Pagi itu, hari yang ungu. Semoga wajah saya tak terlihat aneh memakai jilbab warna ungu, hehe. Maklum, itulah jilbab ungu pertama saya. Dari rumah, saya telah merencanakan untuk izin pergi ke FIB sebentar untuk mengurus pendaftaran pengawas SIMAK UI 2011. Hari itu deadline pendaftaran di BEM. Lumayan dapet duit, hehe. Sekitar pukul 10.00 pagi, saya langsung loncat menyebrang ke jembatan Teksas. Tuing! Dari FE ke FIB... gampanglah paling 5 menit doang. Tinggal loncat kan? Awas aja kepeleset nanti nyemplung ke danau...
Saya naik tangga ke gedung 9, menuju ke ruang BEM. Saya menongolkan kepala di pintu ruang BEM(*menongolkan?), ternyata teman yang saya tunggu belum datang. Saya agak terkejut ketika melihat ada Pak Fauzi Bowo sedang duduk di ruang BEM. Heh? Mau ngapain dia di situ? Tiba-tiba, saya mendengar ada yang membicarakan acara Inspiration Days. Lho lho, itu kan acara saya? Kata saya dalam hati. Singkat cerita, ternyata bapak utusan walikota Depok yang mirip Fauzi Bowo itu tersesat. Ia berencana untuk datang ke acara ID yang ia tahu ada di gedung 9 FIB. Ia belum tahu kalau tempatnya itu diganti di FE *padahal ajudannya sudah diberitahu panitia lho. Waduh... Ya sudah, akhirnya saya mengantar bapak utusan walikota itu ke FE.
Saya: “Kita mau jalan aja, Pak?”
Bapak: “Iya iya.”
Saya: “Oh, oke.”
Bapak: “FE itu jauh enggak, Mbak?”
Saya: “Emm, enggak kok Pak. Noh di sono noh! Di sebrang jembatan!”
Beberapa saat kemudian di jembatan Teksas. Entah mengapa rasanya lamaaaaaaaa sekali berjalan dari gedung 9 ke jembatan Teksas.
Bapak: “Ngos ngos ngos...”
Saya: “Eh, buset. Kenapa nih si bapak? Ngos-ngosan ampe begitu? Di tengah jembatan gini kalo pingsan gimana??” (dalam hati) sambil melirik-lirik si bapak.
Bapak: “Masih jauh enggak?” masih sambil ngos-ngosan. Jangan-jangan bapaknya punya asma!
Sumpah saya takut sekali jika si bapak itu tiba-tiba pingsan dan mengeluarkan busa-busa aneh dari mulutnya. *kebanyakan nonton teve
Saya: “Enggak kok, Pak! Tuh di depan!” sedikit memberikan semangat. Tapi kayaknya semangat itu tidak berpengaruh, karena si bapak malah berkata,
Bapak: “Kalo tahu begini, kita naik kendaraan aja tadi...”
Saya tertegun lalu berteriak dalam hati: “Woy, Pak! Kan saya tadi udah nanya! Mau jalan apa enggak! Gyaaaa....”
Saya sungguh merasa bersalah melihat kucuran keringat yang ada di dahinya *dasar saya golongan darah A. Ia mengelap berkali-keli menggunakan sapu tangan. Tiba-tiba entah mengapa, saya teringat bapak saya di rumah yang pekerjaannya adalah PNS juga. Jadi seragamnya mirip bapak walikota itu. Jangan-jangan, bapak saya juga kayak begitu. Tenaganya semakin menguap karena dimakan usia. Dalam waktu yang singkat itu, saya merenung. Di tempat kerjanya, bapak saya pasti juga berkeringat seperti itu. Atau bahkan lebih... Bayaran untuk tetes-tetes keringat itu bukan untuk siapa-siapa kan? Tentu saja untuk keluarga dan anak-anaknya. Huahua... Padahal saya sering melawannya. Ya Allah maafkan saya...
Saya: “Semangat, Pak! Olahraga Pak biar sehat, hehe.”
Bapak: “Ngos ngos ngos...”
Saya: -___- *semakin merasa bersalah. Amat.
Akhirnya, kami tiba di depan auditorium. Di koridor, kami berdua dilihati oleh orang-orang. Gile, jalan sama birokrat walikota aja sudah kayak gitu. Apalagi sama presiden?? Yap. Salah satu yang melihati kami adalah dua orang pengisi stan sebuah bank *saya lupa bank apa, hehe. Tatapan mereka begitu hormat kepada kami berdua. Pasti gara-gara bapak walikota di samping saya. Bayangkan, satu memakai seragam birokrat PNS dan satu lagi seragam panitia. Pasti dikira itu bapak adalah orang penting, kan? Saya tersenyum nyengir kepada mereka, agak tertawa di dalam hati, hehe. Akhirnya, sampai di depan meja pendaftaran ikhwan. Semua pada bingung, salah satunya Raniw. Tepat di belakang bapak itu, ia bertanya tanpa suara kepada saya.
Raniw: “Siapa? Siapa?” sambil menunjuk-nunjuk si bapak.
Saya: “Enggak tahu. Katanya dari walikota Depok...” sambil menaik-naikkan bahu.
Beberapa saat kemudian, bapak utusan walikota itu pun dibawa masuk ke dalam auditorium. Saya meminggirkan diri di pojok tangga, di depan tempat pendaftaran akhwat.
Saya: “Ngos ngos ngos...”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar