Senin, 30 Mei 2011

Fotografer Asal Swedia, Jalan Panjang Berliku Menuju Islam


Sebelum mengenal Islam, Karlsson adalah seorang lelaki biasa yang tidak religius sama sekali. Ia mengaku sebagai tipikal orang yang materialistis. Tak pernah sedikit terlintas dalam pikirannya tentang keberadaan Tuhan.
"Saya menjalani kehidupan selama 25 tahun tanpa pernah benar-benar memikirkan tentang eksistensi Tuhan, atau hal-hal yang berkaitan dengan spiritual," ujar lelaki asal Swedia itu.
Tapi ia masih ingat kenangan masa kecilnya, saat masih duduk di kelas 7, pernah menulis cerita tentang akan seperti apa masa depan yang ingin dijalaninya kelak. Karlsson menggambarkan dirinya kelak sebagai seorang progammer komputer yang sukses--padahal saat itu ia tidak pernah menyentuh komputer--dan hidup dengan seorang istri yang muslim.
"Waktu itu, kata 'Muslim' buat saya adalah perempuan yang mengenakan baju panjang, longgar dan memakai jilbab. Tapi saya tidak tahu dari mana pikiran semacam itu datang dan melintas di kepala saya," ujarnya mengenang impian masa kecilnya.
Waktu berjalan. Karlsson menyelesaikan kuliahnya dan mulai bekerja. Ia sudah punya penghasilan sendiri dan pidah ke apartemen yang dibelinya. Kala itu, ia mulai menekuni minatnya pada dunia fotografi amatir dan aktif dalam kegiatan-kegiatan fotografi.
Karlsson mengaku tidak tahu persis bagaimana ceritanya sampai ia kemudian mengenal Islam. Menurutnya, semua terjadi begitu saja tanpa ia rencanakan. "Banyak hal yang saya sendiri tidak bisa menjelaskan, apa yang saya lakukan, dan mengapa saya melakukannya," ungkap Karlsson.
Ia melanjutkan, "Saya tidak bisa mengingatnya, mengapa saya menelpon Organisasi Informasi Islam di Swedia dan minta didata untuk berlangganan buletin yang mereka terbitkan, mengapa lalu saya membeli Al-Quran terjemahan dan membeli sebuah buku yang sangat bagus berjudul 'Islam: Our Faith'. Saya melakukannya begitu saja."
Setelah membaca seluruh terjemahan Al-Quran, Karlsson mengakui isi Al-Quran sangat indah dan logis. Tapi ia belum merasakan kehadiran Tuhan dalam hatinya.
Akhirnya Mengakui Tuhan
Setahun kemudian, ketika Karlsson berkunjung ke sebuah pulau cantik bernama Pretty Island, ia merasakan sesuatu yang sangat luar biasa dalam hatinya, saat memotret pemandangan musim gugur di pulau itu.
"Saya merasakan sebuah perasaan yang fantastis. Saya merasa seolah-olah saya kecil sekali di sesuatu yang sangat besar, alam semesta kepunyaan Allah ... Luar Biasa. Saya merasa betul-betul rileks dan bersemangat. Tiba-tiba saja saya merasakan kehadiran Tuhan kemanapun mata saya memandang. Saya belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya," kenang Karlsson.
Kenangan akan keindahan di pulau itu terus melekat hingga ia kembali ke rumah. Karlsson belum tergerak untuk mengenal Tuhan lebih delat. Suatu hari, sepulang kerja, Karlsson naik bis dan ia melihat sebagian besar penumpang bis tertidur. Sepanjang perjalanan, Karlsson menikmati pemandangan matahari terbenam yang indah, gumpalan awan yang menebar warna merah muda dan oranye menyatu, menghadirkan sebuah lukisan yang membuat terpana siapa pun yang melihatnya.
"Selama beberapa menit saya merasakan kedamaian yang total dan sebuah pemahaman bahwa semua ini adalah hasil karya Tuhan. Saya sangat merindukan momen seperti ini terjadi lagi," ujar Karlsson.
Harapannya terwujud. Suatu bangun tidur di suatu pagi, ia merasakan pikirannya jernih sekali dan yang pertama melintas dalam pikirannya adalah bagaimana bersyukur pada Tuhan, bahwa Tuhan telah membangunkannya setiap pagi, memberikan harapan. "Rasanya alamiah saja, seolah saya sudah terbiasa melakukannya sepanjang hidup saya," ungkap Karlsson.
Sejak mengalami hal itu, Karlsson tidak lagi membantah keberadaan Tuhan. Sebagai orang yang selama 25 tahun menolak keberadaan Tuhan, ia mengakui, perubahan itu bukan perkara gampang baginya. Tapi setelah itu, Karlsson merasakan berbagai hal-hal yang luar biasa dialaminya. Ketika tinggal di AS untuk beberapa lama, Karlsson pun mulai berdoa, mulai belajar untuk fokus pada Tuhan dan mendengarkan apa kata hatinya. Puncaknya terjadi pada suatu akhir pekan yang indah di New York.
Nekad ke Masjid dan Bersyahadat
Karlsson datang ke sebuah masjid di New York dan berkenalan dengan beberapa muslim di masjid itu. Kekutan dan rasa khawatir yang ia rasakan sebelumnya saat akan masuk masjid, seketika sirna. Pengurus masjid memberinya bahan bacaan tentang Islam. Karlsson juga berkunjung ke rumah teman-teman muslim barunya, dan banyak berdiskusi dengan mereka.
"Apa yang mereka katakan, dan jawaban yang mereka berikan, semua masuk akal. Islam menjadi bagian penting dalam hidup saya. Saya pun mulai belajar salat dan mengikuti salat Jumat pertama saya ..."
"Saya menyelinap, duduk di barisan paling belakang. Saya tidak paham apa yang diucapkan imam, tapi saya menikmati khutbahnya. Setelah khutbah selesai, kami semua membuat barisan dan melaksanakan salat dua rakaat. Itulah salah satu pengalaman paling luar biasa yang saya pernah saya rasakan dalam perjalanan saya menuju Islam. Saya melihat sekitar 200 jamaah laki-laki, berserah diri sepenuhnya hanya pada satu Tuhan, memuji Tuhan, sungguh mengagumkan," tutur Karlsson yang saat itu belum juga memutuskan masuk Islam.
Suatu ketika, ia membaca buku berjudul “Twelve Hours” kisah seorang perempuan Inggris yang masuk Islam. Buku itulah yang benar-benar membawa perubahan bagi dirinya. Ia menangis saat membacanya, dan ia merasa bahwa ia tidak mau menengok ke belakang lagi, dan tidak akan menahan lagi keinginannya untuk memeluk Islam.
Liburan musim panas, Karlsson membulatkan tekadnya untuk menjadi seorang muslim. Hari pertama musim panas, udara masih terasa dingin. Karlsson mengurungkan niatnya untuk ke masjid dan menundanya sampai kondisi mulai menghangat.
Suatu pagi, langit nampak kelabu. Angin dingin berhembus, menembus jendela kamar tidur Karlsson, seakan membawa pesan untuknya, bahwa saatnya telah tiba dan ia tidak bisa menundanya terus. Karlsson beranjak dari tempat tidurnya, mandi, mengenakan pakaian bersih, menyambar kunci mobilnya dan mengarahkan kendaraannya ke masjid.
Di masjid, ia mendekati beberapa orang yang sedang berkumpul dan mengatakan niatnya untuk masuk Islam. Dan seusai salat Zuhur, seorang imam menuntunnya mengucapkan dua kalimat syahadat, disaksikan para pengunjung masjid. Setelah bersyahadat, ia diberi nama islami "Ibrahim".
"Alhamdulillah. Hati saya betul-betul lega. Apalagi keluarga dan semua teman menerima keislaman saya. Tentu saja mereka tidak bisa memahami semua yang lakukan setelah menjadi seorang muslim, seperti salat lima waktu, tidak makan daging babi, mereka pikir saya mempraktekkan sebuah tradisi yang asing, yang akan lenyap termakan zaman. Tapi saya akan membuktikan bahwa perkiraan mereka salah. Insya Allah," tandas Ibrahim Karlsson. (ln/PI)
sumber: eramuslim.com

Sabtu, 28 Mei 2011

Benang Waktu Hidupku

Sungguh, menonton film Thailand tadi malam telah membuatku tersenyum riang pagi ini. Genre film yang romantis dengan alur cerita menarik khas anak sekolah, mengingatkan aku pada masa sekolahku. Aku pun melakukan hal yang sama dengan Nam, karakter perempuan utama di film itu. waktu SD, aku sering memandangi salah seorang teman laki-lakiku yang gemar main bola basket dari lantai dua sekolah, tepat di depan kelasku. Bahkan, aku pun menelponnya tanpa memberitahu namaku. Sama seperti yang dilakukan Nam kepada Shone. Tubuhnya tinggi, otaknya cerdas, wajahnya terlihat lebih dewasa daripada teman laki-lakiku yang lain. Karena hal itulah, aku suka kepadanya.

Waktu SMP, ceritaku lain lagi. Saat itu, masa di mana puberitas remaja sedang tinggi-tingginya, dan aku termasuk dalam kelompok bernama ‘remaja’ itu. Persis dengan latar di dalam film Thailand tadi malam, aku mulai menemui teman-teman baik. Perbedaannya, kami  tidak melegalkan hubungan baik itu dengan sebuah geng. Walaupun kami tidak bergeng ria, kami terlihat seperti sekelompok geng karena seringnya berkumpul bersama, makan bersama, dan pulang sekolah bersama. Ceritanya sama, kami menyukai teman laki-laki, senior laki-laki, dan bahkan adik kelas laki-laki. Peristiwa yang paling kuingat adalah, suatu hari terdapat pertandingan bola basket. Ya, sekolah memang identik dengan bola basket dan senior-senior tampan di dalamnya. Walaupun, sekolahku berada di ujung pinggiran ibukota negara ini, fenomena itu terjadi juga. Salah satu senior tampan itu adalah Ketua OSIS sekolahku, yang gemar membuat jambul pada rambutnya. Kebetulan, ia juga kakak dari teman sekelasku. Di dalam pertandingan itu, aku dan teman-temanku menonton sambil duduk di pinggir lapangan. Tiba-tiba, bola mengarah ke arah kami dan Sang Ketua OSIS itu hampir jatuh di pangkuanku karena kakinya menyandung kakiku. Kami refleks meminta maaf  satu sama lain. Teman-temanku tertawa melihatiku sedangkan teman-teman yang lainnya melihatiku dengan tatapan sinis, seperti ingin mencekik leherku. Begitulah, pertama dan terakhir kalinya kami menyapa. Masa SMP, aku kesulitan dengan jadwal solat dan teman-teman yang melakukan solat. Di dalam sekolahku terdapat musola yang berdekatan dengan kantin. Ketika waktu ashar tiba, itulah waktu istirahat dan siswa laki-laki biasanya makan sambil duduk di pinggir musola. Butuh keberanian dan iman yang tinggi untuk melakukan solat ketika itu. Satu lagi, tempat berwudhu terbuka dan tidak nyaman sama sekali bagi seorang perempuan ketika berwudhu di sana. Alhamdulillah, orang tuaku telah mengajariku solat ketika sudah baligh, sehingga aku takut jika tidak solat. Jika aku tidak solat ahar di sekolah, aku akan cepat pulang dan solat di rumah dalam injury time, lima sampai sepuluh menit sebelum magrib. Entah mengapa, sulit untuk mengajak temanku solat. Padahal aku butuh teman untuk solat ketika itu. Aku sangat benci keadaan itu. Bahkan, ketika latihan paskibra pun, senior-seniorku tidak ada yang memberikan kesempatan solat. Aku tidak mengerti, mereka tidak mendengar kumandang adzan itu atau apa. Kalau dipikir sekarang, mengapa aku bodoh, tidak bertanya ketika itu. Juga, ada salah satu temanku yang memakai hijab, tapi ternyata dia tidak solat. Hal itu sangat membuat tanda tanya besar di keningku. Lalu apa gunanya ia memakai hijab?

Semua berubah ketika SMA, Allah sangat sayang kepadaku. Aku ditakdirkan untuk masuk ke dalam sebuah lingkungan yang paling nyaman yang pernah aku rasakan. Ketika itu, hari pertama sekolah, daftar ulang, aku memutuskan untuk berhijab. Aku diantar ke sekolah oleh bapakku menggunakan motor. FYI, bapakkulah tersangka utama yang merekomendasikan sekolah itu. Pertama, sekolah itu dekat sekali atau boleh dibilang bertetanggaan dengan kantor bapakku. Sekaligus, sekolah itu juga adalah sekolah terjauh yang pernah aku jalani, kawasan Cililitan. Kedua, kata bapakku, sekolah itu agamanya bagus. Hal itu diketahui dari perbincangan teman bapakku yang anaknya juga bersekolah di situ. Untuk hal ini, aku percaya-percaya saja. Ketiga, sekolah itu sekolah unggulan. Kalau hal ini, aku percaya karena aku melihat passing gradenya di buku BK si sekolah. Sebelum melihat sekolahku itu, aku melewati sekolah lain yang lumayan bagus juga di kawasan Pinang Ranti. Aku sungguh terkagum-kagum dengan sekolah itu. Besar, hijau, lapangannya luas, pokoknya keren. Ketika itu aku berpikir bahwa sekolahku pasti lebih keren daripada sekolah itu. Motor bebek bapakku mulai memasuki jalan gang sekolahku. Lurus, di samping jalannya terdapat kantor bapakku. Kemudian kami belok ke kanan, bapakku menunjuk sekolahku, “itu sekolahnya dari samping, Ti!”.  Aku bingung, aku hanya melihat sebuah gedung berwarna kuning krem di depan mataku. Kemudian kami belok ke kiri dan akhirnya sampai ke sekolah baruku. Aku tertegun, “ya ampun, jelek banget sekolahnya, Pak?”. Sekolah letter U dengan warna kuning krem, pagarnya karatan, dan lapangannya pun tidak sebesar yang kuperkiraan sebelumnya. Sungguh bagaikan pabrik roti. Inikah sekolah yang bapakku bangga-banggakan itu?

Hari pertama Masa Orientasi Siswa, aku disuruh memakai nametag bulat terbuat dari kardus dengan tempelan permen. MOS tidak aneh-aneh, siswa baru hanya disuruh meminta tanda tangan anggota OSIS dan MPK. Sesuatu yang berbeda adalah ketika waktu solat zuhur tiba. Kami solat zuhur berjamaah di musola sekolah. Musolanya terbagi dua lantai, perempuan di atas dan laki-laki di bawah. Musola sekolah ini tiga kali lebih bagus daripada ketika SMP dahulu. Apalagi tempat berwudhunya terpisah antara perempuan dan laki-laki serta tertutup. Aku senang sekali. Lebih dari itu, di tempat yang hijau itulah tempat pertama kali aku liqo atau mentoring. Setelah solat zuhur, kami membuat lingkaran kecil, kemudian disuguhi kriuk-kriuk sederhana di tengahnya, kami membaca Al Quran lalu saling berkisah dan berkenalan. Kakak mentor pertamaku bernama Kak Chani. Keturunan Arab, tapi tidak kelihatan. Adiknya, Fikri yang kelihatan Arab sekali. Hal yang membuat aku geli adalah kami bersalaman seperti ibu-ibu (pikirku waktu itu). Kami menempelkan pipi kami tiga kali sambil mengucap dan menjawab salam. Pada awalnya, aku selalu tertawa geli setelah kami bersalaman dengan gaya seperti itu. Namun, kini aku tahu bahwa dalam bersalaman itu dapat menggugurkan dosa-dosa kita. Jadi, aku tidak geli lagi, hehe.

Tahun kedua, sekolahku menjadi hijau. Hijau dalam arti sebenarnya. Semua dicat hijau seperti pesantren. Lapangan diperbaiki, dari sebelumnya logo kartu As menjadi Mizone. Pagar pun diperbaiki dan dicat supaya karatnya hilang. Tahun kedua ini, aku vakum mentoring karena Kak Chani yang mau ujian diganti orang lain. Aku dan teman-teman jadi jarang mentoring karena kakaknya tidak asik (menurutku waktu itu). Namun, jika dipikir sekarang, betapa zalimnya diriku kepadanya, Kak Nadia, mahasiswa FE UI yang seharusnya aku dapat banyak belajar darinya (FE: Fakultas Impian Anak IPS). Maafkan aku Kak, sungguh maafkan aku... Sebelum aku naik kelas, aku dan temanku, Mariyana diundang mentoring oleh Kak Dewina, FKM UI, Sang Bidadari Syurga itu. Tapi bodohnya, untuk kedua kalinya, aku membuang kesempatan emas itu. Aku ogah-ogahan dalam menjalaninya. Sampai akhirnya, Mariyana sukses menjadi pejuang dakwah dan aku tertinggal di jurang hitam. Mungkin, bukan jurang hitam juga, melainkan jurang abu-abu. Apalagi setelah sekarang aku tahu bahwa Kak Dewina itu Mapres FKM, makin menyesal aku. Mengapa tidak bersungguh-sungguh di jalan Allah waktu itu, padahal aku dikelilingi manusia-manusia hebat, namun aku tidak menyadarinya. Aku sungguh tidak peka dalam menerima hidayah yang sudah Allah beri. Hatiku mungkin terlalu banyak debunya sehingga sulit untuk sinar hidayah itu menerangi hatiku. Atau aku terlalu bodoh.

Di sisi lain, aku menemukan teman-teman yang satu jalan dan aku senang sekali. Tidak sulit mengajak mereka solat. Bahkan, mereka mengajak aku untuk solat dhuha ketika jam istirahat. Ada pula seorang temanku, dia perempuan tidak berhijab namun rajin sekali solat dhuha. Keren. Di Masa ini pun aku telah diajari apa arti hijab sebenarnya. Hijab, bukan hanya masalah memakai kerudung saja. Namun, lebih luas dari itu. Hijab berarti batas, batas antara perempuan dan laki-laki. Adab bergaul menurut ajaran Islam. Tidak memandang secara berlebihan, menjaga suara, menjaga hati dan pikiran, menjaga perilaku dan sikap. Allah benar-benar sayang kepadaku karena telah memberiku takdir untuk bersekolah di tempat nan hijau ini. Terima kasih, Ya Allah... SMA bak pesantren nan hijau hanya ada di sini saja. Hanya ada satu. Dan sekolah hijau itu, kini telah mengantarkan aku ke sebuah universitas kuning nan tersohor di kawasan Depok. Makin cinta saja aku dengan sekolah hijau itu. Semoga Allah memberikan rahmat dan karunianya kepada seluruh manusia di sekolah itu, :) 

Di dalam bus kuning milik kampus kuning ini, kini aku tersenyum riang karena menonton film Thailand itu tadi malam. Genap dua tahun aku ada di kampus kuning ini. Suasananya sama dengan sekolah hijauku dahulu. Aku jadi berpikir jika sekolah hijauku, yang memang kebanyakan alumninya pindah ke kampus kuning adalah miniatur kampus kuning. Dan hidayah untuk ketiga kalinya menyinari hatiku. Alhamdulillah, untuk kali ini, aku dapat merasakannya. Aku dapat merasakan kedatangan hidayah itu, dan aku tidak ingin melepasnya atau mengacuhkannya lagi. Kini hidupku telah baru. Aku menemukan wajah-wajah baru yang menginspirasiku, wajah-wajah saudaraku. Kami akan saling membantu dalam agama Allah. Walaupun godaan melawan hijab itu masih terus akan mengintai, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk tetap teguh dalam hijab ini. Karena sungguh, aku akan merasakan manisnya kelak jika aku bersabar... aamiin

*terima kasih kepada seluruh manusia yang telah memberi inspirasi kepadaku, semoga Allah merahmati kita semua ^^

Jumat, 20 Mei 2011

Menghadap Allah dengan Tersenyum


Untuk dapat menghadap Allah dengan tersenyum, manusia harus melewati malaikat penjaga dari langit pertama sampai langit ke tujuh dengan seleksi ketat sesuai perintah Allah. Untuk mengetahui hal tersebut, mari kita simak sabda Nabi Muhammad SAW yang disampaikan kepada Mu’adz.

Wahai Mu’adz sesungguhnya aku menceritakan kepadamu sebuah hadits, jika kamu menjaganya, ia akan bermanfaat kepadamu di sisi Allah dan jika kamu menyia-nyikannya dan tidak menjaganya, maka putuslah hujjahmu di sisi Allah pada hari kiamat.

Wahai Mu’adz, sesungguhnya Allah Maha Barakah dan Maha Luhur menciptakan tujuh malaikat sebelum menciptakan langit dan bumi. Dia menjadikan setiap langit dari tujuh langit seorang malaikat yang menjadi juru kunci.

Maka malaikat hafazhah naik membawa amal seorang hamba dari pagi sampai sore, ia mempunyai cahaya seperti cahaya matahari sehingga ketika amal tersebut kelihatan sampai langit dunia, ia membersihkannya dan memperbanyaknya. Maka malaikat berkata kepada malaikat hafazhah, “Pukullah dengan amal ini wajah pemiliknya, aku malaikat yang menjaga menggunjing, Tuhanku memerintahkan aku supaya aku tidak meninggalkan amalnya orang yang menggunjing manusia yang melewatiku kepada selain aku.”

Nabi bersabda, "Kemudian malaikat hafazhah datang dengan membawa amal bagus dari amal-amal seorang hamba, ia membersihkan dan memperbanyaknya sampai ia sampai ke langit yang kedua. Maka berkatalah malaikat yang diberi tugas, 'Berhentilah kamu dan pukullah dengan amal ini wajah pemiliknya, ia menginginkan dengan amalnya harta dunia, tuhanku memerintahkan kepadaku agar aku tidak meninggalkan amalnya yang melewatiku ke selainku, ia sombong kepada manusia dalam tempat duduknya, aku malaikat kesombongan.' "

Nabi bersabda, "Malaikat hafazhah naik dengan amalnya hamba yang indah bercahaya dari sodaqoh, salat, puasa yang mengagumkan bagi malaikat hafazhah, kemudian mereka melewatinya menuju ke langit ketiga, maka berkatalah malaikat yang diberi tugas, 'Berhentilah kamu dan pukullah dengan amal ini wajah pemliknya, aku malaikat kesombongan, Tuhanku memerintahkan aku agar aku tidak meninggalkan amalnya yang melewatiku ke selainku, ia sombong kepada manusia di tempat-tempat duduknya.' "

Nabi bersabda, "Malaikat hafazhah naik dengan amalnya hamba yang terang seperti terangnya bintang yang mencorong yang mempunyai suara, dari tasbih, salat, puasa, haji, umrah, sampai mereka melewati langit keempat, maka berkatalah malaikat yang diberi tugas, 'Berhentilah kamu dan pukullah dengan amal ini wajah pemiliknya, punggungnya, dan perutnya, aku malaikat kekaguman, Tuhanku memerintahkan kepadaku agar aku tidak meninggalkan amalnya yang melewati ke selainku, sesungguhnya ia beramal yang di dalamnya kemasukan ujub (kagum kepada diri sendiri).' "

Nabi bersabda, "Malaikat hafazhah naik dengan amalnya hamba sampai melewati langit ke lima, amalnya seperti pengantin yang diboyong ke pelaminan suaminya, maka berkatalah malaikat yang diberi tugas, 'Berhentilah kamu dan pukullah dengan amal ini wajah pemiliknya, muatlah dan jadikanlah di atas bahunya, aku malaikat hasud, ia hasud (iri hati) kepada orang yang belajar dan beramal seperti amalnya dan semua orang yang mempunyai kelebihan kepada hamba-hambanya, ia iri hati dan jatuh di sana, Tuhanku memerintahkan aku agar aku tidak meninggalkan amalnya yang melewatiku ke selain aku.' "

Nabi bersabda, "Malaikat hafazhah naik dengan amalnya hamba yang mempunyai cahaya seperti cahaya bulan dari salat, zakat, haji, umrah, berjuang, dan puasa, ia melewatinya sampai langit ke enam, maka berkatalah malaikat yang diberi tugas, 'Berhentilah kamu dan pukullah dengan amal ini wajah pemiliknya, ia tidak menyayangi manusia sama sekali dari hamba-hamba Allah yang terkena cobaan dan penyakit, ia justru gembira dengan mereka, aku malaikat kasih sayang, Tuhanku memerintahkan aku agar aku tidak meninggalkan amalnya yang melewati ke selain aku.' "

Nabi bersabda, "Malaikat hafazhah naik dengan amalnya hamba dari salat, puasa, nafkah, berjuang, dan menjaga haram dan makruh, yang mempunyai suara gaungnya lebah dan mempunyai cahaya seperti cahayanya matahari, bersamanya ada tiga ribu malaikat, maka mereka melewati menuju langit ketujuh, maka berkatalah malaikat yang diberi tugas, 'Berhentilah kamu dan pukullah dengan amal ini wajah pemiliknya dan pukullah anggota-anggotanya, kuncilah hatinya, aku menghalangi dari Tuhanku setiap amal yang dilakukan bukan karena Tuhanku, ia menginginkan dengan amalnya selain Allah Ta’ala, ia menginginkan keluhuran di sisi orang-orang yang ahli fiqih, disebut di sisi para ulama, menjadi terkenl di beberapa kota, Tuhanku memerintahkan aku agar aku tidak meninggalkan amalnya yang melewatiku ke selainku, setiap amal yang tidak murni (ikhlas) karena Allah adalah riya’ (pamer) dan Allah idak menerima amalnya orang yang pamer.’ "

“Nabi bersabda, ‘Dan naiklah malaikat hafazhah membawa amalnya hamba dari salat, zakat, puasa, haji, umrah, akhlak yang baik, diam, ingat Allah Ta’ala, dan malaikat di tujuhlangit mengiringnya sampai mereka memutus semua penghalang kepada Allah Ta’ala, mereka berhenti di hadapan Allah, memberi saksi kepada-Nya dengan bagusnya amal dan ikhlas karena Allah. Allah berfirman, ‘Kamu semua adalah malaikat yang menjaga amal hambaku, sedangkan Aku adalah Dzat yang mengintai hatinya, ia tidak menginginkan Aku dengan amal ini, ia menginginkan selain Aku, maka kepadanya laknat-Ku.’ Semua malaikat berkata kepadanya, ‘Laknat-Mu, laknat kita, dan tujuh langit dan seisinya melaknat hatinya.’ “

Maka menangislah Mu’adz, ia berkata, “Wahai Rasulullah, engkau adalah utusan Allah dan saya Mu’adz, bagaimana aku bisa selamat?”

Nabi bersabda, “Ikutilah aku, walaupun dalam amalmu ada kekurangan, wahai Mu’adz, jagalah lisanmu dari menggunjing teman-temanmu dari orang-orang yang (hafal dan mengamalkan) Al Quran, dan tanggunglah dosa-dosamu kepadamu dan jangan engkau tanggungkan kepada mereka, jangan engkau merasa dirimu bersih dan engkau mencemooh mereka, jangan merasa lebih mulia dari mereka, jangan engkau masukkan amat duniamu dalam amal akhirat, jangan sombong di tempat dudukmu, supaya manusia takut dari jeleknya akhlakmu, jangan kamu berbisik kepada seseorang, sedangkan di sampingmu ada orang lain, jangan merasa agung atas manusia lain, maka terputuslah kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat, jangan menyobek-nyobek (menghina) manusia, mka anjing-anjing neraka akan menyobek-nyobekmu di neraka...”

Apa yang disampaikan Nabi Muhammad kepada sahabat Mu’adz harus betul-betul kita renungkan, agar amal yang kita lakukan di dunia tidak sia-sia, bisa diterima di sisi Allah SWT.

sumber: Buku Beginikah Rasanya 7 Malam Pertama di dalam Kubur? Karya Jamal Ma'mur Asmani 

Senin, 16 Mei 2011

Inspirasiku akhir pekan ini: Mars Korsad by Izzatul Islam ^^


menapaki langkah langkah berduri
menyusuri rawa lembah dan hutan
berjalan di antara tebing curam
semua dilalui demi perjuangan
letih tubuh di dalam perjalanan
saat hujan dan badai merasuki badan
namun jiwa harus terus bertahan
karena perjalanan masih panjang
kami adalah tentara Alloh
siap melangkah menuju ke medan juang
walau tertatih kaki ini berjalan
jiwa perindu syahid tak akan tergoyahkan
wahai tentara Alloh bertahanlah
jangan menangis walau jasadmu terluka
sebelum engkau bergelar SYUHADA
tetaplah bertahan dan bersiap siagalah