BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kim
So Wol dikenal sebagai penyair terkenal Korea. Ia begitu produktif dalam dunia kesusastraan
puisi walaupun dalam waktu yang singkat karena ia harus mati muda. Salah dua
buah karyanya yang terkenal berjudul Jindallaekkot
dan Sanyuhwa. Kedua puisi periode
1920-an tersebut terdapat nuansa bunga. Oleh karena itu, penulis berminat untuk
menganalisis nuansa bunga dalam kedua puisi tersebut sebenarnya dan kesamaan
serta perbedaan makna bunga di dalamnya.
BAB
II
ISI
2.1.
Biografi singkat Kim So Wol
Kim So Wol
adalah seorang penyair terkenal dari Korea. Sebenarnya, nama Kim So Wol adalah
bukan nama aslinya. Nama asli sebenarnya adalah Kim Jeong Sik, namun Kim Jeong
Sik lebih dikenal dengan nama Kim So Wol. Kim So Wol lahir pada tahun 1902 di
Kusong, Propinsi Pyeongan Utara, Korea Utara. Menurut Andrei Lankov, masa kecil Kim So Wol sangat suram dan
menyedihkan.
“Kim So-wol was born in 1902 in what
is now North Korea. His childhood was coloured by tragedy: Kim So-wol's father
was attacked by Japanese workers who were building a railway near his home. He suffered
from a grave mental illness and was treated by the local shamans who resorted
to the old ways of ``driving the demons out'': the patient was severely beaten
and occasionally forced into icy cold water (one must admit: nowadays
psychiatrists' methods are probably not much more efficient, but definitely
less violent).” (koreantimes, 2012)
Pada
tahun 1915, Kim So Wol dapat masuk sekolah di Sekolah Menengah Osan. Semua itu
adalah berkat bantuan kakeknya yang banyak mengajari Kim So Wol ilmu China klasik.
Di sekolah itu, Kim So Wol bertemu dan diajar oleh seorang guru yang merupakan
seorang penyair terkenal Korea juga, bernama Kim Ok. Ketika bersekolah di Sekolah
Menengah Osan, Kim So Wol memulai kegiatannya menulis puisi. Pada tahun 1920,
Kim So Wol naik ke podium dan mendeklamasikan puisi karyanya. Salah satunya
adalah Nangin eui Bom dari buku
koleksi puisi Changjo. Kim So Wol
meniti pendidikan selanjutnya di Akademi Paejae dan lulus dari sana pada tahun
1923. Tidak berhenti di situ, Kim So Wol lalu melanjutkan pendidikannya ke
tingkat universitas, yaitu Universitas Dongkyeongsang (Universitas Tokyo),
sebuah universitas di Jepang. Pada tahun 1924, Kim So Wol sibuk beraktivitas
dalam suatu perkumpulan bersama Kim Dong In, Kim Chan Yeong, Im Jang Hwa, dan
sebagainya dalam perkumpulan Yeongdae
(Perkumpulan Generasi Abadi). Pada tahun 1925, Kim So Wol menerbitkan sebuah
buku koleksi puisinya yang terkenal, Jindallaekkot.
Kim So Wol memang seorang penyair yang berbakat dan terkenal, namun sangat
disayangkan bahwa Kim So Wol harus meninggal di usia yang masih muda. Kematian
Kim So Wol sendiri masih kontroversi. Ada pihak yang menyatakan Kim So Wol
meninggal karena overdosis dalam mengonsumsi opium (Mc Cann, 2004:18) dan ada
pula pihak yang menyatakan bahwa Kim So Wol meninggal karena bunuh diri (Lankov, koreantimes:2012). Namun, fakta yang ada dan
disepakati bersama adalah bahwa Kim So Wol meninggal pada tahun 1934 di usia 32
tahun.
2.2.
Puisi Jindallaekkot dan Sanyuhwa
Walaupun
Kim So Wol meninggal di usia muda, namun ia adalah seorang penyair yang sangat
produktif. Selama 32 tahun masa hidupnya, Kim So Wol telah menghasilkan puluhan
karya puisi. Salah dua dari karya-karya puisinya yang terkenal adalah Jindallaekkot (Bunga Jindallae/Azalea) dan
Sanyuhwa (Bunga di Atas Gunung). Kedua puisi itu dibuat pada tahun 1920-an
ketika periode penjajahan Jepang.
Jindallaekkot
나 보기가 역겨워
가실 때에는 말없이 고이 보내 드리우리다. |
When you’d leave in distaste of my
show,
Without a word let me resign myself Dearly to your departure. |
|
영변에 약산
진달래꽃 아름 따다 가실 길에 뿌리우리다. |
Azalea flowers from Yaksan at
Yong-Byun!
I will pluck them armful and bring, To spread on your way to leave. |
|
가시는 걸음 걸음
놓인 그 꽃을 사뿐히 즈려밟고 가시옵소서. |
Step after step on your departure,
Be pleased to tread softly and gently On those strewn flowers. |
|
나 보기가 역겨워
가실 때에는 죽어도 아니 눈물 흘리우리다. |
When you’d depart in distaste of
my show,
Let me never, ever shed tears Even to my black death. |
Sanyuhwa
산에는 꽃 피네 Flowes on the mountain bloom,
꽃이 피네 The flowers bloom.
갈 봄 여름 없이 Fall, spring, summer through
꽃이 피네 The flowers bloom.
산에 High on the mountain
산에 Up on the mountain
피는 꽃은 The flowers are blooming
저만치 혼자서 피어 있네 So far away, so far.
산에서 우는 작은 새여 One small bird
꽃이 좋아 Friend of the flowers.
선에서 High on the mountain,
사노라네 It lives on the mountain.
산에는 꽃 지네 Flowers on the mountain.
꽃이 지네 Fall, flowers fall.
갈 봄 여름 없이 Spring, summer, autumn through,
꽃이 지네 The flowers fall.
2.3.
Analisis Makna Bunga dalam Puisi
Puisi
di Korea pada awalnya ditulis menggunakan aksara China dan mempunyai peraturan
yang sangat kaku. Namun, semakin berjalannya waktu, puisi di Korea semakin
bervariasi dan lebih bebas. Hal itu disebabkan juga oleh pengaruh dari budaya
luar Korea, seperti Jepang dan Barat.
Puisi
sebagai salah satu bidang kesusastraan di Korea sangat mendarah daging dalam
masyarakat dan bangsa Korea. Puisi di Korea tidak hanya berfungsi sebagai
hiburan, tapi juga sebagai ungkapan rasa nasionalisme. Puisi banyak digunakan
sebagai sarana untuk menyalurkan pendapat dan gagasan oleh masyarakat sehingga sangat
berperan penting dalam perjalanan sejarah Korea.
“Modern Korean literature, as
opposed to the traditional forms mostly imitating classical Chinese models, has
barely a century of history. Korea was under severe Japanese oppression for
almost half of that time, when the Korean language itself was often banned or
under attack. As a result, writing poetry in Korean became a means of
nationalistic resistance and the custom grew of seeing certain poems as icons
of Korean identity. These works were not usually overt declarations of
independence but indirect, evocations of themes and situations which might be
read in various ways but recognized as essentially Korean. These poems were
then taught to children, inscribed on stone, memorized by the whole population.”
(Anthony:1998)
Secara
umum, tema dan karakteristik puisi di Korea dapat dibedakan menurut periodenya.
Pada periode awal, jenis puisi Korea yang banyak ditulis berupa Sijo dan Saseol Sijo, yaitu jenis puisi pendek yang mempunyai bentuk kaku
dan teratur. Kemudian, pada masa pencerahan (1860-1910), jenis puisi yang
banyak ditulis berupa Gasa, Changga, Sinchesi, dan 4 Haengsi.
Pada periode ini, puisi menjadi lebih bebas dari segi bentuk maupun isi. Lalu,
pada periode 1920-an (1919-1931) adalah masa ketika pergerakan orang Korea
melawan penjajahan dan pengaruh Jepang. Puisi pada masa ini digunakan sebagai
‘senjata’ halus untuk mempengaruhi masyarakat dan meningkatkan rasa
nasionalisme mengusir Jepang.
Puisi
Jindallaekkot dan Sanyuhwa karya Kim So Wol masuk pada
periode tahun 1920-an, yaitu pada masa pergerakan. Puisi Jindallaekkot bercerita tentang seorang wanita yang melepas
kepergian kekasih yang sangat dicintainya, namun ia tidak ingin melepas
kekasihnya dengan uraian air mata. Oleh karena itu, ia melepas kekasihnya
dengan taburan bunga Jindallae atau
Azalea. Sementara itu, puisi Sanyuhwa
bercerita tentang siklus kehidupan mekar dan gugur bunga-bunga di pegunungan
dengan ditemani burung Sanorane
(burung yang khusus tinggal di daerah pegunungan). Akan tetapi, penjelasan
tersebut merupakan makna ‘permukaan’ saja. Maksud dari makna ‘permukaan’ adalah
ketika puisi dianalisis tanpa menelisik lebih dalam dan tanpa menghubungkan puisi
dengan kondisi sosial politik dan budaya pada masa puisi itu dibuat serta
kondisi kejiwaan dan kepribadian seorang pengarang.
Jika
kita analisis kedua puisi tersebut lebih mendalam, maka akan didapatkan persamaan
dan perbedaan. Persamaan dalam kedua puisi karya Kim So Wol tersebut adalah
keduanya menggunakan nuansa bunga dalam puisinya. Dalam puisi Jindallaekkot, sudah jelas dan terlihat
di dalam judulnya, yaitu Bunga Jindallae
atau Bunga Azalea. Begitu pula
pada puisi Sanyuhwa, yang berarti
Bunga di Atas Gunung. Selain itu, kedua puisi mempunyai tema yang sama, yaitu
kesedihan. Puisi Jindallaekkot
bercerita tentang kesedihan melepaskan seorang kekasih sedangkan kesedihan
puisi Sanyuhwa terletak pada siklus
hidup dan mati.
Perbedaan
kedua puisi tersebut adalah perbedaan makna bunga dalam puisi. Dalam puisi Jindallaekkot, bunga digambarkan sebagai pelipur lara dari kesedihan si wanita
karena kepergian sang kekasih sedangkan dalam puisi Sanyuhwa, bunga menjadi representasi siklus kehidupan manusia,
yaitu hidup dan mati. Mengingat periode 1920-an yang ramai akan pergerakan
melawan Jepang, analisis kedua puisi tersebut dapat menjadi lebih mendalam. Bunga
dalam puisi di mana pun biasanya menggambarkan dan memaknakan keindahan dan
rasa cinta. Bunga dalam puisi Jindallaekkot
dapat menjadi sebuah representasi rasa cinta dan pengharapan akan kedamaian
atas seorang saudara atau orang yang dicinta yang pergi di medan perang melawan
Jepang. Sementara itu, bunga dalam puisi Sanyuhwa
adalah representasi manusia yang sesuai siklus kehidupan, pasti nantinya akan
menemui kematian. Kematian oleh masyarakat Korea sedikit berbeda maknanya
dengan masyarakat Indonesia. Di Korea, kematian adalah suatu pencapaian
ketenangan dan keterlepasan dari segala masalah dunia, sedangkan di Indonesia
yang mayoritas beragama Islam, memandang kematian sebagai pintu menuju
kehidupan yang lain, yaitu kehidupan akhirat yang memerlukan banyak bekal sebelumnya
di dunia.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Terdapat persamaan
dan perbedaan dari makna bunga dalam puisi Jindallaekkot dan Sanyuhwa.
Persamaannya adalah bahwa bunga digunakan sebagai representasi rasa cinta,
keindahan, dan kedamaian. Kemudian, perbedaannya adalah makna bunga di dalam
puisi Jindallaekkot lebih dalam
maknanya yaitu sebagai pelipur lara dan rasa cinta terhadap orang yang dicintai
sedangkan dalam puisi Sanyuhwa, makna
bunga lebih umum, yaitu sebagai representasi siklus kehidupan manusia dan
ketenangan mencapai kematian.
3.2.
Daftar Referensi
Buku
Mc Cann, David R. The Columbia Anthology of Modern Korean
Poetry. New York: Columbia University Press, 2004.
So Wol, Kim. Jindallaekkot. Seoul: Miraesa, 1991.
J, Kim. Lost Love: 99 Poems by Sowol Kim. Seoul: Pan-Korea Book Corporation, 1975.
Website
(foto Kim So Wol)
SEMOGA BERMANFAAT ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar