berkali-kali dicibir salah
satu staff yang mengatakan saya tidak bertanggung jawab. Saya mengaku salah,
seharusnya saya memberikan solusi pengajar pengganti. Tapi, saya tidak
melakukannya.
Jujur, saya sebenarnya agak sedikit trauma
terkait masalah pengajar pengganti ini. Why?
Dulu saya pernah karena suatu hal tak bisa mengajar di hari Sabtu. Jadi, saya memberikan
solusi dengan meminta junior saya untuk menggantikan. Yang punya kantor sudah
setuju. Saya pun sudah memberikan briefing
materi apa saja yang harus diajarkan. Bahkan, saya juga sudah mengenalkan
junior sang pengajar pengganti saya itu kepada murid-murid sekelas.
Pokoknya sudah beres… tapi… di luar
perkiraan… sangat di luar perkiraan…
Saat junior saya datang untuk membicarakan
masalah keuangannya dengan managemen, pihak managemen berkata bahwa pengganti
saya di hari Sabtu sudah ada.
WHAT THE HELL?!
Sampai sekarang saya tidak enak hati sama
junior saya itu. Saya bingung sebingung-bingungnya. Yang punya kantor agak gimana
gitu ya? Seharusnya tegas. Kalau tidak setuju, ya bilang saja tidak dari awal.
Kembali ke masalah mendadak resign. Sebelumnya, saya pikir orang yang
akan menjadi pengganti saya adalah staff multi talenta seperti biasanya.
Eh, ternyata tidak. Ah! Saya sudah tak bisa berpikir jernih lagi di sana. Yang
terbijak dan terbaik adalah saya harus keluar dari lingkungan kerja yang sudah
tidak kondusif. Yang dari faktor internal saya juga sudah tidak nyaman dengan
rutinitas seperti itu. Seemntara itu, dari faktor eksternal, lingkungan kerja
juga sudah tidak ada teman dan tidak bisa melakukan perkembangan diri. Padahal,
harapan awal saya adalah menginginkan kondisi kerja yang berbeda dengan freelance yang sendirian jadi banyak
orang. Intinya, harapan tentang lingkungan kerja sudah tidak sejalan lagi.
So, semua itu adalah pengalaman berharga.
Sekarang saya fokus pada CPNS Kemenkeu 2014 di depan mata. TKD sudah saya kerjaan
beberapa waktu lalu. Sekarang tinggal menyiapkan latihan Psikotes. Hrus pergi
ke Gramed, beli bukunya, belajar, dan lulus! Aamiin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar