Tiga buah ramalan yang pernah
dibuat Ratu Seondeok semasa pemerintahannya di Kerajaan Silla. Ratu Seondeok
dikenal sebagai Ratu pertama Korea dan ia adalah seorang wanita yang cerdas dan
tajam dalam berpikir.
Ramalam pertama: suatu hari, penguasa
Kerajaan Tang di Cina mengirimkannya sebuah hadiah berisi tiga genggam penuh
bibit tanaman semak serta sebuah lukisan bunga berwarna merah, putih, dan ungu.
Ratu
Seondeok melihat lukisan itu dan kemudian berkata, “Bunga-bunga tanaman semak
itu tidak akan mempunyai aroma harum.” Tanaman semak itu kemudian ditanam di
kebun istana dan benar saja, tanaman yang dikirimkan penguasa Kerajaan Tang itu
tidak beraroma semenjak awal ditanam, mekar bahkan sampai mati.
Ramalan kedua: pada suatu musim dingin
di Kolam Pintu Gerbang Permata Hijau yang berlokasi di kuli suci Yeongmyo,
tiba-tiba terjadi sebuah kebisingan akibat kumpulan suara katak. Katak-katak
tersebut berkuak-kuak selama tiga sampai empat hari lamanya. Hal yang sangat
aneh bagi manusia karena pada musim dingin seperti itu seharusnya para katak
melakukan proses hibernasi. Masyarakat dan orang-orang istana yang heran dengan
kejadian itu pun akhirnya bertanya kepada Sang Ratu apakah gerangan kiranya
kejadian itu. Beberapa saat kemudian, ratu dengan tiba-tiba segera
memerintahkan dua orang jendral, Al Cheon dan Piltan untuk memimpin dua ribu
prajurit ke Lembah Okmun yang terletak di sebelah barat pinggir kota Gyeongju.
Mereka ditugaskan untuk mencari dan membunuh pasukan musuh yang bersembunyi di
dalam hutan. Para jendral pun melaksanakan tugas mencari pasukan musuh di
Lembah Okmun sebagaimana yang telah diamanatkan ratu. Ketika mereka mencapai
lembah tersebut, mereka menemukan 500 prajurit Kerajaan Baekje. Pasukan
Kerajaan Silla kemudian mengepung dan membunuh mereka. Setelah itu, mereka
menemukan seorang Jendral Kerajaan Baekje yang sedang bersembunyi di balik
sebuah batu di Gunung Selatan. Jendral tersebut juga dihabisi oleh pasukan
Kerajaan Silla sehingga pada akhirnya, mereka dapat mencegah dan bahkan
menghabisi sebuah pasukan besar Baekje yang mempunyai rencana akan menyerang
Kerajaan Silla.
Ramalan ketiga: suatu hari, ketika
Ratu Seondeok berada dalam keadaan sehat walafiat, ia memanggil orang-orang
istananya dan berkat kepada mereka, “Aku akan wafat pada suatu tahun, suatu
bulan, dan suatu hari. Ketika aku sudah pergi, bakarlah diriku di tengah-tengah
Toricheon.” Orang-orang istana bingung karena tidak mengetahui tempat yang
disebut ratu itu. Mereka pun bertanya kepada ratu. Ratu kemudian menjawab dengan
menunjuk ke sebuah bukit di daerah selatan.
Sewaktu
hidupnya, orang-orang istana bertanya kepada Ratu Seondeok bagaimana caranya ia
bisa membuat ramalan-ramalan tersebut. Ratu pun menjawab…
Ramalan
pertama tentang tanaman semak dan lukisan bunga yang dihadiahkan oleh penguasa
Kerajaan Tang: “Di dalam lukisan itu terdapat bunga. Namun, tidak terdapat
kupu-kupu. Hal itu menandakan bahwa tanaman itu tidak beraroma. Penguasa Tang
telah mengejek keadaanku yang tidak bersuami.” Selain itu, penguasa
Kerajaan Tang yang mengirimkan lukisan bunga itu pun diduga mempunyai keahlian
melihat masa depan. Tiga tangkai bunga yang terlukis di dalam lukisan tersebut
menyimbolkan tiga orang penguasa wanita atau ratu di Korea. Mereka adalah
Seondeok, Jindeok, dan Jinseong. Ratu Jindeok menggantikan pemerintahan Ratu
Seondeok dan berkuasa antara tahun 647-654 M (kurang lebih selama 7 tahun),
serta Ratu Jinseong yang menduduki tahta pada tahun 888 M.
Ramalan
kedua tentang kebisingan suara katak di Lembah Okmun: “Untuk katak-katak di
Kolam Pintu Gerbang Permata Hijau, mereka seperti para prajurit dan Permata
Hijau dapat berarti wanita. Warna wanita adalah putih dan juga dapat
menyimbolkan daerah barat (Baekje). Oleh karena itu, aku mengetahui bahwa para
penyerang datang dari arah barat (Baekje). Jadi, aku tahu bahwa akan mudah
untuk melawan para musuh tersebut.”
Ramalan
ketiga tentang amanat untuk membakar jasadnya dan menguburnya di Toricheon
ketika ia telah berpulang. Toricheon, sebuah tempat yang disinggung dalam kitab
suci agama Buddha. Toricheon dan Sacheonwangcheon adalah dua buah surga dalam
agama Buddha. Hal itulah yang membuat orang-orang istana pada waktu itu
kebingungan karena tak tahu keberadaan tempat itu. Yang mereka tahu, Toricheon
adalah nama sebuah surga. Pada akhirnya, waktulah yang dapat menjawab
pertanyaan tentang ramalan ketiga ini. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya tahun
656 M, Raja Munmu membuat sebuah kuil bernama Kuil Sacheonwang. Kuil itu juga
disebut Kuil untuk Empat Raja Dewa. Kuil Sacheonwang mempresentasikan empat
arah mata angin dan maksudnya adalah Buddha dapat ditemukan di keempat arah
mata angin itu. Kuil Sacheonwang dibangun di bawah makam Ratu Seondeok. Tidak
tepat di bawah kuburannya tetapi di bawah bukit. Pada masa Kerajaan Silla, kuil
itu digunakan untuk tempat berdoa. Orang-orang berdoa untuk kekuatan,
ketahanan, dan keamanan negeri. Selain itu mereka juga berdoa untuk mengajukan
permohonan baik untuk para keluarga kerajaan.
makam Ratu Seondeok di Gyeongju
Sacheonwang
bagian dalam Sacheonwang
Sumber dan referensi:
buku Samguk Yusa ditulis oleh Ilyeon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar