Jumat, 16 Mei 2014

Bersyukur

Assalamualaykum!

Akhir-akhir ini, saya menyadari sesuatu bahwa sebenarnya rasa bahagia yang muncul di dalam hati terdalam kita bukan karena apa-apa melainkan rasa syukur. Iya, bukan karena berhasil membeli sesuatu, berhasil melakukan sesuatu, atau berhasil menciptakan sesuatu. Memang, ketiga hal itu dapat menciptakan rasa bahagia. Setelah saya renungkan… rasa bahagia itu tak bisa lama bertahan.

Akan tetapi, rasa bahagia yang muncul karena rasa syukur dan terima kasih kita kepada Tuhan… menurut pengalaman saya… bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama. Mari kita renungkan lebih dalam lagi…

Pernah menginginkan sebuah barang baru? Pasti pernah. Pernah menabung sedemikian lamanya untuk membeli barang baru itu? Pasti pernah. Bagaimana perasaan kita setelah berhasil membeli barang yang kita impikan itu? Setelah sebelumnya kita 'ngos-ngos-an' menabung mengumpulkan uang sedikit demi sedikit? Iya, BAHAGIA! SENANG!

Pengalaman pribadi, terjadi pada diri saya. Waktu itu saya ingin sekali punya sepeda Poligon. Saya pun menabung dari honor mengajar. Beberapa waktu berselang, akhirnya, saya berhasil membelinya. Senang sekali. Tapi hanya bertahan beberapa waktu. Kurang lebih dua tiga bulan. Setelah itu… saya jarang main sepeda karena kesibukan dan kebosanan. Awalnya saya memperlakukan sepeda baru itu layaknya anak bayi: sangat hati-hati. Tapi setelah waktu berjalan… ya jadi biasa saja.

Pernah berhasil melakukan sesuatu? Pasti pernah. Apapun bidangnya. Entah berhasil memenangkan pertandingan, berhasil menabung sesuai target seperti cerita sebelumnya tadi, atau berhasil menurunkan berat badan. Hehe

Bagaimana rasanya setelah berhasil melakukan 'sesuatu' itu? Ya, pasti jawaban kita sama. SENANG! GEMBIRA! PUAS! Setelah itu? Kebahagiaan yang tercipta karena kemenangan pertandingan pertama jadi terlupakan karena ada pertandingan kedua, ketiga, keempat dst. Begitu pula kebahagiaan yang muncul pada barang impian pertama, akan terlupakan karena ada barang impian kedua, ketiga, keempat, dst.

Pernah berhasil menciptakan sesuatu? Iya, sesuatu! Tak perlulah kita menjadi seorang ilmuwan seperti Einstein agar bisa menciptakan sesuatu. Pernah masak? Iya, hasil masakan itu 'sesuatu'. Pernah lulus S1 dengan skripsi? Iya, skripsi itu 'sesuatu'. Pernah ...

Manusia, mahluk yang tak pernah puas. Siapapun tahu itu. Setelah ini, mau itu. Setelah itu, mau ini. Dan katanya untuk mengejar sesuatu bernama: kebahagiaan.  Saya setuju, tapi masalahnya tadi… kebahagiaan itu gak long lasting. Maka, rasa syukur kita kepada Tuhan akan membuat kebahagiaan kita menjadi long lasting. Sungguh. Coba saja.

Rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Begitu sederhana, namun sangat bernilai bagi hati kita. Untuk penutup, bisa kita bayangkan bahwa rasa bahagia itu layaknya sebuah stiker. Semakin lama waktu berlalu, karena kondisi cuaca, gesekan, dsb stiker itu akan lepas dari tempatnya menempel. Maka, kita butuh perekat ekstra agar stiker tetap tangguh pada tempatnya. Perekat ekstra itulah, rasa syukur.


Mari bersyukur. Mari berterima kasih kepada Tuhan.

Rabu, 14 Mei 2014

Balada Move On Ke Kerjaan Baru (part 2)

Assalamualaykum! Ini dia part 2 nya!

Ya, minggu pertama di tempat kerja baru. Di minggu pertama ini pula, saya merasakan yang namanya LEMBUR! Itu terjadi di hari Kamis. Jadi begini kira-kira percakapan saya dengan Pak Bos. Saya dipanggil ketika saya akan masuk ke kelas untuk mengajar.

Pak Bos
: "Ssaem! Ssaem! Sini sebentar!"
Saya
: "Iya, ada apa ya Pak?"
Pak Bos
(awalnya ngomongin ini itu) "Nanti Ssaem lembur ya, ngurusin soal ini. Enggak sendirian kok, kita berlima sama karyawan lain juga."
Saya
: "Eh? Lembur, Pak? Sampai jam berapa?" (dengan yakin pasti raut muka saya polos sepolos-polosnya saat itu)
Pak Bos
: "Enggak lama kok, paling lambat sampai jam delapan."
Saya
: "Jam de...la...pan…?" (pasang muka super cute sambil mikirin angkot)
Pak Bos
(menatap saya sejenak) "Nanti dianterin. Nanti dianterin."
Saya
: "Eh? Emm, ya udah Pak. Oke."

Singkat cerita, di hari Kamis itu, saya lembur untuk pertama kalinya seumur hidup (hahaha lebay). Ketika saya sedang mengurus soal, Pak Bos datang mengecek sambil melontarkan kata-kata:

 "Tenang aja Ssaem, nanti dianterin pake mobil.". Saya sumringah mendengarnya. Di luar kontrol, saya menjawab,

"Tapi sampe depan rumah ya, Pak?" (Angkot trayeknya memang sulit jadi malam-malam seperti itu pasti sudah tak ada angkot, saya bisa pastikan).

Saya bertepuk tangan kegirangan sampai salah satu rekan kerja memandang aneh (san saya baru menyadari hal itu beberapa saat kemudian). Saya lupa kalau di sini, Pak Bosnya dihargai habis-habisan. Eh, saya malah seperti bocah.

Saya sibuk mengurus soal lagi, waktu tiba-tiba sudah magrib saja. Perut saya pun keroncongan dan dangdutan. Saya minum susu kedelai kesukaan saya sebagai pengganjal perut sehingga bisa solat magrib. Kemudian berencana untuk beli roti di Alfa depan kantor. Tiba-tiba, ketika mengenakan sepatu setelah solat, Pak Bos teriak dari ruang kerjanya.

"Ssaem mau pesan makanan, gak?"

"Boooleeh Pak!" *rejeki memang tak kemana

Kami makan bersama. Ada rekan administrasi dan keuangan di depan saya. Pak Bos makan sendiri di ruangnya sedangkan rekan seksi sibuk makan sambil ngumpet di dekat dapur. Menu hari itu adalah pecel ayam. Oh iya, sebelumnya juga rekan keuangan memberikan saya dan rekan lain semacam 'makanan penggembira' yaitu jus alpukat dan gorengan.

Aaaahhh saat itu saya merasakan ukhuwahnya ^^. Apalagi rekan administrasi dan keuangannya juga macam pak ustad dan bu ustad hehehe. Saya doang yang pecicilan. Happy Happy Happy Call! Eh

Di luar dugaan, saya pulang dari kantor dua puluh menit lebih lama dari rencana karena mobilnya dipakai si Pak Bos  dulu. Saya masuk mobil dan diantar oleh supirnya Pak Bos. Ah lelaaaaaaaaaah. Suer! Di dalam mobil saya seperti orang mabuk. Lunglai begitu. Tapi, hari itu adalah pengalaman yang luar biasa. Lembur, men! *dan saya benar-benar diantar sampai depan rumah hahahaha.


-Part 3 (bikin gak ya? hehe)

Balada Move On Ke Kerjaan Baru (part 1)

Assalamualaykum!!!

Cha, ceritanya saya mau share pengalaman 'menakjubkan' saya selama minggu ini. Mulai tanggal 5 Mei 2014, saya resmi pindah tempat kerja, ceritanya mau move on. Apa alasan saya pindah kerja? Ya benar! Move on cari duit yang lebih banyak hahahaha! Supaya bisa beli DP MOBIL!

Baik, lanjut pada kerjaan baru saya sekarang. Hmm, tetep mengajar bahasa Korea sih, tapi objeknya beda. Kali ini calon tenaga kerja Indonesia, iya iya! CTKI. Kantor saya dirahasiakan ya, hehehe. Dibandingkan kerjaan sebelumnya di Depok, lokasi tempat kerja sekarang lebih jauh, tapi masih itungan 'kampung sebelah' kata adek saya. Wehehe. Oke, kali ini saya mau cerita perjuangan saya di minggu pertama ^^

Senin...

Hari itu saya bersemangat sekali, bercampur deg-deg-an juga sih karena akan menemui rekan-rekan kerja baru, orang-orang baru. Pagi itu sebenarnya agak kelelahan juga karena dua hari sebelumnya masih kerja freelance 'perpisahan' di Depok. Sulit juga meninggalkan murid-murid di Depok, tapi hidup harus terus berjalan. Aseek. 

Eh, tapi tak benar-benar meninggalkan kelas di Depok sih… karena ujung-ujungnya murid level 3 (yang palig lama diajar, jadi paling dekat) memohon agar saya mengajari mereka sampai akhir, tanggung 2 bab lagi kata mereka dan dengan pengaturan jadwal ulang.

Oke, para pembaca yang terhormat… apakah Anda tahu bahwa terjadi hal yang tak pernah akan saya lupakan seumur hidup di hari Senin ini?! Iya… ada. Rencana saya untuk mengajar kelas baru diubah menjadi mengajar kelas pemantapan soal EPS TOPIK. Bayangkan sodara-sodara! Saya sendiri belum tahu bagaimana rupanya si mahluk bernama 'EPS TOPIK' itu. Kalau TOPIK biasa saya tahu :p

Itu semua terjadi karena tiba-tiba ada salah satu rekan guru yang resign. Jadilah saya ditugaskan untuk menggantikan kelas si guru resign itu: KELAS PEMANTAPAN SOAL. Nah, lho. Awalnya saya sudah menolak karena saya kan baru. Benar-benar BARU HARI ITU MULAI KERJA! Wong saya sudah prepare untuk mengajar murid-murid Basic Level.

Masih Senin. Hmm. Intinya, banyak pelajaran yang saya dapatkan di hari itu… selain bahwa rencana Anda bisa saja tiba-tiba berubah sesuai kebijakan pihak managemen lembaga.  Singkat cerita…

  1. Saya dapat murid-murid yang amat REALISTIS. Mereka saya suruh maju ke depan satu-satu untuk perkenalan diri, tapi mereka menolak dengan alasan "bisa kenal sambil berjalannya waktu, kita gak punya waktu, ujian bentar lagi, waktu belajar tinggal sedikit lagi…" Saya ditusuk dengan kata-kata tadi. Sakit. Padahal biasanya kelas yang saya pegang itu santai tapi serius. Sekarang serius banget. Hmm, oke ikuti saja dulu. Begitu pikir saya.

  1. Musola accident. Apa maksudnya? Iya, jadi kantor kami kekurangan ruang untuk tempat solat. Jadi kami bingung dan memikirkan solusinya, yaitu menggeser meja dan lemari agar ada satu ruang kecil yang muat untuk 1 orang solat. Saya ingat sekali perkataan 'seseorang' itu kepada saya.

Mbak X
: "Di sebelah sini aja, ya? Tapi boleh gak ya sama Pak Bos?"
Saya
: (dengan ke-sotoy-an dan ke-polos-an yang belum berubah) "Bolehlah, masa gak boleh? Terus nanti kita solat di mana?
Mas X
: "Wah itu pernyataan yang salah itu, gak boleh itu."  
Saya
(langsung ambil pisau, bunuh diri)

Mampus banget, kan? Mana gaya ngomongnya menusuk hatiku yang lembut bagaikan agar-agar ini… Di hari pertama, men!!!! Tak mengerti lagi saya~ Atau memang saya yang salah bicara. Ya mungkin saja. Maklum, bos di tempat kerja sebelumnya itu sohib banget karena masih muda. Cuma beda tiga atau empat tahun.

Di tempat kerja baru ini BEDA. Bosnya sudah agak tua. Dan… sepertinya di sini sangat menghargai Pak Bos. Jalan saja sampai nunduk-nunduk begitu. Minggu ini saya belajar beradaptasi dengan lingkungan kerja baru dan sangat kelelahan. Hehe


-Bersambung di part 2-