Hikmah:
Yang namanya rezeki dari itu ternyata bukan hanya berupa koin emas, perak, mata
uang rupiah, dolar, atau dinar. Rezeki itu… bisa berupa pertemuan dengan
orang-orang baik, dan persahabatan dengan mereka bisa kita bilang sebuah…
anugerah.
Tsunami. Laut ini pernah tenang, pernah
bergejolak hebat karena ombak, kapal ini pernah mati lampu. Namun, baru pertama
kali kami diterpa badai Tsunami. Kami, para pemusik akan tetap memainkan musik
bagi para penumpang. Satu persatu teman kami mundur saat datang badai di awal
waktu kemarin. Kami hargai keputusan mereka karena kami percaya hidupmu adalah
pilihanmu. Kami percaya setiap pemusik memiliki hak untuk bahagia. Jika mundur
dan meninggalkan kami adalah jalan mereka untuk mencapai kebahagiaan, siapa
bisa menolak? Kini badai terbesar bernama Tsunami itu menghancurkan dan
meluluhlantahkan kapal kami. Kami terlempar ke tengah samudera, menjadi bakal
santapan ikan-ikan hiu. Kamilah para pemusik di kapal Titanic. Kami tidak
kehilangan arah dan menabrak gunung es. Kami digulung ombak badai Tsunami. Kami
berenang sekuatnya. Kami berhasil berenang ke permukaan samudera, hidup dan
selamat bersama dengan alat musik di tangan kami masing-masing. Kami tidak akan
tenggelam atau menenggelamkan diri ke dasar samudera. Pun bukan menjadi
santapan ikan hiu. Kami akan mencari kapal baru dan bermain musik bersama lagi
di sana. Sekali lagi, kami ini pemusik di kapal Titanic. Jika kapal kami
Titanic kami hancur, maka kami akan mencari kapal Titanic yang lain. Bersiaplah
menikmati setiap alunan musik kami, meresapi setiap nada yang terbang ke udara,
menari dan berputar…
Saya
pernah berdoa ketika SMA. Dalam doa itu saya panjatkan, “Ya Tuhan… berilah aku
lingkungan dan teman-teman yang baik ketika aku kuliah nanti.” Doa itu, saya
panjatkan beberapa kali di masjid sekolah dengan khusyuknya. Saya takut saya
terbawa lingkungan yang buruk dan teman-teman yang buruk di bangku kuliah.
Mungkin karena terlalu banyak menonton televisi, ya? Takut terkena narkoba,
kehidupan malam, dsb.
Beberapa
tahun kemudian. Saya sudah lulus kuliah (sekitar dua tahun yang lalu) dan saya
berkontempelasi. Ternyata Tuhan mengabulkan doa saya waktu dulu. Saya
dikelilingi orang-orang yang baik. Bahkan, walaupun sudah lulus kuliah
sekarang, kami masih sibuk untuk saling menasehati dalam kebaikan.
Saya
beberapa waktu lalu berdoa semacam itu lagi, “Ya Tuhan… berikanlah aku
lingkungan kerja yang baik dan teman-teman yang baik sehingga aku bisa mengembangkan
diriku menjadi pribadi yang lebih berkualitas, serta penghasilan yang baik agar
aku bisa bersedekah kepada keluargaku, menabung untuk masa depanku, dan
membantu orang lain.”
Saya
bosan bekerja di tempat yang dikelilingi oleh orang-orang yang suka
membicarakan orang lain. Saya waktu itu merasa sedang menurunkan kualitas saya
di hadapan Tuhan sebagai manusia. Memang penghasilan yang didapatkan sangat
baik. Namun, bekerja di tempat tsb membuat saya tak bisa berkembang dan malah
melakukan ghibah terhadap orang lain. Maka, saya berdoa dalam hati waktu itu,
“Ya Tuhan… aku akan meninggalkan pekerjaan di tempat ini, Insya Allah karena-Mu
Tuhan… Bantulah aku agar aku mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, teman-teman
yang lebih banyak dan lebih baik, lingkungan yang lebih baik sehingga aku bisa
menjadi manusia yang lebih baik.”
Waktu
pun berlalu dan Februari lalu, saya dipertemukan dengan sekelompok orang yang bisa
saya banggakan hari ini. Merekalah sahabat-sahabat saya. Bukan sekadar rezeki,
namun mereka adalah anugerah dari Tuhan. Walaupun pertemuan kami singkat, kami
yakin kami akan bertemu kembali. Tuhan punya rencana atas pertemuan kami ini.
Entah apa. Nanti hanya waktu yang bisa menjelaskan. Saya berdoa agar perpisahan
ini menjadi awal pertemuan kembali kami di kapal yang baru. Tsunami itu sudah
berlalu, tapi masih meninggalkan luka dan porak poranda di diri kami. Tak
mengapa. Bukankah manusia menjadi dewasa karena luka?
Lebih
dari itu semua. Selama ini, toh Jalan dan Rencana Tuhan adalah yang terbaik dari
semua jalan dan rencana manusia yang pernah hidup di muka bumi ini. Kita hanya
perlu ridho dengan Jalan dan Rencana Tuhan setelah kita berikhtiar dan berdoa
semampu kita. Biarkanlah Tuhan Mengambil alih dan rasakan kejutan dari-Nya
nanti. Tuhan, terima kasih telah membuat saya belajar dari mereka dan memahami
arti keridhoan sesuangguhnya. Para pendidik yang selalu mencoba dengan segenap
hati mendidik dan menjadi teman dalam belajar bagi para siswanya. Melakukan
yang terbaik dan bersama-sama belajar menjadi manusia sesungguhnya.
*lebay ya? hehe. bukan penulis kalo enggak lebay hoho #kaburrr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar