Assalamualaykum!
Akhir-akhir ini,
saya menyadari sesuatu bahwa sebenarnya rasa bahagia yang muncul di dalam hati
terdalam kita bukan karena apa-apa melainkan rasa
syukur. Iya, bukan karena berhasil membeli sesuatu, berhasil melakukan
sesuatu, atau berhasil menciptakan sesuatu. Memang, ketiga hal itu dapat
menciptakan rasa bahagia. Setelah saya renungkan… rasa bahagia itu tak bisa
lama bertahan.
Akan tetapi, rasa
bahagia yang muncul karena rasa syukur dan terima kasih kita kepada Tuhan…
menurut pengalaman saya… bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama. Mari kita
renungkan lebih dalam lagi…
Pernah menginginkan
sebuah barang baru? Pasti pernah. Pernah menabung sedemikian lamanya untuk
membeli barang baru itu? Pasti pernah. Bagaimana perasaan kita setelah berhasil
membeli barang yang kita impikan itu? Setelah sebelumnya kita 'ngos-ngos-an' menabung
mengumpulkan uang sedikit demi sedikit? Iya, BAHAGIA! SENANG!
Pengalaman pribadi,
terjadi pada diri saya. Waktu itu saya ingin sekali punya sepeda Poligon. Saya
pun menabung dari honor mengajar. Beberapa waktu berselang, akhirnya, saya
berhasil membelinya. Senang sekali. Tapi hanya bertahan beberapa waktu. Kurang
lebih dua tiga bulan. Setelah itu… saya jarang main sepeda karena kesibukan dan
kebosanan. Awalnya saya memperlakukan sepeda baru itu layaknya anak bayi:
sangat hati-hati. Tapi setelah waktu berjalan… ya jadi biasa saja.
Pernah berhasil
melakukan sesuatu? Pasti pernah. Apapun bidangnya. Entah berhasil memenangkan
pertandingan, berhasil menabung sesuai target seperti cerita sebelumnya tadi,
atau berhasil menurunkan berat badan. Hehe
Bagaimana rasanya
setelah berhasil melakukan 'sesuatu' itu? Ya, pasti jawaban kita sama. SENANG!
GEMBIRA! PUAS! Setelah itu? Kebahagiaan yang tercipta karena kemenangan
pertandingan pertama jadi terlupakan karena ada pertandingan kedua, ketiga,
keempat dst. Begitu pula kebahagiaan yang muncul pada barang impian pertama,
akan terlupakan karena ada barang impian kedua, ketiga, keempat, dst.
Pernah berhasil
menciptakan sesuatu? Iya, sesuatu! Tak perlulah kita menjadi seorang ilmuwan
seperti Einstein agar bisa menciptakan sesuatu. Pernah masak? Iya, hasil
masakan itu 'sesuatu'. Pernah lulus S1 dengan skripsi? Iya, skripsi itu
'sesuatu'. Pernah ...
Manusia, mahluk yang
tak pernah puas. Siapapun tahu itu. Setelah ini, mau itu. Setelah itu, mau ini.
Dan katanya untuk mengejar sesuatu bernama: kebahagiaan. Saya setuju, tapi masalahnya tadi…
kebahagiaan itu gak long lasting. Maka,
rasa syukur kita kepada Tuhan akan membuat kebahagiaan kita menjadi long lasting. Sungguh. Coba saja.
Rasa syukur dan
terima kasih kepada Tuhan. Begitu sederhana, namun sangat bernilai bagi hati
kita. Untuk penutup, bisa kita bayangkan bahwa rasa bahagia itu layaknya sebuah
stiker. Semakin lama waktu berlalu, karena kondisi cuaca, gesekan, dsb stiker
itu akan lepas dari tempatnya menempel. Maka, kita butuh perekat ekstra agar
stiker tetap tangguh pada tempatnya. Perekat ekstra itulah, rasa syukur.
Mari bersyukur. Mari
berterima kasih kepada Tuhan.